Proses Atau Tahapan Konflik

Salam Ceria…

Generasi Muda Berprestasi…

Dalam postingan kali ini, Saya akan mempublikasikan tugas Semester 2 dalam mata kuliah “Konflik dan Integrasi.” Tugas tersebut membahas tentangproses atau tahapan konflik. Apakah Kalian sudah paham mengenai tahapan konflik? Kalau belum sebagai penambah wawasan saja, Silahkan lebih lanjut di baca artikel dibawah ini.

Konflik merupakan suatu masalah yang kerap sekali terjadi baik itu didalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kantor, pabrik, maupun lembaga instalasi dan yang lainnya. Konflik sendiri dapat dipicu dari hal yang paling kecil hingga besar. Terjadinya konflik pasti dilatarbelakangi adanya penyebab baik hal tersebut dapat berupa rasa tidak senang, perbedaan pendapat maupun kepentingan, adanya persaingan antar pihak yang sedang berkonflik dan lain sebagainya.

Di dalam suatu konflik juga terdapat suatu proses maupun tahapan yang nantinya lebih jelas akan dibahas oleh penulis pada bagian pembahasan. Antara satu orang dengan orang lainnya atau dengan kelompok lainnya, tidak mungkin mereka langsung terjadi konflik tanpa mengalami suatu tahapan.

Di Indonesia ini banyak sekali kasus tentang pertentangan maupun konflik yang terjadi didalam suatu masyarakatnya. Sebagai salah satu contohnya adalah seorang nenek yang mengambil kayu tetangganya tanpa meminta izin, dan akhirnya beliau di laporkan kepada pihak yang berwajib oleh pemilik kayu yang tak lain adalah kerabat dekatnya sendiri atas kasus pencurian kayu.

Sebenarnya mendengar berita tersebut sangat miris apabila kita dengar, padahal masalah sekecil itu, dapat diseleseikan dengan cara kekeluargaan, apalagi pihak yang sedang ada konflik tersebut masih mempunyai hubungan tali persaudaraan. Selain itu, sang nenek hanya mengambil kayu yang sudah jatuh untuk digunakannya memasak.

Konflik di Indonesia ini memang beranekaragam yang tidak dapat penulis sebutkan satu pesatu, karena kita yakin bahwa setiap makhluk ciptaan Tuhan Yang Mahha Esa itu tidaklah sama, pastilah setiap individu tersebut mempunyai perbedaan, hal tersebutlah yang membuat masyarakat di Indonesia ini heterogen. Selain itu dari sudut kebudayaan, bahasa, adat istiadat, dan lain-lain antara satu daerah dengan daerah yang lainnya pun berbeda. Namun kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, sehendaknya selalu ingat, paham, dan melakukan semboyan pemersatu kita yaitu “Bhinneka Tnggal Ika” walaupun kita ini berbeda-beda namu tetap satu juga.

Di Indonesia kita sering menjumpai adanya konflik, baik konflik intern maupun ekstern. Konflik intern dapat meliputi konflik antar suku, agama, ras, yang terjadi dalam satu lingkup wilayah. Kemudian konflik ekstern meliputi konflik antar bangsa atau negara yang jangkauannya lebih luas. Dari berbagai konflik yang terjadi di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan ide, pandangan, pendapat, dan faktor yang lain lagi. Dalam konflik sendiri ada tahapan – tahapan tertentu, yang didalamnya mencakup beberapa hal. Tahapan tahapan konflik sendiri berbeda setiap pandangan orang atau tokoh, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.

   Menurut Pondi sendiri tahapan tahapan konflik terbagi menjadi lima yaitu sebagai berikut:

  1. Konflik laten yaitu tahap dimana munculnya faktor faktor penyebab konflik dalam organisasi atau kelompok. Tahap ini merupakan tahap awal terjadinya konflik yang biasanya menimbulkan persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, perebutan posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi.
  2. Konflik yang di persepsikan, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. Dalam tahap ini salah satu pihak tidak memandang pihak lain sebagai kawan, melainkan sebagai musuh yang akan mengancam tujuan mereka. Terdapat persaingan yang ketat antara pihak pihak yang bersangkutan.
  3. Konflik yang di manifestasikan, yaitu tahap dimana perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukan seperti adanya sabotase antar pihak. Misalnya salah satu pihak melakukan tindakan pengrusakan yang dilakukan secara terencana dan juga tersembunyi, berhubungan dengan peralatan, aktivitas, dan personel dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan dalam tengah tengah kehidupan masyarakat.
  4. Resolusi konflik, yaitu tahap dimana konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan. Pihak yang berkonflik berusaha mencari jalan keluar atas konflik yang terjadi dengan berbagai macam cara seperti musyawarah atau jalan damai, mendatangkan pihak ketiga atau mediasi, melalui meja hijau atau pengadilan, maupun cara cara lainnya yang menjadikan konflik tersebut selesai.
  5. Konflik aftermath, yaitu dimana pihak yang berkonflik sudah tidak ada persaingan dan perbedaan, sehingga konflik tersebut dapat meningkatkan hubungan baik, meningkatkan solidaritas dengan pihak pihak yang bersangkutan. Begitu juga sebaliknya, apabila tidak dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat dan baik dapat menimbulkan konflik yang baru.

Sedangkan menurut Smith proses terjadinya konflik sebagai berikut:

  1. Tahap antisipasi, yaitu tahap dimana munculnya tanda tanda akan terjadinya sebuah konflik, biasanya terjadi dengan adanya gejala perubahan yang mencurigakan. Seperti perubahan sikap yang semula tidak baik menjadi baik karena ada tujuan tertentu.
  2. Tahap menyadari, yaitu tahap dimana mulai di lakukan sesuatu hal dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan. Misalnya seseorang yang mempunyai masalah dengan orang terdekat, kemudian ia melakukan suatu tindakan yang negatif, padahal dahulu ia sering bermain bersama, dan saling berhubungan.
  3. Tahap pembicaraan, yaitu tahap dimana pendapat pendapat antar pihak mulai bermunculan dan biasanya terdapat dalam sebuah forum atau perkumpulan. Seperti dalam perkumpulan terdapat sebuah perbedaan pendapat antar anggota, kemudian dia menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar, sehingga dapat menimbulkan sebuah konflik dalam forum tersebut.
  4. Tahap perdebatan terbuka, yaitu tahap dimana perbedaan pendapat ditunjukkan dengan nyata dan terbuka, biasanya terdapat pada sebuah seminar seminar nasional bahkan internasional, mereka saling menuangkan ide atau pendapat nya, agar dapat diterima dalam forum tersebut.
  5. Tahap konflik terbuka, yaitu tahap dimana masing masing pihak memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. Misalnya kita memaksa orang lain untuk mengikuti apa pendapat kita. Pada tahap ini konflik dilakukan tidak secara sembunyi sembunyi, melainkan secara terbuka dan tidak menimbulkan kekerasan, jika pihak pihak yang bersangkutan saling memahami.

Dari penjelasan mengenai tahapan konflik atau proses terjadinya konflik menurut Pondi, dan Smith, dapat diambil gambaran umum bahwa, tahapan konflik menurut Pondi lebih mengarahkan pada tingkatan yang sangat berbeda dari setiap tahapannya, dan dalam tahapan tersebut terdapat hal hal yang menimbulkan persaingan yang ketat oleh pihak pihak yang bersangkutan, sedangkan tahapan konflik menurut Smith lebih kearah pada sebuah perkumpulan yang menimbulkan sebuah perdebatan karena perbedaan pendapat atau pikiran antar orang dalam perkumpulan tersebut.

Contoh kasus dari tahapan tahapan konflik yang sesuai dengan penjelasan di atas seperti konflik yang terjadi di dalam sebuah organinsasi kemahasiswaan misalnya seperti Hima ( Himpunan Mahasiswa ) . Misalnya saja ada dua orang anggota organisasi tersebut yang memiliki perbedaan pendapat dan pandangan dalam menghadapi sebuah masalah. Dan karena perbedaan inilah mulai muncul rasa tidak suka diantar dua orang tersebut. Menurut Pondi, tahapan ini disebut Konflik Laten. Semakin lama kedua orang tersebut merasa bahwa satu sama lain diantara mereka menjadi penghambat bagi tujuan yang ingin dilakukan mereka. Tahapan ini disebut konflik yang di persepsikan. Karena satu sama lain mulai merasa saling menjadi penghambat dan penghalang mulailah muncul tindakan – tindakan negative yang bersifat menyabotase seperti saling menjelekkan satu sama lain , bahkan berusaha merusak kinerja satu sama lain. Tahapan ini disebut konflik yang di manifestasikan. Setelah sekian lama berkonflik dan banyak melakukan tindakan – tindakan negative muncullah upaya untuk berdamai satu sama lain dan berusaha mengerti satu sama lain , dan tahapan ini disebut resolusi konflik. Setelah berdamai satu sama lain tentu saja sudah tidak ada lagi konflik diantara kedua orang tersebut dan tahapan ini disebut tahapan konflik aftermath.

DAFTAR PUSTAKA                                       

Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosiologi & Antropologi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: