Bagaimana Pembelajaran Kearsipan Yang Menarik?
Oleh Agung Kuswantoro
SMK Bisa! Itulah slogannya sering kita dengar dengan sekolah menengah dalam vokasi ini. Dimana, lulusannya target utamanya adalah bekerja. Bisa juga melanjutkan Perguruan Tinggi.
Menurut saya kompetensi yang dicapai seorang lulusan SMK itu kurang tegas. Mengapa? Bisa kuliah dan kerja. Oleh karenanya, dalam data statistika mahasiswa baru, untuk prodi AP yang paling banyak lulusan SMA, bukan SMK. Mengapa? Karena lulusan SMA itu sangat jelas yaitu melanjutkan Perguruan Tinggi, sehingga berdampak dalam pembelajaran di SMK, khususnya kearsipan.
Pembelajaran kearsipan dalam pengalaman saya itu “ajeg”. Artinya monoton. Dimana monotonnya? Gaya mengajar. Bisa jadi, sangat teoritis. Untuk masuk ke praktis/praktik agak susah karena dibutuhkan sarana prasarana kearsipan. Cara pendekatan agar pembelajaran kearsipan itu kreatif adalah membuat media pembelajaran.
Saya punya pengalaman dalam pembelajaran kearsipan ini, dimana media e-arsip pembelajaran sebagai sarana atau “alat” agar (maha) siswa memahami cara menyimpan arsip dengan benar. Pastinya, dengan kaidah kearsipan.
Dengan cara membuat media pembelajaran ini akan menghasilkan (1) penelitian guru/PTK/penelitian pengembangan; (2) membuat artikel ilmiah bidang pendidikan AP; (3) memiliki hak cipta; (4) menghasilkan buku; (5) membranding – memasarkan – diri akan kemampuan kearsipan; (6) menjadi narasumber dalam bidang kearsipan.
Jika guru kesusahan dalam membuat media pembelajaran, ajaklah orang lain/siswa/ahli/kolaborasi dengan sesama orang yang tertarik dalam bidang kearsipan. Contoh: saya mengajak mahasiswa atau pihak perusahaan “yang mengintai” aktivitas kita.
Dengan cara ini, kita akan berkreasi dengan pembelajaran kearsipan. Insya Allah! Selamat berjuang!
Kudus, 27 Oktober 2023
Ditulis di Rumah Kudus (@home)
Jam 20.00 – 20.15 Wib.
Catatan: disampaikan dalam pelatihan guru di SMK Negeri 1 Kudus, 28 Oktober 2023 dan menjadi guru tamu kelas XI siswa SMK Negeri 1 Kudus.
Recent Comments