Relativitas Budaya
Sebelum kita mengetahui mengenai relativisme budaya terlebih dahulu kita tahu apa itu kebudayaan?
Kebudayaan asalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dan didapatkan dari hasil belajar ( Koentjaraningrat, 2009:144). Dari pengertian tersebut kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu knowledge Culturalseperti adat istiadat,Cultural behaviorseperti sistem sosial , dan Cultural artefac seperti kesenian, dan benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan di foto ( Koentjaraningrat,2009:153).
Kebudayaan bersifat material dan non material. Material hal-hal yang dapat kita lihat dan kita sentuh seperti bangunan, mesin, tata rambut dan sebagainya sedangkan yang bersifat non material adalah cara berpikir ( kepercayaan, nilai, dan lainnya ) dan cara bertindak ( bahasa, bentuk interaksi, gerak isyarat) ( James M Henslin, 2006 :38).
Perbedaan kebudayaan menghasilkan sebuah sikap yang disebut etnosentrisme dimana kebudayaan sendiri dianggapnya lebih baik dari pada kebudayaan lain. Sehingga muncul masyarakat yang beradab dan primitif. Ketika sekap ini tumbuh subur maka terjadinya konflik tidak dapat dihindarkan lagi. Disini relativisme perlu diterapkan.
Relativisme berasal dari kata latin yaitu relativus yang berarti relatif, relativisme berpendapat bahwa perbedaan kebudayaan bukanlah perbedaan dalam hakikat melainkan kebudayaan karena faktor-faktor diluarnya (id.wikipedia.com). Relativisme budaya adalah melihat bagaimana unsur satu kebudayaan cocok satu sama lain tanpa menilai apakah unsur tersebut lebih tinggi atau lebih rendah ( James M Henslin, 2006:40). Berarti Perbedaan kebudayaan tidak perlu dipermasalahkan.
Relativisme budaya berarti tidak memberikan penilian terhadap budaya masyarakat lain, dan tidak berperilaku atas penilaian tadi. Kita tidak boleh membandingkan baik buruknya kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan kita sendiri. Karena terbentuknya sebuah kebudayaan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitarnya.
Misalnya isu yang sekarang sedang terjadi yaitu pendirian pabrik semen di Rembang. Mengubah masyarakat sesuai dengan keinginan tidaklah mudah. Ketika pabrik itu didirikan maka akan terjadi perubahan kebudayaan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri karena lingkungan yang berubah. Tidak semua masyarakat dapat menyesuaikan diri sebagai masyarakat industri. Karena ketika ada pabrik/perusahaan pasti ada perbedaan kelas yang sangat signifikan disana antara borjuis dan proletar. Walaupun masyarakat tanpa kelas merupakan utopia namun dalam masyarakat agraris perbedaan kelas tidak begitu terlihat. Taraf hidup masyarakat antara satu dan yang lain hampir sama. Suatu masyarakat tentunya mempunyai local genius yang tetap harus dipertahankan. Dan suatu perubahan tidak dapat dipaksakan oleh suatu kelompok yang berkepentingan.
Relativisme dapat mengimbangi kecenderungan kita untuk menggunakan kebudayaan kita sebagai standar kita dalam menilai kebudayaan lain dengan ini kita dapat mencoba memahami kebudayaan dari sudut pandangnya sendiri ( James M Henslin, 2006:42). Begitu pula mengenai moralitas perbedaan moral ini mengenai benar dan tidak benar. Moralitas yang terdapat di masyarakat adalah benar tergantung dari sudut mana kita melihat kebenaran tersebut. Ketika relativisme budaya ini maka sikap toleran akan terjalin dan apa yang diinginkan akan sejalan dengan perubahan.
Dalam lingkup sederhana kita dapat mempraktekan relativisme budaya dalamkehidupan bermasyarakat. Untuk sebuah perubahan terlebih dahulu kita pahami apa yang sahabat-sahabat lain inginkan. Mewujudkannya dengan sikap toleransi antara satu dan yang lainnya. Dan satukan dalam sebuah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegera yang beratapkan Indonesia.
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta
Henslin,M James.2006.Sosiologi dengan Pendekatan Membumi.Jakarta:Erlangga
Id.wikipedia.com ( Diakses asa 30 November 2014 pukul 21.00 WIB )
Recent Comments