hallo teman-teman…
Kali ini penulis akan membahas mengenai “Fakta Sosial Dan Realitas Sosial”. Dimana materi tersebut berada di dalam mata kuliah Bahasa Indonesia yang penulis tempuh ketika Semester 4 lalu. Tugas artikel mengenai Fakta Sosial Dan Realitas Sosial tersebut bertujuan untuk menambah pemahaman mengenai mata kuliah Bahasa Indonesia yang penulis tempuh. Semoga bermanfaat….
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita sebagai masyarakat menyamakan arti antara fakta sosial dengan realitas sosial. Namun, pada sosiologi dua istilah tersebut merupakan hal yang berbeda. Sekilas dua istilah tersebut memang sama, tapi pada dasarnya sangatlah berbeda. Dimana fakta sosial lebih cenderung kepada fenomena apa yang sedang terjadi, sedangkan realitas sosial lebih merujuk kepada makna apa yang terkandung dalam fenomena tersebut.
Untuk memahami istilah tersebut lebih dalam, kita dapat melakukan pengamatan terhadap individu yang sedang menangis. Ketika kita sedang melihat individu yang sedang menangis, faktanya adalah individu tersebut sedang bersedih sehingga menangis dan mengeluarkan air mata. Namun makna dan realitas yang terkandung sesungguhnya bukan itu. Dalam melihat realitas, kita tidak dapat menentukan penilaian bahwa individu tersebut menangis dan mengeluarkan air mata sudah pasti karena sedang bersedih. Namun disisi lain bisa saja orang tersebut menangis dan mengeluarkan air mata karena kebahagiaan yang ia dapatkan. Maka dari itu, kita tidak dapat menyamakan pemaknaan dari istilah fakta sosial dan realitas sosial. Karena pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Fakta sosial dikembangkan oleh Emile Durkheim dalam karya the rules of sociological method tahun 1895 dan suicide tahun 1897. Menurut Durkheim fakta sosial adalah cara bertindak, apakah tetap atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu. Hal tersebut berarti bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada di luar individu dan koersif dan dibentuk sebagai pola dalam masyarakat. Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian lapangan bukan dengan penalaran murni. Mengapa disebut dengan fakta sosial? Karena ada tiga karakteristik. Pertama, gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu. Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan sifat patuh dilihat sebagai sesuatu yang berada di luar kesadaran individu. Kedua, memaksa individu. Individu dibimbing, diyakinkan, didorong atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Ketiga, fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Fakta tersebut merupakan milik bersama, bukan sifat individu perseorangan. Fakta sosial benar-benar bersifat kolektif dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat kolektif itu sendiri.
Terdapat dua bentuk fakta sosial menurut Durkheim, yaitu fakta sosial materil dan fakta sosial nonmateril. Fakta sosial material seperti gaya arsitektur, bentuk teknologi, hukum dan perundang-undangan, relatif mudah dipahami karena keduanya bisa diamati secara langsung. Kedua, fakta sosial nonmaterial seperti kultur, institusi sosial, agama dan lainnya. Masyarakat primitif cenderung dipersatukan oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas yang disebut kesadaran kolektif.
Apabila fakta sosial lebih membahas kepada cara berpikir individu, dorongan dari luar dan juga bersifat umum pada masyarakat luas. Lain halnya dengan realitas sosial. Realitas sosial (social reality) atau juga disebut kenyataan sosial adalah hasil konstruksi sosial yang dilakukan secara subyektif (individu) dan kolektif (masyarakat). Realitas sosial terdapat dalam pikiran, pengalaman dan hasil pemaknaan (meaning) individu atau kelompok terhadap kejadian dan fenomena sosial dalam kehidupan sehari-hari. Realitas sosial dibangun atas dasar pengalaman sosial sehari-hari individu atau kelompok. Terdapat dua jenis realitas sosial, pertama realitas sosial subyektif yaitu sebuah realitas sosial yang di konstruksikan oleh individu berdasarakan pikiran (mind) dan pengalaman sendiri. Taksir individu terhadap kejadian dan fenomena sosial. Realitas sosial jenis ini lebih dinamis. Kedua adalah realitas objektif, yaitu tafsir kolektif masyarakat terhadap sebuah kejadian dan fenomena sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fakta sosial dan realitas sosial merupakan dua hal yang berbeda. Fakta sosial mengkaji mengenai bagaimana fenomenal yang terlihat saat itu, yang terlahir dari perspektif masyarakat umum. Sedangkan realitas sosial mengkaji mengenai bagaimana fenomena tersebut terjadi. Latar belakang apa yang mendasari terjadinya fenomena tersebut, dari dalam diri individu yang terlibat bukan dari perspektif masyarakat umum.