Kota Semarang

159575_620

Gambaran Umum Kota Semarang

Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah. Kota Semarang terbagi menjadi berbagai wilayah. Daerah dataran rendah atau biasa dikenal sebagai kota bawah, serta daerah dataran tinggi atau biasa disebut kota atas. Kota atas ini meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, Tembalang dan Banyumanik. Sedangkan untuk kota bawah, yaitu berada di daerah sekitar Semarang Utara. Pada bidang demografi, sebagian besar dipengaruhi oleh besarnya penduduk yang datang ke Kota Semarang yang memiliki daya tarik sebagai kota perdagangan, pendidikan, industri, dan jasa.

Sejarah Kota Semarang

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang dari Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Pragota adalah daerah pesisir (sekarang menjadiBergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno.  Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, namun Pangeran Made Pandan melihat kejanggalan dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Mata Pencaharian

Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-Ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasar-pasar tradisional seperti Pa
sar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang. Sebagai kota yang memfokuskan pada bidang perdagangan dan jasa, sebagian masyarakat Kota Semarang bermata pencaharian sebagai buruh, PNS/ABRI, pedagang, dan pengusaha. Sedangkan untuk wilayah pesisir seperti pada Kota Semarang bagian Utara, masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan.

Bahasa

Pemilihan bahasa pada masyarakat Kota Semarang setidaknya ada tiga bahasa yang digunakan dalam berinteraksi, yaitu bahasa Jawa, Indonesia, dan campuran. Bahasa Jawa sendiri terdiri dari krama inggil, krama alus, ngoko, dan sebagainya. Disini saya akan mencoba memaparkan bahasa atau dialek khas Semarangan.

Ketika ditanya bahasa Semarang atau dialek Semarangan itu seperti apa, saya dan orang-orang asli Semarang akan menjawab, “Halah pokokmen bahasa sing nganggo ik, ok, he’eh, ndha, ndes. Piye jawabanku bener rak, kas?” (Pokoknya bahasa yang menggunakan ik, ok, he’eh, ndha, ndes. Bagaimana jawabanku benar tidak, teman?)

Banyak istilah dalam bahasa Semarang yang sulit untuk di tulis dan belum ada literatur yang dapat dijadikan panduan. Bahasa Semarangan lebih mudah dimengerti secara lisan daripada tulisan. Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi. Perbedaan tersebut berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang lebih dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, serta membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

Tradisi Dan Adat-Istiadat

Sebagai ibukota Jawa Tengah, Semarang memiliki budaya yang sangat kental. Salah satu tradisi adat yang paling khas dari Semarang adalah perayaan tradisi Dudgeran. Dugderan adalah sebuah kebudayaan rakyat Semarang yang berupa Upacara adat untuk menandai datangnya Bulan Puasa atau Ramadan. Pada jaman dahulu Dugderan merupakan sebuah sarana informasi dari Pemkot Semarang kepadamasyarakat untuk memberitahukan datangnya 1 Ramadhan.Biasanya Dugderan ini diadakan 1 hari sebelum datangnya Bulan Puasa yang lebih dikenal  oleh Umat islam sebagai Bulan Ramadhan. Pada tradisi inilah ada Warag Ngendhog, yaitu boneka binatang raksasa mitologis yang digambarkan sebagai simbol atau perwakilan akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Semarang. Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari kepala naga (Cina), badan buraq (Arab) dan kaki kambing (Jawa). Kata Warak sendiri berasal dari bahasa arab Wara’I yang berarti suci. Dan Endhog (telur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang diperoleh seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang menjaga kesucian di Bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di hari lebaran. Kesenian Kota Semarang adalah tari Semarangan dan Gambang Semarang. Untuk wilayah saya sendiri yaitu di Pudak Payung juga masih ada tradisi-tradisi Jawa yang tak pernah ditinggalkan seperti nyadran kali (sungai), nyadran kubur (makam), apitan atau wayangan, malam tirakatan, malam suro, dan masih banyak lagi.

Religi

Sebagian besar suku Jawa secara nominal menganut Agama islam. Namun tidak jarang pula mereka menganut agama protestan dan katolik. Kebanyakan mereka terdapat di daerah pedesaan. Selain agama diatas, mereka juga penganut agama hindu dan Buddha. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal dengan sifatnya yang sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

4 thoughts on “Kota Semarang

  1. alim

    mungkin diperbanyak lagi ulasan dan gambar – gambar mengenai tempat – tempat yang unik dan menarik agar dapat menambah wisatawan yang berkunjung ke kota semarang kuliner juga jangan sampai ketinggalan

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: