Materi Sosiologi Kelas X: Individu, Kelompok Sosial, dan Masyarakat

Study_Group__3_by_shortgiraffe

  • Individu

Aristoteles, berpendapat bahawa manusia merupakan penjumlahan dari kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja sendiri seperti kemampuan-kemampuan Vegetatif (makan dan berkembang biak), kemampuan Sensitif (bergerak, bernafsu, perasaan dan mengamati) dan kemampuan Intelektif (kecerdasan).

Descartes, bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah zat materil.

Willhem Wuntt menegaskan bahwa jiwa manusia itu materil merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan.

Individu berhubungan dengan orang perorangan atau pribadi, berarti individu bertindak sebagai subjek yang melakukan suatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan, subjek yang memiliki kebebasan, subjek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu, subjek yang mampu menilai tindakan sendiri dan tindakan orang lain.
Seseorang dilahirkan sebagai suatu sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan (individe) antara sub sistem jasmani dan subsistem rohani. Dia lahir sebagai “Individu” yang memiliki kelengkapan fisik-biologis dan potensi-potensi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan.
Kesempurnaan perangkat fisik biologis seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi mental psikologisnya. Sebaliknya, kesehatan pada mental-psikologis sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik-biologis individu bersangkutan. Walaupun terdapat penyimpangan dari hubungan fungsional tersebut merupakan kasus yang sangat kecil frekuensinya.
Secara biologis, pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan leluhur sebelumnya sangat mempengeruhi kelahiran individu. Kesempurnaan atau kecacatan pada gen, menjadi warisan biologis yang terbawa waktu lahir, dan akan tumbuh berkembang di hari-hari selanjutnya.

  • Kelompok Sosial

Kebutuhan Manusia untuk saling berhubungan akan melahirkan kelompok-kelompok sosail dalam kehidupan. Untuk dikatakan sebagai kelompok social terdapat syarat-syarat tertentu yang dikemukakan oleh Soekanto : 1982 sebagai berikut:

  1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan
  2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam kelompok itu.
  3. Adanya satu factor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa: nasib yang sama, kepentingan bersama, tujuan yang sama ataupun ideology yang sama.
  4. Bersturktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

Macam-macam kelompok sosial.

  • Klasifikasi Tipe – tipe Kelompok Sosial
  1. Klasifikasi kelompok social berdasarkan derajat interaksi social pada kelompok yang bersangkutan, seperti: kelurga, rukun tetangga, desa, kota, koperasi dan Negara.
  2. Kalsifikasi berdasarkan ukuran derajat organisasi yang terdiri dari kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali seperti Negara sampai pada kelompok yang hampir tak terorganisasi seperti kerumunan.
  3. Klasifikasi berdasrkan jumlah anggota, cara individu mempengaruhi kelompoknya, serta interaksi social dalam kelompoknya.
  • Kelompok Sosial dipandang dari sudut Individu

Pada pembagian ini dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan kelompo social di mana ia tinggal, apakah dalam masyarakat yang masih sederhana atau dalam struktur masyarakat yang sudah kompleks.
Kelompok –kelompok social tersebut biasanya didasari oleh kekerabatan,usia,sex,dan pekerjaan atau kedudukan yang akan menempatkan individu pada prestige tertentu sesuai adat dan kebiasaan masyarakat di sekitarnya.

  • In Group dan Out Group

Konsep in group dan out group merupakan pencerminan dari adanya kecenderungan sikap “etnocentrisme” dari individu-individu dalam proses sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok social, yaitu suatu sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri (Polak,1966). Sikap-sikap tersebut cenderung membuat perbedaan yang dibuat oleh individu dalam mewujudkan kelompok-kelompok social.
Sikap in group biasanya didasari oleh perasaan simpati. Sementara Out group didasari suatu kelamin dengan wujud antagonism atau antipasti.
In Group dan Out Group dapat ditemui pada seluruh masyarakat, bsik pada masyarakat sederhana maupun yang komplek.

  • Primary Group dan secondary Group

Prymary group
Konsep Davis (1960 : 290) tentang primary group lebih memeprjelas penadapat Colley dengan menggarisbawahi ciri-ciri utama sebagai berikut.

  1. Kondisi-kondisi fisik
  2. Sifat hubungan primer
  3. Kelompok-kelompok yang konkret dalam hubungan primer
    Dalam kenyataan tidak ada primary group yang memenuhinya secara sempurna. Hal tersebut dapat terlihat dalam setiap masyarakat terdapat norma-norma dan nilai sosial yang bersifat memaksa yang akan mempengaruhi hubungan-hubungan primer.

Secondry group
pengertian secondary group sebagai kelompok -kelompok besar yang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara privbadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.

  • Gemeinschaft dan Gesselschaft

Hubungan-hubngan positif antarmanusia menurut Ferdinand Tonnies, selalu bersifat gemeinschaft dan gesselchaft.

Tonnies dan Loomis

Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan.

Gesselchaft merupakan kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner, dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam sebuah mesin.

Wessenwile merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan dengan dasar perasaan dan akal yang merupakan kesatuan dan terikat pada kesatuan yang alamiah dan organis.

Ciri-ciri dari gemeinschaft sebagai berikut.

  1. Intimate : yaitu hubungan menyeluruh yang mesra sekali
  2. Private : yaitu hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja
  3. Exclusive : yaitu bahwa hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang di luar “kita” (Soekanto, 1982 : 130)

Tipe-tipe gemeinschaft.

  1. Gemeinschaft by blood : yaitu ikatan berdasarkan pada keturunan ikatan darah, contoh : keluarga, kelompok, kekerabatan
  2. Gemeinschaft of place : ikatan yang berasal dari kedekatan tempat tinggal contoh RT dan RW
  3. Gemeinschaft of mind : Ikatan yang berdasarkan diri pada jiwa dan pikiran yang sama berdasarkan kesamaan ideology

Emile Durkheim yang mengambil dasar pembagian kerja dalam asyarakat sebaai pembeda. Hal tersebut menggambarkan suatu organism yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di mana jika salah satu bagian mengalami kerusakan, akan mempengaruhi kelangsungan organism secara keseluruhan.

  • Formal Group dan Informal Group

Formal group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Contohnya: perkumpuan sarjlan pelajar, himpunan wanita, persatuan sarjana. Sedangkan informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Informal Group berbentuk biasanya oleh pertemuan yang berulangkali antara orang-orang yang mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama. Contohnya : klik (clique) yang merupakan bentuk kecil tanpa struktur formil.

  • Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur

Kerumunan
Kerumunan (crowd) merupakan suatu kerumunan yang bersifat sementara, tidak terorganisasi dan tidak mempunyai system pembagian kerja maupun pelapisan social.

Cirri-ciri dari kerumunan:

  1. Interaksi dalam kerumunan bersifat spontan
  2. Orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama
    Sebagai contoh : dalam kerumunan orang di stasiun, dosen, mahasiswa, buruh, pedagang, maupun yang lainnya, mempunyai kedudukan yang sama sebagai calon penumpang kereta api.

Ada bebrapa macam kerumunan, sebagai berikut.
1. Kerumunan formal
2. Kerumunan ekspresif
3. Kerumunan sementara
4. Kerumunan orang panic
5. Kerumunan penonton
6. Kerumunan yang berlawanan dengan hukum

Publik
Public merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung seperti pembicaraan berantai secara individual, media massa maupun kelompok.

  • Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)

Masyarakat setempat (Community, Komunitas)
Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, yang dapat menunjukkan warga sebuah kota, desa, suku, atau bangsa.

Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
Pada kehidupan masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk “rural community” dan “urban community”. dilihat dari sudut pemerintahan hubungan antara penguasa denga rakyat berlangsung secara tidak resmi, dimana segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama dilaksanakan secara musyawarah.
Bebrapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan diantaranya yang dikemukakan oleh Soekanto (1982: 149):

  1. Kehidupan Keagamaan
    Kecenderungan bagi masyaraklat desa mengarah pada kehidupan agamis (religious trend), sedangkan pada kehidupan orang – orang kota mengarah pada keduniawian (Seculer trend).
  2. Kemandirian
    Pada masyarakat, biasanya tidak terlalu bergantung pada orang lain.
  3. Pembagian Kerja
    Pada Masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga mempunyai batas-batas nyata.
  4. Peluang memperoleh pekerjaan
    Dengan adanya system pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota disbanding warga pedesaan.
  5. Jalan Pikiran
    Pola piki rasional pada masyarakat perkotaan kemungkinan terjadinya interaksi berlandaskan kepntingan dan bukan factor pribadi.
  6. Jalan Kehidupan
    Dengan jalan kehidupan yang cepat bagi warga kota menempatkan dihargainya faktior waktu dalam mengajar kehidupan individu.
  7. Perubahan Sosial
    Pada masyarakat kota kemungkinan perubahan social lebih berguna disbanding warga desa karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.

Daftar Pustaka:

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 1:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Esis Erlangga

Mulyadi, Yan, dkk. Sosiologi SMA Kelas XI. JAkarta: Yudistira

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: