Pernahkah teman-teman mendengar kata “Antropologi Kesehatan”? Pernah ataupun tidak, tapi sepertinya kata tersebut tidak asing di telinga kita. Pada Antropologi Kesehatan, terdapat dua perpaduan disiplin ilmu, yaitu “Antropologi” dan “Kesehatan”. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia, kebiasaan hidup masyarakat. Sedangkan Kesehatan adalah istilah mengenai kondisi tubuh manusia, yaitu apakah organ-organ tubuh manusia dapat bekerja dengan baik yang merupakan pertanda sehat ataukah terdapat gangguan pada sistem kerjanya yang merupakan pertanda sakit. Jadi, Antropologi Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan hidup masyarakat terkait dengan kesehatan. Lantas, apakah ada keterkaitan antara kedua hal tersebut? Jika ada, bagaimana kaitannya? Ada nggak ya.. kasih tahu nggak ya.. apa hayoo..? hehe..

Tentu ada. Objek kajian utama dari Antropologi adalah manusia, sedangkan manusia yang ada dari zaman dulu pun sudah dapat merasakan kondisi tubuhnya, apakah dirasakan baik-baik saja ataukah kurang enak badan, walaupun untuk penanganannya mungkin mereka belum begitu paham. Selain itu, kebiasaan perilaku masyarakat tentunya berdampak pula pada kesehatan, sehingga tingkat kesehatan suatu masyarakat seringkali berbeda dengan masyarakat lainnya.

Antropologi Kesehatan merupakan kajian ilmu yang sangat menarik dimana kesehatan masyarakat dikaji dari aspek sosio-kultural, sedangkan biasanya kesehatan adalah kajian medis para dokter yang menekankan aspek biologis. Berbeda dengan medis yang mengkaji kesehatan untuk membantu memberi kesembuhan manusia yang sakit, Antropologi Kesehatan mengkaji kesehatan dengan kajian utamanya berupa perilaku masyarakat dalam menanggapi penyakit, tidak pada bagaimana seharusnya penyakit bisa disembuhkan. Kajian Antropologi Kesehatan secara lebih jelas lagi di antaranya meliputi pandangan masyarakat mengenai konsep sakit, konsep penyakit, konsep sehat, cara penyembuhan penyakit, dan sebagainya.

Pandangan terhadap penyakit secara medis dan kultural masyarakat ternyata terdapat perbedaan. Secara medis seseorang dianggap sakit, belum tentu kebudayaan suatu masyarakat menganggap orang itu sakit, dapat pula terjadi sebaliknya. Jangankan berbeda sudut pandang antara medis dan kultural, sesama dengan sudut pandang kultural pun sering kali tidak sama dimana suatu masyarakat memandang suatu keadaan adalah sakit namun masyarakat lain menganggap keadaan itu adalah bukan kondisi sakit, begitu pula dengan pandangan terhadap penyakit, keadaan sehat, dan penanganan penyakit. Hal tersebut dikarenakan adanya relativisme budaya, yaitu setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya sendiri yang berbeda dengan masyarakat lainnya, dan kebudayaan tersebut hanya berlaku pada masyarakat pemiliknya, tidak berlaku untuk masyarakat lain. Hal demikian ternyata terjadi pula pada urusan kesehatan dan merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji.

Manusia sejak dari zaman dahulu telah mengenal cara penanganan terhadap suatu penyakit. Dahulu, manusia menanggapi adanya penyakit pada diri seseorang dengan cara meninggalkan orang yang sakit tersebut. Hal itu dilakukan dari meniru perilaku kawanan hewan yang biasanya meninggalkan hewan yang sakit dan menjauh darinya. Mereka melakukan itu dengan maksud agar penyakit hanya berada pada orang itu saja dan tidak berkembang semakin luas ke orang yang lain. Seiring berkembangnya kebudayaan masyarakat, mereka tidak lagi menangani penyakit hanya dengan mengasingkan orang yang sakit tersebut. Namun, mereka melakukan pertolongan kepada orang yang sakit untuk menghilangkan penyakitnya dan kembali sehat. Hal itu terjadi karena ternyata orang yang sakit tidak dapat melakukan peran-peran pada masyarakat yang biasa dijalankannya sehingga juga mengganggu berjalannya kehidupan sosial pada masyarakat. Oleh karena itu, mereka berusaha menyembuhkan orang tersebut dari penyakitnya agar dapat kembali melakukan perannya sehingga kehidupan sosial dalam masyarakat itu dapat berjalan dengan baik.

Dalam Antropologi Kesehatan, sakit diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu dengan istilah illness, sickness, dan disease. Illness adalah pandangan sakit pada lingkup individu (dilihat dari aspek Psikologi), sedangkan sickness adalah pandangan sakit dari anggapan masyarakat berdasarkan peran sosial (dilihat dari aspek sosial), dan yang dimaksud disease adalah pandangan sakit dari perspektif medis modern (berdasarkan uji klinik dokter).

Foster dan Anderson yang merupakan tokoh Antropologi Kesehatan dalam bukunya menjelaskan tentang teori sistem medis, yaitu meliputi sistem teori penyakit dan sistem perawatan kesehatan. Sistem teori penyakit adalah ide, pengetahuan dan kepercayaan mengenai konsep, ciri, dan klasifikasi mengenai sehat dan sakit, sebab sakit dan akibatnya, pengobatan dan teknik-teknik penyembuhannya. Sedangkan sistem perawatan kesehatan adalah cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dengan memanfaatkan teori tentang penyakit untuk menolong pasien.

Meskipun setiap masyarakat memiliki pandangan mengenai penyakit beserta penanganannya yang berbeda dengan masyarakat lainnya, namun ditemukan kesamaan dimana hal tersebut ada dalam sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Foster dan Anderson menyatakan bahwa unsur-unsur universal dalam sistem medis meliputi 1) sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan, 2) penyakit ditentukan oleh kebudayaan, 3) semua sistem-sistem medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan, dan 4) sistem medis memiliki sejumlah fungsi. Fungsi sistem teori penyakit antara lain a) memberikan tindakan rasional untuk pengobatan, b) menjelaskan mengapa muncul penyakit, c) menjalankan peran kuat dalam memberi sanksi dan dorongan norma-norma budaya sosial dan moral, d) sebagai tindakan rasional dalam menjaga kelestarian lingkungan (konservasi), e) mengatasi agresi, f) sebagai peran nasionalistik pengobatan tradisional.

Dalam masyarakat tradisional, penyakit tidak hanya disebabkan oleh adanya organ biologis tubuh yang tidak bekerja secara normal sebagaimana anggapan para dokter, namun penyakit juga disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan lain dari luar yang mengganggu dirinya. Sistem medis pada masyarakat tradisional dijelaskan oleh Foster dan Anderson dengan klasifikasinya dalam dua istilah, yaitu sistem medis personalistik dan naturalistik. Sistem medis personalistik adalah suatu sistem dalam masyarakat dimana penyakit dipandang sebagai hal yang disebabkan adanya intervensi dari suatu agen yang aktif berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat), maupun makhluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Orang yang sakit merupakan korban dari hal tersebut atau sebagai objek dari agresi atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya karena alasan-alasan tertentu. Sedangkan sistem medis naturalistik adalah suatu sistem dalam masyarakat dimana penyakit dipandang sebagai hal yang disebabkan adanya ketidakseimbangan pada unsur-unsur tetap dalam tubuh manusia. Sistem medis naturalistik yang terkenal di dunia di antaranya adalah Patologi Humoral yang memiliki pandangan bahwa tubuh manusia terdiri dari empat unsur yang disebut dengan “konsep empat humor”, yaitu darah (panas dan lembab), flegma atau lendir (dingin dan lembab), empedu hitam (dingin dan kering), serta empedu kuning (panas dan kering). Sehat terjadi jika keempat unsur tersebut dalam proporsi yang tepat baik secara kualitas maupun kuantitas serta tercampur dengan sempurna. Jika yang terjadi tidak demikian maka dapat menimbulkan keadaan sakit. Selain itu, sistem medis naturalistik juga terdapat pada pengobatan tradisional Cina. Pengobatan tradisional Cina memandang bahwa dalam tubuh manusia terdapat unsur Yin (bersifat negatif) dan Yang (bersifat positif) dimana keseimbangan antara kedua unsur tersebut sangat penting untuk kesehatan, jika tidak maka dapat mengalami sakit.

Supaya lebih memahami tulisan di atas, kita gunakan contoh berupa terjadinya Sawan pada masyarakat Jawa yang biasanya dialami oleh anak kecil. Sawan adalah kondisi dimana keadaan tubuh terasa panas, demam, atau diare, yang dalam istilah Jawa disebut mriyang. Secara medis, hal tersebut dianggap penyakit yang biasa dan wajar dialami anak-anak. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan memberinya obat sesuai jenis penyakit tersebut. Namun, menurut masyarakat tradisional Jawa, sawan terjadi akibat adanya gangguan roh jahat yang terdapat di sekitar anak tersebut. Hal itu biasanya dianggap terjadi jika terdapat orang meninggal, atau anak tersebut bermain di daerah yang sebelumnya tidak pernah berada di sana, dan lain sebagainya. Pengobatan yang dilakukan juga berbeda dengan pengobatan yang dilakukan oleh dokter, salah satunya adalah dengan membawa anak tersebut ke orang pinter (dukun), ataupun kyai untuk meminta bantuan menghilangkan gangguan roh jahat tersebut agar anak itu kembali sehat.

Demikian yang dapat saya bagikan mengenai Antropologi Kesehatan dari apa yang sudah saya pelajari dan sedang proses belajar lebih lanjut. Itu hanyalah sekelumit dari hal yang dipelajari pada Antropologi Kesehatan. Tentunya akan lebih menarik lagi untuk mempelajari Antropologi Kesehatan secara lebih lengkap.