Makanan Organik Terbukti Kurangi Risiko Kanker

Bahan makanan berlabel organik sudah lama diklaim baik untuk kesehatan. Penelitian terkini baru saja membuktikan makanan organik itu dapat mengurangi risiko terkena kanker.

Studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine itu menunjukkan, semakin sering mengonsumsi makanan organik, risiko kanker akan semakin rendah.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Secara khusus, orang yang mengonsumsi makanan organik lebih mungkin terhindar dari kanker limfoma non-Hodgkin dan kanker payudara pascamenopause daripada yang jarang atau tidak terbiasa dengan makanan jenis itu.

Hasil ini didapat setelah peneliti menganalisis diet yang dijalani oleh 68.946 orang dewasa di Prancis. Mereka dibagi dalam empat kelompok berdasarkan seberapa sering mereka mengonsumsi 16 jenis makanan organik seperti buah-buahan, sayuran, daging, ikan, makanan siap saji, minyak sayur, bumbu, dan suplemen makanan.

Bahan makanan organik merupakan pangan yang diproduksi menggunakan metode pertanian organik. Metode ini membatasi atau bahkan sama sekali tidak menggunakan bahan kimia.

Lihat juga: Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Peneliti menganalisis para peserta selama 4,5 tahun. Selama masa itu, terdapat 1.340 kasus kanker yang ditemui dengan mayoritas 459 kanker payudara, 180 kanker prostat, 135 kanker kulit, 99 kanker usus, dan 47 kanker limfoma non-Hodgkin.

Para peneliti menemukan mereka yang mengonsumsi makanan organik memiliki risiko 25 persen lebih kecil terkena kanker. Secara khusus, berisiko 73 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin dan 21 persen lebih rendah terkena kanker payudara pascamenopause.

Penurunan risiko kanker ini berlaku pula untuk partisipan yang mengonsumsi makanan organik berkualitas rendah hingga menengah.

“Mempromosikan konsumsi makanan organik pada masyarakat dapat menjadi strategi pencegahan yang menjanjikan untuk melawan kanker,” tulis kesimpulan penelitian yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Julia Baudry, dikutip dari CNN.

Lihat juga: Ilmuwan Sebut Alien Kemungkinan Berwarna Ungu

Hasil penelitian ini mendukung studi sebelumnya dari International Agency for Research in Cancer. Penelitian itu menemukan bahwa pestisida atau bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi bahan pangan merupakan penyebab kanker pada manusia.

Studi: Risiko Serangan Jantung Meningkat Saat Cuaca Dingin

Serangan jantung kini masuk dalam daftar penyakit yang dipengaruhi oleh cuaca. Penelitian terbaru menunjukkan risiko penyakit jantung meningkat saat cuaca semakin dingin.

Studi yang baru dipublikasikan di JAMA Cardiology ini menganalisis data kejadian serangan jantung dengan cuaca suatu negara. Data suhu udara itu didapat dari berbagai pusat cuaca di beberapa negara.

Lihat juga: Kenali Gejala Awal Prediabetes untuk Cegah Diabetes

“Temuan utamanya adalah ada peningkatan serangan jantung saat suhu rendah, angin kencang, durasi sinar matahari rendah, dan tekanan atmosfer rendah,” kata salah satu peneliti dari Lund University, Swedia, David Erlinge.

Peneliti menemukan risiko serangan jantung yang lebih tinggi pada hari dengan suhu udara di bawah nol derajat Celcius. Tingkat serangan jantung pun menurun seiring kenaikan suhu udara.

“Ketika suhu menurun dari 20 derajat hingga nol derajat Celcius, risiko serangan jantung meningkat 14 persen,” ucap Erlinge.

Peneliti juga mendapati penurunan risiko serangan jantung sebanyak 2,8 persen setiap kenaikan suhu udara sebesar 7,4 derajat Celcius.

Lihat juga: Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Studi ini dianggap sebagai penelitian terbesar lantaran menggunakan data lebih dari 274 ribu pasien.

“Ini adalah penelitian terbesar yang memberi informasi umum tentang hubungan antara suhu udara yang lebih rendah dan risiko serangan jantung yang lebih tinggi,” kata Presiden American Heart Association, Ivor Benjamin yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Agar terhindar dari serangan jantung saat cuaca dingin, Benjamin menyarankan untuk tetap berada di dalam ruangan yang hangat dan mengurangi aktivitas fisik yang memicu serangan mendadak itu.

Lihat juga: Penyebab dan Cara Alami Mengobati Asam Urat

Selain serangan jantung, risiko penyakit gangguan afektif musiman dan nyeri sendi juga meningkat saat cuaca dingin.

Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Memiliki badan yang tinggi boleh jadi salah satu daya tarik. Namun, badan jangkung tak selamanya indah. Penelitian terbaru menunjukkan orang yang tinggi memiliki risiko kanker yang lebih besar.

Studi tersebut menyebutkan bahwa orang jangkung memiliki lebih banyak sel di dalam tubuh mereka. Setiap sel berpotensi berkembang atau bermutasi menjadi kanker.

Lihat juga: Penyebab dan Gejala Kanker Usus

Penelitian menyimpulkan, risiko kanker bakal meningkat 10 persen untuk setiap 10 sentimeter tinggi badan yang melebihi tinggi rata-rata. Studi itu menggunakan tinggi rata-rata 162 sentimeter untuk wanita dan 175 sentimeter untuk pria.

Hasil studi ini didapat setelah profesor biologi dari University of California Riverside, Leonard Nunney, menganalisis data lebih dari 10 ribu wanita dan pria yang terkena kanker. Dia menguji hipotesis yang salah satunya berkaitan dengan perbedaan hormon pada orang yang lebih tinggi dapat menyebabkan pengembangan sel.

Peneliti mendapati kaitan antara jumlah sel dan kemungkinan berkembangnya 18 kanker dari 23 kanker yang diuji. Kanker usus besar, ginjal, dan limfoma merupakan jenis kanker yang memiliki hubungan paling kuat.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Studi ini juga menemukan peningkatan risiko mengidap kanker lebih besar pada wanita sebesar 12 persen. Sedangkan pada pria sedikit lebih rendah sebesar 9 persen.

“Penelitian ini memiliki metodologi yang bagus. Mereka mengambil data dari penelitian besasr, yang penting, dan mereka terlihat banyak kategori kanker yang berbeda,” kata peneliti dari Cancer Research UK, Georgina Hill mengomentari hasil penelitian ini.

Meski berisiko tinggi, Hill memastikan bahwa peningkatan risiko kanker ini tetap kecil jika dibandingkan dengan efek dari gaya hidup yang dijalani oleh seseorang.

“Itu hanya risiko kecil dan ada tindakan lain yang dapat dilakukan untuk membuat perubahan positif, (seperti) berhenti merokok dan menjaga berat badan yang sehat,” ujar Hill.

Lihat juga: Bayi Akan Terbuat Dari Sel Kulit Manusia

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang juga pernah menghubungkan tinggi badan dengan peningkatan risiko berkembangnya berbagai penyakit termasuk pembekuan darah, masalah jantung, dan diabetes.

Perokok Elektrik Lebih Sukses Stop Kebiasaan Merokok

Rokok elektrik atau lebih dikenal dengan sebutan vape seolah menjadi bukti bahwa teknologi bisa menggantikan kenikmatan tembakau. Di satu sisi, ia tetap menjadikan perokok melakukan kegiatan hand-to-mouth. Namun, di sisi lain, ada hal positif yang bisa dipetik dari penggunaan rokok elektrik.

Sebuah riset menemukan bahwa upaya berhenti merokok pada perokok elektrik punya kemungkinan berhasil lebih tinggi daripada perokok konvensional. Studi ini diinisiasi oleh pakar onkologi, Profesor David Theodore Levy bersama tim dengan mengambil sampel penelitian dari Badan Perwakilan Nasional Amerika Serikat.

“Apa yang kami temukan? Saat perdaran dan penggunaan rokok elektrik meningkat, rokok konvensional drop”, kata Levy dalam diskusi media di Hotel Le Meridien, Tanahabang, Jakarta, Rabu (17/10).

Lihat juga: 7 Kebiasaan Sepele Yang Merusak Kesehatan Mata

Mereka yang berganti dari rokok konvensional ke rokok elektrik, kata Levy, lebih mudah berhenti merokok daripada perokok konvensional.

Para peneliti melihat peran rokok elektrik dalam upaya berhenti merokok selama tiga bulan. Mereka yang menggunakan rokok elektrik selama beberapa hari dalam sebulan ditemukan lebih sukses berhenti merokok.

Menurunkan risiko kematian dini

Levy menambahkan, penggunaan rokok elektrik juga ampuh menurunkan risiko penyakit maupun kematian dini. Hal ini dibuktikan lewat studi yang pernah dilakukannya pada 2017 lalu berjudul “Potential Deaths Averted in USA by Replacing Cigarettes with e-Cigarettes“.

Lihat juga: 5 Bahaya Yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

Riset menyebut, di antara para perokok berusia 15 tahun ke atas pada 2016 terdapat hampir 6,6 juta lebih sedikit kematian dini.

“Kami melihat risiko yang lebih rendah serta capaian kesehatan yang besar pada mereka pengguna rokok elektrik”, imbuh Levy.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menyebut, terdapat sekitar 400 zat berbahaya di dalam rokok konvensional seperti tar dan nikotin.

Tar dihasilkan dari proses pembakaran. Ia merupakan zat karsinogenik penyebab kanker.

Lihat juga: Resep Hidup Sehat Dengan Cuci Tangan

Proses pembakaran itu hanya terjadi pada rokok konvensional. Sedangkan dalam rokok elektrik yang terjadi adalah penguapan cairan atau liquid.

“Rokok elektrik memang iya, mengalihkan, tetapi paparannya lebih rendah. Harm reduction,” kata Amaliya.

Hanya ada empat komponen yang terdapat dalam rokok elektrik seperti propilen glikol, vegetable glycerin, nikotin, serta perasa. Namun, kadar nikotin dalam rokok elektrik dapat dikurangi atau dibuat jauh lebih rendah daripada rokok konvensional.

7 Kebiasaan Sepele yang Merusak Kesehatan Mata

Mata merupakan salah satu organ vital manusia. Kesehatan mata sangat penting untuk dijaga demi fungsi yang tetap berjalan optimal.

Namun, ada beberapa kebiasaan yang tanpa sadar memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mata. Hal itu secara tidak langsung juga membuat penglihatan menurun. Apa saja?

1. Membaca di ruangan bercahaya minim

Tak bisa dipungkiri, terkadang aktivitas kerja lebih nyaman untuk dilakukan di rumah. Menyalakan laptop dan membuka dokumen tanpa sadar dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang minim.

Lihat juga: Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Padahal, pencahayaan yang minim mengakibatkan mata tegang yang dapat berujung pada kekeringan. Mata yang kering rentan mengalami iritasi.

Memperhatikan kecukupan cahaya adalah salah satu cara yang perlu diperhatikan sebelum Anda bekerja atau membaca.

2. Sering mengucek mata

Potongan lagu anak-anak yang mengajak anak untuk mandi setelah bangun tidur rasanya tak berlaku lagi. Kini, orang lebih terbiasa mengucek mata setelah bangun tidur.

Aktivitas mengucek mata biasa dilakukan akibat rasa gatal. Namun, hal itu dapat mengakibatkan kerusakan. Bakteri dari tangan akan berpindah pada mata hingga menimbulkan infeksi.

Selain itu, mengucek mata juga berisiko membuat kornea robek dan menimbulkan kerapuhan pada komponen mata lainnya.

Lihat juga: Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

3. Terlalu lama menatap layar ponsel

Keberadaan gawai dan media sosial jadi alasan sempurna bagi setiap orang untuk berlama-lama menatap layar.

Padahal, berlama-lama di depan gawai bisa berdampak buruk. Penglihatan menjadi buram, mata kering, kepala berkunang-kunang, dan menimbulkan rasa mual.

Sebaiknya, ajak mata beristirahat selama 20 menit dengan menutup mata dari paparan sinar ultraviolet. Pasalnya, paparan sinar UV dapat menyebabkan gangguan mata seperti katarak.

Namun, sekadar kacamata hitam saja tak cukup. Mengutip Self, penting untuk menggunakan kacamata yang mampu menangkal sinar UV saat berada di luar ruangan untuk menghindari kerusakan mata.

4. Tidak menggunakan kacamata hitam

Menggunakan kacamata hitam kerap menjadi pilihan untuk melindungi mata dari paparan sinat ultraviolet. Pasalnya, paparan sinar UV dapat menyebabkan gangguan mata seperti katarak.

Namun, sekadar kacamata hitam saja tak cukup. Mengutip Self, penting untuk menggunakan kacamata yang mampu menangkal sinar UV saat berada di luar ruangan untuk menghindari kerusakan mata.

5. Ketergantungan pada tetes mata

Mata merah sering dianggap sepele. Bekerja hingga larut serta terlalu lama menatap layar membuat mata menjadi merah. Meneteskan obat pada mata kerap dilakukan untuk mengatasi mata merah.

Lihat juga: Ketika Peran Manusia di Masa Depan Digantikan "Robot"

Namun, terlalu sering mengandalkan obat tetes mata justru bisa menimbulkan kerusakan.

“Tetes mata bekerja dengan mempersempit pembuluh darah. Namun, jika Anda menggunakannya secara berlebihan, ia malah menimbulkan kemerahan”, ujar ahli kesehatan mata, Jessica Ciralsky.

6. Salah aplikasi make up

Penggunaan make up bertujuan untuk menutupi kekurangan pada wajah, termasuk mata. Namun, perlu diingat bahwa mata adalah organ yang sensitif dan rentan mengalami kerusakan.

Anda perlu memperhatikan penggunaan make up sekitar mata seperti maskara, eyeliner, eyeshadow, dan krim mata.

Akan lebih baik jika Anda mengaplikasikan make up jauh dari garis mata atau dekat dengan pangkal bulu mata. Penggunaan make up pada bagian ini akan menghambat produksi minyak untuk kelopak mata yang bisa menimbulkan infeksi.

7. Menggunakan lensa kontak saat mandi atau berenang

Lensa kontak bisa menjadi alat bantu penglihatan favorit. Para penggunanya diharapkan untuk menjaga kebersihan, baik saat memakai ataupun melepaskannya. Hal lain yang perlu diingat adalah melepas lensa kontak saat mandi dan berenang.

Para ahli kesehatan mata kerap mengingatkan untuk tidak menggunakan lensa kontak saat beraktivitas yang melibatkan air. Pasalnya, air membawa bakteri atau mikroorganisme yang disebut acanthamoeba yang bisa menyebabkan infeksi.

5 Bahaya yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

5 Bahaya yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

Di tengah hari yang terik dan panas, segelas es teh manis segar pasti bisa menyegarkan tenggorokan yang kering.

Apalagi ketika segelas es teh manis ini dicampur dengan irisan lemon atau buah segar. Meskipun minum es teh memang menyegarkan dan teh juga punya berbagai manfaat positif untuk kesehatan namun minum es teh manis atau es teh biasa juga memberikan risiko tersendiri. Namun berapa banyak es teh yang dianggap buruk untuk kesehatan?

Ada beberapa masalah yang mungkin timbul ketika terlalu banyak minum es teh.

Lihat juga: resep hidup sehat dengan cuci tangan

1. Diabetes

Es teh manis tentunya mengandung gula untuk memberikan rasa manis. Rasa manis dalam es teh manis ini akan menyegarkan dan menambah energi. Namun hati-hati, kandungan gula yang terlalu tinggi dalam gula akan berisiko membuat Anda terserang diabetes.

2. Batu ginjal dan masalah ginjal

Mengutip Elite Readers, seorang pria dilaporkan minum setidaknya 16 gelas es teh hitam setiap hari. Dia pun mengalamai banyak efek negatif untuk kesehatannya, terutama dalam urusan kesehatan ginjal.

“Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal”, kata Umbar Ghaffar, dokter dari Medical Sciences di Little Rock, Arkansas dikutip dari CBS News.

Dia mengungkapkan bahwa teh hitam memang memiliki banyak manfaat kesehatan tapi juga punya senyawa kimia yaitu oxalate yang bisa membuat gagal ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.

3. Penyakit kardiovaskular

Jangan lupa bahwa es teh khususnya teh hitam mengandung kafein. Terlalu banyak minum teh dan juga kafein akan berpotensi menyebabkan masalah kardiovaskular.

“Semua teh hitam mengandung kafein, hal ini baik dikonsumsi jika memiliki tekanan darah tinggi atau denyut jantung yang cepat. Ini akan membuatnya jadi makin buruk”, kata Suzanne Steinbaum, Direktur dari Lembaga Kesehatan Perempuan di Lenox Hill Hospital, New York kepada Everyday Heatlh.

Lihat juga: 5 Mesin makanan ukm agar usaha makanan semakin melesat

4. Obesitas

Kandungan gula yang tinggi juga berbahaya untuk berat badan Anda. Merek-merek teh manis terkenal biasanya memiliki 250 kalori.

5. Stroke

Siapa sangka minum es teh manis bisa berisiko  menyebabkan stroke. Ini terjadi karena es teh bisa meningkatkan jumlah trigriserida dalam tubuh.

Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan bersih merupakan resep hidup sehat. Inilah tema yang diusung Hari Cuci Tangan Sedunia atau Global Handwashing Day 2018.

Hari Cuci Tangan Sedunia yang diinisiasi Global Handwashing Partnership (GHP) diperingati setiap tahunnya pada 15 Oktober. Sejak dihelat pada 2008, Hari Cuci Tangan Sedunia mengajak gaya hidup sehat melalui mencuci tangan dengan bersih.

Tahun ini, Hari Cuci Tangan Sedunia fokus pada hubungan antara mencuci tangan dengan makanan yang meliputi nutrisi dan kebersihan makanan.

lihat juga: biaya-biaya yang hilang akibat skizofrenia

“Mencuci tangan adalah bagian penting untuk menjaga makanan yang aman, mencegah penyakit, dan membantu anak-anak tumbuh dengan kuat”, ujar pernyataan dari GHP, seperti dikutip dari laman resmi Global Handwashing Day.

Mencuci tangan dengan sabun dapat menjaga makanan tetap bersih dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan makanan. Lebih dari 70 persen kasus diare di dunia berhubungan dengan kebersihan makanan.

Mencuci tangan dengan sabun diperkirakan dapat mengurangi diare sebesar 27 hingga 48 persen. Mencuci tangan juga dapat mengurangi hilangnya nutrisi pada makanan dan mengurangi risiko stunting pada anak usia di bawah 5 tahun hingga 15 persen.

Penyakit yang ditularkan melalui makanan adalah penyebab utama kematian pada negara yang berpendapatan rendah. Kontaminasi pada makanan rentan pada wanita hamil, janin, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

Lihat juga: penyakit kesehatan jiwa dalam perlindungan bpjs

Penelitian menunjukkan, mencuci tangan memiliki manfaat untuk kebersihan makanan, nutrisi, dan kesehatan secara menyeluruh. Berikut beberapa resep atau cara hidup sehat dengan mencuci tangan berdasarkan rekomendasi dari HGP.

1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasak dan menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan seseorang termasuk ketika hendak menyusui.

2. Jadi contoh mencuci tangan dengan baik dan selalu mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan sebelum makan.

3. Jadikan kebiasaan cuci tangan sebagai bagian dari makan bersama keluarga.

4. Sediakan tempat mencuci tangan di rumah, komunitas, sekolah, tempat kerja, dan di fasilitas kesehatan.

Biaya-Biaya Yang Hilang Akibat Skizofrenia

Biaya-Biaya Yang Hilang Akibat Skizofrenia

Penderita skizofrenia kerap diasosiasikan dengan gila. Gangguan kesehatan jiwa berat ini mengganggu proses berpikir penderita. Delusi dan halusinasi kerap mendorong perilaku tak pantas dari penderita.

Sederet kerugian diakibatkan oleh penyakit mental paling kronis ini. Tak cuma merusak otak, skizofrenia juga menimbulkan kerugian dan beban biaya yang tak sedikit.

Kajian yang dilakukan oleh Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KP-MAK) Universitas Gajah Mada mencatat biaya yang muncul akibat penyakit skizofrenia mencapai Rp32 juta per tahun untuk setiap pasien.

Baca juga: penyakit kesehatan jiwa dalam perlindungan bpjs

“Biaya itu termasuk biaya langsung dan tidak langsung seperti hilangnya produktivitas”, ujar Ketua Pusat KP-MAK UGM, DI Yogyakarta, Diah Ayu Puspandari di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Rincian yang muncul untuk biaya langsung meliputi pengobatan medis dan alternatif yang masing-masing mencapai 20 persen. Ada pula dana penyediaan ruangan yang khusus dipersiapkan untuk penderita skizofrenia.

Tak cuma itu, skizofrenia juga membutuhkan biaya transportasi. Menurut Diah, kondisi skizofrenia yang meledak-ledak dan tak terkontrol membuat keluarga kerap membawa penderita dengan menggunakan kendaraan beroda empat menuju fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Beruntung bagi mereka yang telah memiliki mobil. Tapi bagi yang tidak, terpaksa keluarga kudu mengeluarkan koceknya untuk menyewa mobil.

baca juga: aturan lama menatap layar eletronik bagi anak

Di luar itu, biaya paling besar justru muncul dari sesuatu yang tak bersifat langsung. Biaya itu merupakan kerugian akibat hilangnya produktivitas pasien.

“Ini paling besar, bisa sekitar 30 persen sampai 40 persen per tahun (untuk setiap pasien)”, ungkap Diah.

Namun, perlu dicatat, skizofrenia tak hanya merugikan penderita, tapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebut saja caregiver yang mungkin mengalami kerugian serupa.

Namun, sayangnya kajian tersebut belum menghitung instrumen biaya hilangnya produktivitas caregiver. Padahal, sering kali seorang skizofrenia didampingi oleh lebih dari satu caregiver.

Baca juga: Telepati bukan lagi angan-angan, ilmuwan hubungkan pikiran 3 manusia

Diah memberikan catatan, kajian yang dilakukannya ini belum bisa mencerminkan kondisi di komunitas (penderita skizofrenia). Sebab, penelitian tersebut tak menjangkau semua responden.

Penelitian hanya fokus pada responden yang memiliki akses ke rumah sakit. Sedangkan di luar sana, masih banyak penderita skizofrenia yang tak mendapatkan pengobatan sebagaimana mestinya.

Mencegah kerugian

Biaya yang besar ini bisa saja tak muncul jika pencegahan dilakukan. Pencegahan yang perlu dilakukan itu meliputi perawatan dan pengobatan secara rutin.

Seorang skizofrenia, kata Diah, dapat beraktivitas normal seperti biasa dengan catatan rutin mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan.

Selain itu, stigma pada keluarga soal penyakit ‘gila’ ini juga mesti dihilangkan. Diah menyebut, skizofrenia sama dengan penyakit kronis lainnya.

“Keluarga sering menyembunyikan, menganggap aib, padahal sama dengan penyakit kronis lain seperti diabetes dan hipertensi yang seumur hidup”, ucap Diah.

Penyakit Kesehatan Jiwa dalam Perlindungan BPJS

Penyakit Kesehatan Jiwa dalam Perlindungan BPJS

Kesehatan jiwa masih dipandang sebelah mata. Masyarakat masih menganggap remeh dan mengabaikan penyakit ini. Akibatnya, mereka enggan memeriksakannya secara medis.

Padahal, kesehatan jiwa sama halnya dengan kesehatan fisik secara umum. Jika tak ditangani dengan baik, keduanya sama-sama bisa mengancam keselamatan jiwa. Sekecil apa pun gangguan mental yang dialami, pemeriksaan medis harus dilakukan meski biaya yang dibutuhkan tak sedikit.

Sayang, tak banyak yang menyadari bahwa gangguan kesehatan jiwa telah diakomodasi dalam layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

“Terkait dengan kejiwaan itu memang jadi perhatian. Selama diagnosisnya ada di Permenkes 59 Tahun 2015, tentu kami jamin”, ujar Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi Antarlembaga BPJS Kesehatan, M Iqbal Anas, Rabu (10/10).

Dalam beleid Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan JKN, tercantum indikasi medis dan diagnosis terkait penyakit kesehatan jiwa seperi depresi, gangguan kepribadian, kontrol impuls, gangguan bipolar, skizofrenia, dan penyakit mental lainnya.

Skema klaim BPJS Kesehatan juga disebut tak berbeda dengan kesehatan fisik secara umum. “Tak ada bedanya. Semua setara mau rumah sakit jiwa atau rumah sakit apa pun. Klaim, ya, klaim, sesuai regulasi saja”, ucap Iqbal.

Pasien yang mengalami gangguan mental mesti melakukan pemeriksaan awal dari dokter atau psikolog di fasilitas kesehatan pertama seperti puskesmas, poliklinik, dokter praktik, atau klinik 24 jam.

Jika tak bisa ditangani di faskes pertama, pasien mendapatkan rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit jiwa. Khusus kondisi gawat darurat, pasien dapat langsung menuju IGD RS Jiwa.

Tercatat, BPJS Kesehatan mengeluarkan dana sebesar Rp730 miliar pada 2016 untuk penyakit yang tergolong dalam gangguan jiwa. Dana ini terbagi atas Rp455 miliar untuk rawat inap dan Rp275 miliar untuk rawat jalan. Penyakit paranoid skizofernia merupakan kasus yang paling banyak ditangani untuk rawat inap dan rawat jalan.

Baca juga: Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Jumlah ini meningkat dibanding 2017 yakni Rp573 miliar dengan rincian Rp397 miliar untuk rawat inap dan Rp175 miliar untuk rawat jalan.

Aturan lebih rumit

Beda jenis penyakit, beda pula alur yang kudu dilalui. Hal itu pula yang berlaku untuk pasien gangguan jiwa.

Dalam beberapa kasus, pengobatan pasien gangguan jiwa membutuhkan proses yang lebih rumit untuk mendapatkan jaminan BPJS Kesehatan. Alur yang lebih rumit ini biasanya terjadi pada pasien gangguan jiwa berat.

Pasien skizofrenia, misalnya, yang tergolong sebagai gangguan jiwa berat. Dalam faktanya di lapangan, pasien skizofrenia membutuhkan pengobatan dan perawatan seumur hidup.

Pasien atau keluarga pasien mesti mengurus perpanjangan surat rujukan untuk mendapatkan pertanggungjawaban BPJS Kesehatan setiap beberapa bulan.

“Ini prosedur monitoring untuk memastikan perginya uang negara jadi memang harus dirinci. Bagian dari monitoring dan pengawasan saja”, pungkas Iqbal.

Baca juga: Tidak Semua Obat Herbal Sama dan Ini Perbedaannya