Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan membagikan materi mengenai Kajian Etnografi dari buku yang berjudul Back Door Java, materi ini merupakan tugas kuliah dari mata kuliah Kajian Etnografi, pada semester 3 yang lalu, berikut materinya:
Kajian Etnografi mengenai buku “Back Door Java”
Awalnya peneliti melakukan penelitiannya sebagai ibu rumah tangga, dia memposisikan dirinya sebagai ibu rumah tangga supaya dapat lebih akrab dengan ibu-ibu yang berada di kampung penelitiannya tempatnya di Kampung Rumah Putri. Ibu-ibu disana sangat ramah sehingga untuk mengakrabkan hubungannya dengan masyarakat sekitar tidaklah sulit. Si peneliti bersama suaminya mengontrak di salah satu rumah kosong yang ada di Kampung Rumah Putri. Rumah tersebut tidak memiliki pintu belakang tidak seperti rumah-rumah tetangga yang mayoritas terdapat pintu belakang di setiap rumahnya untuk berinteraksi dengan tetangga sebelah. Pintu rumah belakang bagi masyarakat Kampung Rumah Putri sangatlah penting, dengan adanya pintu belakang dapat menjadikan tali persaudaraan menjadi semakin erat, dimana proses interaksi seperti minjam meminjam barang-barang dapur terjadi. Lewat pintu belakanglah semua barang dapat terpenuhi termasuk dalam keadaan mendesak sekaligus.
Dalam mengumpulkan data si peneliti melihat secara langsung kegiatan sehari-hari masyarakat yang berada di Kampung Rumah Putri. Di tambah keberhasilan si peneliti untuk mengakrabkan dirinya dengan ibu-ibu rumah tangga di sana. Si sana si peneliti ikut bergabung dalam program PKK yang diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga, dengan ikut bergabungnya si peneliti ke dalam program tersebut menjadikan banyak data-data yang dapat diambil untuk bahan penelitiannya, seperti tradisi selametan untuk program PKK, hubungan ibu-ibu dengan masyarakat sekitar hingga seluk beluk Kampung Rumah Putri. Bukan hanya itu saja si peneliti juga mendapatkan data mengenai Perkawinan Jawa. Si peneliti juga ikut dalam semua kegiatan yang diadakan di dalam Kampung Rumah Putri seperti waktu ibu-ibu ingin menjenguk masyarakat yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit, si peneliti mendapatkan data dimana tradisi ibu-ibu kampung yang akan menjenguk ke rumah sakit dengan rok panjang dan berhias tidak lupa membawa kipas serta tanggapan dari ibu-ibu kepada masyarakat yang tidak ikut menjenguk. Permasalahan rumah tangga juga hadir di sana seperti pengangkatan anak untuk ibu rumah tangga yang tidak memiliki anak, sikap iri terhadap masyarakat yang keluarganya lebih sukses atau keluarganya yang lebih di hormati dan sikap sombong oleh ibu yang keluarganya lebih sukses. Terdapat pula konflik di dalam keluarga maupun antar tetangga. Di buku Back Door Java juga membahas mengenai Gender yang di konstruksikan oleh masyarakat kampung.
Fokus dari penelitian yang ada di Back Door Java ada dua yaitu meneliti kegiatan perkumpulan nasional untuk ibu rumah tangga (PKK) dan meneliti kehidupan orang Jawa, kelas pekerja di perkotaan. Wong kampung atau orang kampung dapat diartikan sebagai orang yang rendah hati dan memiliki tenggang rasa. Namun, wong kampung sering diartikan juga sebagai orang yang miskin, suka berkelompok, dan berwawasan sempit karena latar belakang pendidikan yang rendah. Namun, bagi saya keramahan dan sikap gotong royong serta tenggang rasa orang kampung sangat khas. Kehidupan kampung memberikan rasa aman dari tekanan-tekanan kehidupan modern. Mereka mengutamakan tolong menolong dan tenggang rasa antar sesama warga.
Si peneliti melakukan penelitian di kota Yogyakarta, dia tinggal di rumah kosong yang ada di Yogyakarta, rumah kosong tersebut di gosipkan berhantu, banyak masyarakat yang sering mendengar suara gedubrak di dalam rumah tersebut. tetapi tidak semua masyarakat percaya rumah tersebut berhantu. Seperti mas yoto yang tidak mempercayai rumah kosong tersebut berhantu. Si peniliti awalnya ingin meneliti mengenai kaitan antara masyarakat pertanian dan negara. Tetapi dia malah salah masuk ke dalam perkampungan, di dalam perkampungan tersebut terdapat ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti PKK. Akhirnya si peneliti tersebut mengubah kajian yang akan ditelitinya, dia mengkaji dengan apa yang dia lihat di kampung tersebut banyak program-program PKK yang dilaksanakan salah satunya posyandu yang dilaksanakan setiap sebulan sekali dengan memberikan vitamin dan makanan secara gratis. Di bagian tertentu juga menjelaskan mengenai pentingnya pintu belakang bagi masyarakat jawa yang menjadikan mempererat kekerabatan antara anggota masyarakat lainnya. Dengan hilangnya pintu belakang menjadikan terputusnya hubungan antara orang tersebut dengan masyarakat sekitar. Bukan hanya memisahkan jarak antar keluarga dan masyarakat saja. Tetapi dengan tidak adanya pintu belakang menjadi sesuatunya menjadi sulit contohnya jika sedang ada tamu lalu tuan rumah kehabisan gula atau teh mau tidak mau tuan rumah harus membeli ke warung dengan melewati pintu depan. Disitu yang menjadi ketidaksopanan tuan rumah karena telah bolak balik seenaknya sehingga kesannya tuan rumah kurang menghormati atau kurang menghargai tamu.
Menghubungkan kampung rumah putri dengan keraton yang masih ada hubungannya dengan keraton Yogyakarta. Dahulu ada abdi dalem yang bekerja di keraton tersebut. menggambarkan memetakkan kampung. Kampung yang berada di pusat Yogyakarta rumah-rumahnya berdesak-desakkan diantara gedung-gedung yang menjulang tinggi, dengan gang-gang yang sangat sempit bahkan untuk jalan melewati gang tersebut kita harus memiringkan badan untuk tidak terkena tembok. Jika kampung rumah putri jalannya sudah agak lebar cukup untuk dilewati mobil, berbeda dengan kondisi kampung di pusat kota Yogyakarta. Kampung rumah putri hampir terlihat seperti pedesaan karena terdapat lapangan terbuka, ruang terbuka seperti kebun yang ditumbuhi pohon papaya dan bambu, serta masih terdapat sawah. Disini terlihat jelas stratifikasi antara si kaya dan si miskin. Kini perkampungan sudah dikuasai oleh masyarakat cina dan arab yang telah menetap khususnya pada masyarakat pesisir dimana proses keluar masuknya barang dan jasa ada di sana, sehingga mempermudah masyarakat asing masuk, dan dapat menetap di sana.
Slametan merupakan tradisi jawa, slametan hadir pada acara seperti pernikahan, sunatan, pindah rumah bahkan pada kegiataan PKK di kampung Yogyakarta, slametan merupakan ucapan rasa syukur atas keberkahan yang telah di berikan oleh Tuhan kepada kita. Slametan dilaksanakan dengan makan secara bersama-sama. Di dalam slametan pintu rumah belakang sangat berguna. Contohnya seperti jika ada sesuatu yang kurang kita dapat membelinya atau meminjam ke tetangga lewat pintu belakang sehingga tamu yang datang tidak mengetahui kekurangan milik tuan rumah. Di dalam slametan juga antara laki-laki dan perempuan sudah mempunyai peran sendiri-sendiri sudah ada pembagiannya sendiri-sendiri seperti perempuan yang tugasnya memasak di dapur, laki-laki yang membacakan doa pada saat acara slamatan di mulai. Buku Back Door Java juga menggambarkan proses slametan dari awal sampai akhir dimana ada pembagian peran antara laki-laki dengan perempuan. Untuk pembagian makanan di lihat dari jasa keluarga yang mau membantu dalam acara selamatan. Yang intinya hanya keluarga terdekat saja. Di dalam buku Back Door Java juga menggambarkan bahwa rumah untuk masyarakat tidak untuk pemilik pribadi, denah-denah yang berada di dalam rumah di sesuaikan dengan acara-acara yang ada di dalam masyarakat, seperti denah dapur yang di bangun luas supaya dalam memasak untuk hajatan dapat dimuat oleh banyak orang. Terdapat pula pintu belakang yang sangat berguna dalam acara hajatan. Peran gender juga terlihat ketika anak laki-laki dibutuhkan untuk mengangkat barang yang berat-berat
Di buku Back Door Java juga menggambarkan peran Ibu rumah tangga yang selalu aktif dalam PKK, untuk menambah penghasilan suami mereka. Ke sepuluh program PKK menjadikan ibu-ibu di Kampung Rumah Putri menjadi kreatif. Dengan adanya program PKK menjadikan lapangan kerja baru seperti pekerjaan informal yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Dengan adanya program PKK tersebut menjadikan pergerakan bagi kaum perempuan, dimana perempuan juga mempunyai misi untuk maju dalam kehidupannya, tidak hanya sebagai istri yang sholehah saja melainkan istri yang multitalent atau serba bisa. Bahkan jika ibu-ibu di Kampung Rumah Putri tidak aktif dalam program PKK dia akan di pandang berbeda oleh ibu-ibu yang lain. Ibu rumah tangga PKK menjalankan tugas-tugasnya dalam sebuah jaringan tuntutan moral yang menyesuaikan diri kepada alur logika yang berbeda mengenai kerjasama, berbagi, dan kebersamaan antar tetangga.
Di dalam buku Back Door Java juga menggambarkan bagaimana perilaku jika mengadopsi anak angkat, yang mana harus di didik secara cerdas, seperti di dalam buku tersebut ada seorang ibu yang mengadopsi anak angkat pada waktu sore hari, si anak tidak diperbolehkan untuk bermain melainkan harus belajar dan juga mandi, hal tersebut sangat berlawanan ketika anak tersebut belum diangkat, dia dengan bebasnya bermain di luar rumah tanpa mengenal waktu tetapi keadaan seperti itu sudah tidak bisa dilakukannya lagi karena tuntutan dari dalam keluarga barunya. Perilaku untuk memberikan hadiah atau barang juga terdapat di dalam buku tersebut ketika si Peneliti ingin memberikan pakaian kepada salah satu anak yang kurang mampu si Peneliti hanya memberi dengan tidak dibungkus oleh kertas apapun, sehingga si anak tersebut tidak dapat menerimanya, karena anak tersebut di didik oleh orangtuanya jika diberi hadiah oleh orang lain hadiah tersebut harus di kado atau di balut oleh kertas, jika tidak di balut dengan kertas menandakan ketidaksopanan oleh si pemberi hadiah atau kado untuk orang yang akan menerima kado.
Si peneliti juga mendapat data mengenai perkawinan Jawa. Dimana dalam perkawinan terdapat proses mulai dari siraman yang dilakukan oleh pengantin perempuan, menjual es dawet yang dilakukan oleh orangtua pengantin perempuan dengan cara digendhong untuk disuguhkan kepada para tamu yang duduk di kursi-kursi di depan rumah dengan syarat menukarkannya dengan kupon-kupon yang sudah dibagikan, midodareni untuk pengantin perempuan yang berakhir sampai tengah malam yang dipercaya pada malam itu bidadari turun dari kayangan untuk memberi kecantikan kepada pengantin perempuan hingga prosesi lempar sirih dan memecahkan telur yang dilakukan oleh pengantin laki-laki dengan telapak kakinya di ambang pintu rumah. Sebelum proses perkawinan dimulai ada upacara yaitu selametan yang ditandai dengan adanya tumpeng. Selametan tersebut akan di berikan doa-doa terlebih dahulu oleh sahabat keluarga, doa-doa tersebut tentunya untuk calon pengantin perempuan dan calon pengantin laki-laki. Si peneliti ikut membantu membungkus hadiah pakaian dari calon pengantin laki-laki yang ditaruh di nampan-nampan. Di dalam pernikahan Jawa diharuskan menikah sesuai dengan urutan kelahiran jika adik mendapat jodoh terlebih dahulu maka si adik harus meminta restu kepada kakaknya dan memberi hadiah untuk kakaknya, terdapat pula upacara khusus untuk meminta restu kepada kakaknya dengan memotong selempang pita di dada kakaknya sembari memberikan hadiah untuknya. Di luar rumah juga tidak lupa dihiasi oleh janur-janur yang sudah menjadi simbol perkawinan Jawa.
Di dalam buku Back Door Java menyinggung mengenai program PKK yang dilaksanakan oleh ibu-ibu rumah tangga Kampung Rumah Putri. Mengenai program PKK tersebut saya setuju bahwa ibu-ibu rumah tangga juga bisa bekerja membantu suami mereka, dengan adanya program PKK menciptakan lapangan kerja informal untuk ibu-ibu rumah tangga untuk berkreasi sesuai dengan bakat masing-masing. daripada ibu-ibu rumah tangga yang hanya merawat anak, berdiam diri di dalam rumah atau bahkan bengong, menonton televisi setiap hari, merumpi tidak ada gunanya, lebih baik waktu luang tersebut digunakan untuk hal yang lebih positif seperti mengikuti PKK, selain dapat mengakrabkan dengan masyarakat jauh juga dapat lebih cerdas atau kreatif dalam melakukan sesuatu, sehingga ibu-ibu rumah tangga tersebut tidak hanya mengandalkan gaji dari suami masing-masing melainkan mempunyai penghasilan tersendiri seperti membuat kerajinan tangan yang menarik yang mempunyai nilai jual yang tinggi dan juga membuat usaha kecil-kecilan di rumah hal tersebut dapat menjadikan rasa kesenangan tersendiri sehingga ibu-ibu tersebut tidak cepat bosan jika berada di rumah. bagi saya dengan terlaksananya sepuluh program PKK dan LKMD seperti: 1. Keamanan, pertahanan dan ketentraman, 2. Pendidikan dan pemahaman serta praktik pancasila 3. Informasi 4. Ekonomi 5. Pembangunan infrastruktur dan perlindungan lingkungan 6. Agama 7. Kesehatan penduduk dan keluarga berencana 8. Pemuda, pendidikan, fisik dan seni 9. Kesejahteraan 10. Pkk. Jika kesepuluh program tersebut terlaksana maka akan berdampak pada negara, negara akan lebih maju dan juga lebih sejahtera. Untuk terlaksananya kesepuluh program tersebut bukan hanya campur tangan dari pemerintah saja yang dibutuhkan melainkan masyarakat juga harus ikut bekerja sama dalam kampung atau daerahnya masing-masing. sedangkan di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat miskin, pengangguran tidak memiliki pekerjaan tetap yang sangat memprihatinkan. Dari tuntutan ekonomi yang harus dipenuhi banyak masyarakat yang putus asa sehingga menjadi jalan yang instan yaitu dengan mencopet, merampok dan lain sebagainya, sehingga tingkat kriminalitas di Indonesia semakin meningkat dari situ terlihat bahwa sistem keamanan kurang berjalan dengan baik. Sebenarnya masih banyak masalah-masalah sosial yang perlu ditangani tetapi dengan keterbatasan-keterbatasan akses menjadikan sulit untuk pemerintah untuk bergerak cepat. Sehingga menurut saya program seperti PKK dan LKMD perlu diaktifkan di setiap kampung atau daerah masing-masing berhubung masih banyak daerah yang sudah tidak terdapat lagi program-program tersebut, seperti di daerah saya dahulu ada program PKK yang terlaksana namun entah mengapa sekarang justru program PKK tersebut sudah tidak aktif lagi. Dari situ maka menurut saya pemerintah seharusnya mengadakan sosialisasi mengenai program-program yang sifatnya dapat membangun dan mensejahterakan masyarakat untuk sama-sama dalam membangun negeri supaya menjadi lebih baik lagi.
Dalam buku Back Door Java peneliti menggunakan metode peneliti emik dimana dalam mengambil data sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Peneliti melihat secara langsung atau terjun secara langsung ke tengah-tengah Kampung dengan ibu-ibu rumah tangga yang aktif dalam PKK dan dia mengambil data sesuai dengan apa yang terjadi di sana pada setiap harinya.