Mutiara dibalik baja. Mungkin perumpamaan itulah yang bisa kita sematkan untuk seorang ayah yang pada umumnya memiliki watak keras dan idealis dalam keluarga namun memiliki kebaikan hati yang suci dan putih layaknya mutiara. Pada umumnya kita menggambarkan ayah adalah sosok yang keras dan selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak mempunyai waktu untuk kita. Sebaliknya orang mengenal ibu sebagai sosok orang tua yang sangat berjasa karena mempertaruhkan nyawa saat melahirkan kita kedunia. Memang pernyataan itu ada benarnya mengingat ibulah yang selalu memperhatikan kita. Tapi jangan sampai karena pandangan itu kita malah tidak menganggap ayah dan terkadang seorang anak sampai menyakiti ayahnya karena merasa dikekang kebebasannya. Perlu diketahui sejatinya setiap orang itu mempunyai hati nurani dan diwujudkan dalam berbagai hal yang mungkin kita tidak pernah tahu apa maksud dari semua itu. Sewaktu kita kecil kita selalu disuapi makanan dari ibu, ingatlah makanan tersebut merupakan hasil dari kerja keras seorang ayah yang mungkin saat bekerja sering mengalami hal-hal yang tak disenangi seperti dimarahi atasan karena kinerja buruk dan lain-lain. Saat kita mulai beranjak mulai memasuki masa sekolah ayah tidak mengantar kita kesekolah, dan ibulah yang mengantar kita. Ingat saat itu ayah mungkin harus ekstra keras bekerja karena tanggungjawab nya bukan hanya nafkah lagi, tapi juga kebutuhan sekolah kita supaya kita bisa semangat sekolah dan meraih masa depan yang bagus. Ingat saat waktu kita mulai memasuki usia remaja yang dibumbui dengan perasaan hura-hura, saat kita belum pulang ketika sudah larut malam ibu kita menelpon agar kita pulang. Hal itu tidak lain bukan hanya disebabkan kekhawatiran ibu tapi juga ayah. Ayah lah yang menyuruh ibu untuk nelpon kita dan senantiasa sampai kita pulang hingga larut malam beliau tetap duduk depan pintu menunggu kita pulang hingga selamat. Saat kita diajak ke tempat-tempat yang tidak berguna ayah selalu melarang, agar kita selalu memanfaatkan masa muda dengan baik dengan harapan agar kita bisa melewati pencapaian beliau. Namun selalu saja kita marah pada ayah dan selalu tidak mau peduli dengan kata-kata ayah. Ingat lah saat kita mulai memasuki fase akhir dari sekolah dan menuju jenjang perguruan tinggi, saat itu ayah selalu memberikan apa saja yang kita butuhkan diperguruan tinggi tanpa pernah mengeluh didepanmu. Padahal dibalik semua itu ayah selalu berpikir akan mendapat uang dari mana mengingat kebutuhan kuliah lebih tinggi. Saat kita wisuda terkadang ayah tak sempat datang, namun ayah akan selalu tersenyum bahagia bahkan tak jarang sampai menangis saat mengucapkan lewat handphone karena tak bisa memeluk kita secara langsung. Saat kita menikah, ketika itulah ayah dan ibu ada disamping kita sebagai pendamping. Lihatlah wajah ayah dan tersenyum bahagia dan perhatikan tingkah ayah yang selalu ke kamar mandi. Beliau kekamar mandi karena tidak mau anaknnya mengetahui bahwa beliau tengah menangis bahagia karena telah berhasil mendidik anaknya dan beliau selalu berdoa agar kita selalu menjadi pemimpin yang berhasil serta melewati pencapaian beliau.
Banyak hal yang kita tidak ketahui tentang ayah, masihkah kita mengacuhkan ayah ? . Ingatlah bahwa orang tua kita tak selamanya ada. Bahagialah kita selama orang tua kita masih hidup dan hargailah keringatnya. Ibu dan Ayah merupakan sosok orang tua yang tak bisa kita beda-bedakan jasanya. Keduanya hidup semata-mata hanya untuk kita.
Image source: https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAYQjB1qFQoTCMaXg_a6m8kCFZSPjgodgR0N9g&url=http%3A%2F%2Fwww.hipwee.com%2Flist%2Fdia-insan-yang-tak-pernah-membuatku-sakit-hati-orang-memanggilnya-ayah%2F&psig=AFQjCNG0Nz2I74Q03CSiaZCeoxIWrcMqkA&ust=1447986970232994
