5 Bahaya yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

5 Bahaya yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

Di tengah hari yang terik dan panas, segelas es teh manis segar pasti bisa menyegarkan tenggorokan yang kering.

Apalagi ketika segelas es teh manis ini dicampur dengan irisan lemon atau buah segar. Meskipun minum es teh memang menyegarkan dan teh juga punya berbagai manfaat positif untuk kesehatan namun minum es teh manis atau es teh biasa juga memberikan risiko tersendiri. Namun berapa banyak es teh yang dianggap buruk untuk kesehatan?

Ada beberapa masalah yang mungkin timbul ketika terlalu banyak minum es teh.

Lihat juga: resep hidup sehat dengan cuci tangan

1. Diabetes

Es teh manis tentunya mengandung gula untuk memberikan rasa manis. Rasa manis dalam es teh manis ini akan menyegarkan dan menambah energi. Namun hati-hati, kandungan gula yang terlalu tinggi dalam gula akan berisiko membuat Anda terserang diabetes.

2. Batu ginjal dan masalah ginjal

Mengutip Elite Readers, seorang pria dilaporkan minum setidaknya 16 gelas es teh hitam setiap hari. Dia pun mengalamai banyak efek negatif untuk kesehatannya, terutama dalam urusan kesehatan ginjal.

“Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal”, kata Umbar Ghaffar, dokter dari Medical Sciences di Little Rock, Arkansas dikutip dari CBS News.

Dia mengungkapkan bahwa teh hitam memang memiliki banyak manfaat kesehatan tapi juga punya senyawa kimia yaitu oxalate yang bisa membuat gagal ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.

3. Penyakit kardiovaskular

Jangan lupa bahwa es teh khususnya teh hitam mengandung kafein. Terlalu banyak minum teh dan juga kafein akan berpotensi menyebabkan masalah kardiovaskular.

“Semua teh hitam mengandung kafein, hal ini baik dikonsumsi jika memiliki tekanan darah tinggi atau denyut jantung yang cepat. Ini akan membuatnya jadi makin buruk”, kata Suzanne Steinbaum, Direktur dari Lembaga Kesehatan Perempuan di Lenox Hill Hospital, New York kepada Everyday Heatlh.

Lihat juga: 5 Mesin makanan ukm agar usaha makanan semakin melesat

4. Obesitas

Kandungan gula yang tinggi juga berbahaya untuk berat badan Anda. Merek-merek teh manis terkenal biasanya memiliki 250 kalori.

5. Stroke

Siapa sangka minum es teh manis bisa berisiko  menyebabkan stroke. Ini terjadi karena es teh bisa meningkatkan jumlah trigriserida dalam tubuh.

Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan bersih merupakan resep hidup sehat. Inilah tema yang diusung Hari Cuci Tangan Sedunia atau Global Handwashing Day 2018.

Hari Cuci Tangan Sedunia yang diinisiasi Global Handwashing Partnership (GHP) diperingati setiap tahunnya pada 15 Oktober. Sejak dihelat pada 2008, Hari Cuci Tangan Sedunia mengajak gaya hidup sehat melalui mencuci tangan dengan bersih.

Tahun ini, Hari Cuci Tangan Sedunia fokus pada hubungan antara mencuci tangan dengan makanan yang meliputi nutrisi dan kebersihan makanan.

lihat juga: biaya-biaya yang hilang akibat skizofrenia

“Mencuci tangan adalah bagian penting untuk menjaga makanan yang aman, mencegah penyakit, dan membantu anak-anak tumbuh dengan kuat”, ujar pernyataan dari GHP, seperti dikutip dari laman resmi Global Handwashing Day.

Mencuci tangan dengan sabun dapat menjaga makanan tetap bersih dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan makanan. Lebih dari 70 persen kasus diare di dunia berhubungan dengan kebersihan makanan.

Mencuci tangan dengan sabun diperkirakan dapat mengurangi diare sebesar 27 hingga 48 persen. Mencuci tangan juga dapat mengurangi hilangnya nutrisi pada makanan dan mengurangi risiko stunting pada anak usia di bawah 5 tahun hingga 15 persen.

Penyakit yang ditularkan melalui makanan adalah penyebab utama kematian pada negara yang berpendapatan rendah. Kontaminasi pada makanan rentan pada wanita hamil, janin, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

Lihat juga: penyakit kesehatan jiwa dalam perlindungan bpjs

Penelitian menunjukkan, mencuci tangan memiliki manfaat untuk kebersihan makanan, nutrisi, dan kesehatan secara menyeluruh. Berikut beberapa resep atau cara hidup sehat dengan mencuci tangan berdasarkan rekomendasi dari HGP.

1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasak dan menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan seseorang termasuk ketika hendak menyusui.

2. Jadi contoh mencuci tangan dengan baik dan selalu mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan sebelum makan.

3. Jadikan kebiasaan cuci tangan sebagai bagian dari makan bersama keluarga.

4. Sediakan tempat mencuci tangan di rumah, komunitas, sekolah, tempat kerja, dan di fasilitas kesehatan.

Biaya-Biaya Yang Hilang Akibat Skizofrenia

Biaya-Biaya Yang Hilang Akibat Skizofrenia

Penderita skizofrenia kerap diasosiasikan dengan gila. Gangguan kesehatan jiwa berat ini mengganggu proses berpikir penderita. Delusi dan halusinasi kerap mendorong perilaku tak pantas dari penderita.

Sederet kerugian diakibatkan oleh penyakit mental paling kronis ini. Tak cuma merusak otak, skizofrenia juga menimbulkan kerugian dan beban biaya yang tak sedikit.

Kajian yang dilakukan oleh Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KP-MAK) Universitas Gajah Mada mencatat biaya yang muncul akibat penyakit skizofrenia mencapai Rp32 juta per tahun untuk setiap pasien.

Baca juga: penyakit kesehatan jiwa dalam perlindungan bpjs

“Biaya itu termasuk biaya langsung dan tidak langsung seperti hilangnya produktivitas”, ujar Ketua Pusat KP-MAK UGM, DI Yogyakarta, Diah Ayu Puspandari di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Rincian yang muncul untuk biaya langsung meliputi pengobatan medis dan alternatif yang masing-masing mencapai 20 persen. Ada pula dana penyediaan ruangan yang khusus dipersiapkan untuk penderita skizofrenia.

Tak cuma itu, skizofrenia juga membutuhkan biaya transportasi. Menurut Diah, kondisi skizofrenia yang meledak-ledak dan tak terkontrol membuat keluarga kerap membawa penderita dengan menggunakan kendaraan beroda empat menuju fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Beruntung bagi mereka yang telah memiliki mobil. Tapi bagi yang tidak, terpaksa keluarga kudu mengeluarkan koceknya untuk menyewa mobil.

baca juga: aturan lama menatap layar eletronik bagi anak

Di luar itu, biaya paling besar justru muncul dari sesuatu yang tak bersifat langsung. Biaya itu merupakan kerugian akibat hilangnya produktivitas pasien.

“Ini paling besar, bisa sekitar 30 persen sampai 40 persen per tahun (untuk setiap pasien)”, ungkap Diah.

Namun, perlu dicatat, skizofrenia tak hanya merugikan penderita, tapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebut saja caregiver yang mungkin mengalami kerugian serupa.

Namun, sayangnya kajian tersebut belum menghitung instrumen biaya hilangnya produktivitas caregiver. Padahal, sering kali seorang skizofrenia didampingi oleh lebih dari satu caregiver.

Baca juga: Telepati bukan lagi angan-angan, ilmuwan hubungkan pikiran 3 manusia

Diah memberikan catatan, kajian yang dilakukannya ini belum bisa mencerminkan kondisi di komunitas (penderita skizofrenia). Sebab, penelitian tersebut tak menjangkau semua responden.

Penelitian hanya fokus pada responden yang memiliki akses ke rumah sakit. Sedangkan di luar sana, masih banyak penderita skizofrenia yang tak mendapatkan pengobatan sebagaimana mestinya.

Mencegah kerugian

Biaya yang besar ini bisa saja tak muncul jika pencegahan dilakukan. Pencegahan yang perlu dilakukan itu meliputi perawatan dan pengobatan secara rutin.

Seorang skizofrenia, kata Diah, dapat beraktivitas normal seperti biasa dengan catatan rutin mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan.

Selain itu, stigma pada keluarga soal penyakit ‘gila’ ini juga mesti dihilangkan. Diah menyebut, skizofrenia sama dengan penyakit kronis lainnya.

“Keluarga sering menyembunyikan, menganggap aib, padahal sama dengan penyakit kronis lain seperti diabetes dan hipertensi yang seumur hidup”, ucap Diah.

Penyakit Kesehatan Jiwa dalam Perlindungan BPJS

Penyakit Kesehatan Jiwa dalam Perlindungan BPJS

Kesehatan jiwa masih dipandang sebelah mata. Masyarakat masih menganggap remeh dan mengabaikan penyakit ini. Akibatnya, mereka enggan memeriksakannya secara medis.

Padahal, kesehatan jiwa sama halnya dengan kesehatan fisik secara umum. Jika tak ditangani dengan baik, keduanya sama-sama bisa mengancam keselamatan jiwa. Sekecil apa pun gangguan mental yang dialami, pemeriksaan medis harus dilakukan meski biaya yang dibutuhkan tak sedikit.

Sayang, tak banyak yang menyadari bahwa gangguan kesehatan jiwa telah diakomodasi dalam layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

“Terkait dengan kejiwaan itu memang jadi perhatian. Selama diagnosisnya ada di Permenkes 59 Tahun 2015, tentu kami jamin”, ujar Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi Antarlembaga BPJS Kesehatan, M Iqbal Anas, Rabu (10/10).

Dalam beleid Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan JKN, tercantum indikasi medis dan diagnosis terkait penyakit kesehatan jiwa seperi depresi, gangguan kepribadian, kontrol impuls, gangguan bipolar, skizofrenia, dan penyakit mental lainnya.

Skema klaim BPJS Kesehatan juga disebut tak berbeda dengan kesehatan fisik secara umum. “Tak ada bedanya. Semua setara mau rumah sakit jiwa atau rumah sakit apa pun. Klaim, ya, klaim, sesuai regulasi saja”, ucap Iqbal.

Pasien yang mengalami gangguan mental mesti melakukan pemeriksaan awal dari dokter atau psikolog di fasilitas kesehatan pertama seperti puskesmas, poliklinik, dokter praktik, atau klinik 24 jam.

Jika tak bisa ditangani di faskes pertama, pasien mendapatkan rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit jiwa. Khusus kondisi gawat darurat, pasien dapat langsung menuju IGD RS Jiwa.

Tercatat, BPJS Kesehatan mengeluarkan dana sebesar Rp730 miliar pada 2016 untuk penyakit yang tergolong dalam gangguan jiwa. Dana ini terbagi atas Rp455 miliar untuk rawat inap dan Rp275 miliar untuk rawat jalan. Penyakit paranoid skizofernia merupakan kasus yang paling banyak ditangani untuk rawat inap dan rawat jalan.

Baca juga: Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Jumlah ini meningkat dibanding 2017 yakni Rp573 miliar dengan rincian Rp397 miliar untuk rawat inap dan Rp175 miliar untuk rawat jalan.

Aturan lebih rumit

Beda jenis penyakit, beda pula alur yang kudu dilalui. Hal itu pula yang berlaku untuk pasien gangguan jiwa.

Dalam beberapa kasus, pengobatan pasien gangguan jiwa membutuhkan proses yang lebih rumit untuk mendapatkan jaminan BPJS Kesehatan. Alur yang lebih rumit ini biasanya terjadi pada pasien gangguan jiwa berat.

Pasien skizofrenia, misalnya, yang tergolong sebagai gangguan jiwa berat. Dalam faktanya di lapangan, pasien skizofrenia membutuhkan pengobatan dan perawatan seumur hidup.

Pasien atau keluarga pasien mesti mengurus perpanjangan surat rujukan untuk mendapatkan pertanggungjawaban BPJS Kesehatan setiap beberapa bulan.

“Ini prosedur monitoring untuk memastikan perginya uang negara jadi memang harus dirinci. Bagian dari monitoring dan pengawasan saja”, pungkas Iqbal.

Baca juga: Tidak Semua Obat Herbal Sama dan Ini Perbedaannya

Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan tak bisa menatap layar elektronik lama-lama.

Menatap layar televisi, ponsel, komputer, hingga tablet terlalu lama dapat memengaruhi kesehatan mata, otak, dan tumbuh kembang anak.

Berdasarkan pedoman kesehatan dari American Academy of Pediatrics (AAP) paparan layar elektronik untuk anak-anak pada segala usia harus dibatasi, terutama di era digital saat ini.

AAP mengidentifikasi waktu menatap layar sebagai waktu yang dihabiskan menggunakan media digital untuk tujuan hiburan. Penggunaan lain seperti untuk mengerjakan tugas, tidak dihitung sebagai waktu menatap layar.

Berikut merupakan rekomendasi aturan lama menatap layar elektronik bagi anak-anak dari AAP.

1. Bayi 0-18 bulan: tidak boleh menatap layar

Bayi yang berusia di bawah 18 bulan tidak dianjurkan untuk menatap layar sama sekali. Menghindari layar untuk usia ini penting bagi perkembangan otak dan meningkatkan hubungan antara orang tua dan anak.

“Kebisingan dan aktivitas layar mengganggu bayi”, kata penulis Childer and Adolescents and Digital Media Technical Report dan juga profesor di UCLA Yolanda Reid Chassiakos, dikutup dari CNN.

Chassiakos menjelaskan pengaruh layar pada bayi bahkan dapat bersifat tidak langsung. Misalnya, ketika ibu mengasuh bayi sambil menonton TV, bayi dapat terstimulasi lewat suara dan cahaya yang dapat menyebabkan stres dan gangguan tidur.

Chassiakos menyarankan agar para orang tua tidak mengasuh bayi sambil melakukan kegiatan yang menatap layar. Ketika orang tua benar-benar fokus mengasuh bayi, terutama kontak mata, dapat merangsang perkembangan otak.

2. Anak usia 2-5 tahun: satu jam per hari

Pada balita, AAP merekomendasikan agar para orang tua lebih memprioritaskan waktu terbaik dengan cara yang kreatif. Anak pada usia ini dapat diperkenalkan dengan dunia digital, tetapi terbatas hanya satu jam per hari.

Mereka dapat menggunakan media digital untuk menonton tayangan yang bermanfaat atau bermain sambil belajar. AAP menyarankan balita menggunakan media tatap muka yang interaktif seperti video call. Cara ini dapat merangsang anak untuk berkomunikasi dan berpikir.

3. Anak usia 6 tahun ke atas: dibatasi

Pada usia ini, anak sudah dapat berpikir dengan baik sehingga orang tua memegang peran penting untuk membatasi penggunaan media digital.

Lama waktu menatap layar setiap harinya tergantung pada kebutuhan anak dan keluarga. Tetapi, penggunaannya mesti diprioritaskan untuk kegiatan produktif ketimbang hiburan.

“Rata-rata anak bersekolah, membuat PR, setidaknya satu jam aktivitas fisik, kontak sosial lalu tidur – ini sekitar delapan sampai 12 jam. Sisanya dapat digunakan untuk menatap layar”, ucap Chassiakos.

AAP menyarankan agar waktu menatap media digital ini tidak menggantikan waktu lain untuk aktivitas fisik, tidur dan interaksi sosial. Orang tua juga harus menjadi mentor bagi anak saat menggunakan media digital.