Jika mengadopsi dari sosiologi, istilah penyimpangan atau deviance lebih ditekankan pada makna konotatifnya. Perilaku menyimpang atau so-cial deviance merupakan bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dan berlaku di masyarakat. Rock dalam Dadang Supardan (2011, p.144) mengartikan perilaku menyimpang sebagai perilaku yang terlarang, perlu dibatasi, disensor, diancam hukuman, atau label lain yang dianggap buruk. Meskipun istilah penyimpangan terkadang memiliki makna yang kurang jelas. Namun, istilah penyimpangan lebih mengarah pada perilaku yang dianggap aneh yang dapat memenuhi kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Menurut Kartono (1992, p.21 ) delinkuen me-rupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap seseorang. Dengan demikian yang dimaksud dengan perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang tidak sesuai atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Tindakan perilaku menyimpang tersebut dilakukan baik secara sadar ataupun tidak sadar.
Perilaku-perilaku menyimpang akan dilakukan seseorang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu:
- Ketidak sanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan antara hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya saja karena seseorang tadi tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
- Proses belajar yang menyimpang.
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani atau nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
- Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.
Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
- Ikatan sosial yang berlainan.
Setiap orang umumnya berhubungan de-ngan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
- Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Sering-nya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang
Benang merahnya antara perilaku menyimpang denga sub-kebudayaan menyimpang, yitu salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang atau kelompok melakukan penyimpangan adalah proses belajar sub-kebudayaan sub kebudayaan yang menyimpag. Sayangnya di Indonesia saat ini tayangan televisi menjadi salah satu distributor terbesar dari adanya proses pembelajaran sub-kebudayaan menyimpang.
sumber:
Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Sita, Putu Sadhvi. 2013. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia di Kalangan Remaja. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Komentar Terbaru