Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Masih banyak kaum menengah kebawah yang terseok-seok untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang serba mahal. Kaum perempuan disatu sisi mempunyai sebuah peran sebagai ibu dengan tanggung jawab mengurus anak dan suami. Sementara disisi lain, mereka juga berhak untuk bekerja dalam menghidupi kehidupan rumah tangga dan membantu suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.Kemiskinan tidak hanya menimbulkan tekanan kepada perempuan secara psikologis, akan tetapi perempuan juga harus puas dengan dampak negatif yang ditimbulkan dari program pembangunan yang dirancang tanpa memperhatikan masalah gender.
Kesempatan kerja bagi wanita yang terbatas disertai dengan kurangnya keterampilan dan pendidikan menyebabkan para perempuan di negeri ini kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Budaya patriarki yang menjunjung tinggi laki-laki menyebabkan sektor tenaga kerja didominasi oleh kaum laki-laki. Sementara itu, apabila perempuan mendapatkan pekerjaan, hal yang sering terjadi yaitu bahwa kaum perempun harus puas dengan hanya mendapatkan pekerjaan yang sesuai kodratnya dimana mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Kaum perempuan seringkali ditempatkan pada pekerjaan-pekerjaan yang marginal. Hal ini merupakan akibat dari proses identifikasi perempuan terhadap segala hal yang sesuai dengan sifat perempuan seperti yang sudah dikontruksi secara sosial. Kaum perempuan dikontruksi oleh masyarakat sebagai sosok yang lemah lembut, penuh perasaan dan menjadi pengatur sektor domestik atau rumah tangga. Kaum perempuan dibesarkan dengan kepercayaan bahwa sifat-sifat luhur bagi mereka adalah sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat laki-laki. Sementara itu, kaum pria digambarkan sebagai sosok yang kuat, tangguh dan perkasa.
Dalam dunia pekerjaan, laki-laki lebih dapat mengembangkan diri dibandingkan dengan perempuan. Pekerjaan yang diperuntukkan bagi laki-laki lebih menantang dan mempunyai tingkat resiko lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dimana kaum laki-laki dapat bekerja di luar rumah. Sementara itu, dunia kerja yang diperuntukkan untuk perempuan menyediakan pekerjaan dengan tingkat resiko lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan kaum perempuan memperoleh stereotipe bahwa perempuan cenderung lemah dan mempunyai tingkat keterampilan yang lebih rendah dibanding laki-laki. Pembagian kerja laki-laki lebih dialokasikan kepada pekerjaan maskulin dengan status dan upah lebih tinggi dari perempuan. Sementara itu, kaum perempuan lebih dialokasikan pada pekerjaan feminin dengan status dan upah lebih rendah dari laki-laki. Diskriminasi gender yang terjadi tersebut menyebabkan kaum perempuan termarjinalkan.
Tulisan ini disadur dari tugas Mata Kuliah Sosiologi Gender
2 comments
kalau bisa tulisannya diratakan kanan kiri biar rapi…
Artikelnya bagus, coba ditambah gambar yang lebih real biar tambah menarik