Yuk teman-teman, kita tengok pendidikan di sebelah….
POTRET PENDIDIKAN SEDERHANA DI DELIKSARI
Foto di atas merupakan foto yang penulis ambil sebagai dokumentasi dari kegiatan ngaji sore bareng anak-anak di Desa Deliksari, Kecamatan Gunungpati, Kabupaten Semarang. Bentuk dari kegiatan ini adalah ngaji seperti biasa berupa ngaji jus Amma dan Al-quran yang dilaksanakan setiap sore sekitar pukul 16:00 hingga pukul 17:30. Pesertanya adalah adik-adik kecil usia paud hingga SMP yang ada di Desa Deliksari. Apabila dilihat secara umum, mungkin kegiatan ngaji sore sudahlah menjadi fenomena pendidikan yang biasa. Namun, kita lihat dulu konteksnya..
Seperti yang telaha dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan kegiatan ngaji sore ini dilaksanakan di salah satu desa kecil yang ada di lereng bukit gunungpati, tepatnya di daerah tanjakan menuju kampus Unnes. Desa kecil ini dihuni oleh masyarakat dengan kelas sosial menengah ke bawah. Di lokasi ngaji sore yang kami laksanakan ini berada di tengah-tengah kampung dengan kondisi tempat tinggal yang kebanyakan masih terbuat dari kayu, dengan lantai tanah atau plaster kasar. Dengan kondisi ekonomi masyarakat yang bisa dikatakan belum mapan ini, membuat maindset masyarakat terhadap pendidikan dianggap bukan hal yang utama. Akantetapi hal ini secara perlahan mulai bergeser, dengan adanya program pemerintah wajib belajar 9 tahun, masyarakat serasa tertolong dengan pembiayaan pendidikan yang cupkup mahal. Terbukti disini sekarang sudah berdiri sekolah PAUD atas swadaya dari beberapa pihak.
Dengan adanya orang-orang atau pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan, maka berbagai upaya akan dilaksanakan untuk membangun harapan belajar bagi anak-anak. Salah satua bentuknya adalah seperti yang dilakukan oleh Ibu Yanti. Dialah orang yang pertama kali membentuk perkumpulan ngaji untuk anak-anak ini, atas dasar keprihatinan terhadap pendidikan rohaniah bagi anak-anak muslim. Yang membuat fenomena pendidkan ini unik yaitu kegiatan ngaji ini tidak dilaksanakan di masjid ataupun musahola, melainkan di sekolah PAUD. Di pagi hari sekolah ini digunakan untuk belajar anak-anak sekolah usia dini, dan di sore harinya digunakan untuk ngaji.
Bagi penulis yang hingga sekarang masih merasa takjub adalah kerukunan masyarakat di sini. Masyarakat yang terdiri dari uamt muslim dan kristiani ini hidup rukun secara berdampingan. Penulis bisa mengatakan hal ini karena penulis melihat disini juga dibagun sebuah gereja diantara pemukiman penduduk, tepatnya di sebrang bangunan tempat ngaji sore dilaksanakan. Meski berada di dekat gereja, nagji sore ini banyak pesertanya. Adik-adiknya juga semangat dan sangat antusias. Jika penulis amati, anak-anak yang ada di sini adalah anak-anak yang cerdas dan aktif. Ketikan kegiatan ngaji telah di buka, tanpa menunggu komando dari sang guru, anak-anak langsung antri bahkan dulu-duluan untuk maju ngaji. Kepada orang baru pun mereka sangat opened, mengajak berkenalan dulu, bahkan tidak ada rasa malu atau canggung. Bagi mereka siapapun orangnya, yang mengajari ngaji adalah guru mereka, mau itu orang baru, anggota masyarkatnya atupun orang asing sekalipun.
Jumlah anak-anak yang tidak sedikit dengan keaktifannya masing-masing ini, tak hayal kadang membuat pengajar ngaji disini merasa kwalahan. Uniknya lagi, penulis pernah menjumpai ada anak yang orang tuanya adalah kristiani, namun ia ikut ngaji bersama anak-anak muslim di sini. Situasi inilah yang embuat penulis kagum dan merasa sangat bangga dengan adik-adik di sini. Dengan kekompakan, keaktifan, dan keantusiasan mereka dalam belajar ngaji, membuat orang di “luar” mereka merasa iri dan bergabung menjadi bagian dar mereka.
Hal yang ingin penulis tekankan di sini yaitu, bahwa kepedulian kita terhadap pendidikan yang dibarengi dengan usaha nyata, meskipun kecil akan memeberikan dampak yang besar bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Terutama dalam hal pendidkan rohaniah ataupun pendidikan karakter, yang semakin kesini semakin luntur. Melalui pembentukan kelompok ngaji ini, sebagai wujud pendidikan karakter sederhana yang bisa dilaksanakan di lingkungan masyarakat. Dengan tujuan untuk membudayakan anak belajar dan membaca Al-Quran yang idealnya adalah kitab pedoman hidupnya. Ini adalah salah satu bentuk tindakan kecil yang akan memberikan dampak besar.
Beberapa dokumentasi lainnya adalah sebagai berikut:
Sepertinya untuk postingan silabus yang kelas X Antropologi belum ada, terimakasih
udah kok le
Wah cocok kak, jadi kita bisa membantu adik-adik dalam belajar Al-qur’an bukan hanya itu apakah disana juga diajarkan mengenai makhroj (tajwid) yg baik dan benar?
duh mb…. itu masalahnya, SDMnya kurang memadai… antra pengajar ma pesertanya dan wktuny gx imbang
artikelnya sangat menarik kak 🙂
Bagus kak, lanjutkan yaaa