Dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing indvidu memiliki kedudukan yang berbeda dengan individu lainnya yang dapat membentuk lapisan sosial atau tingkatan sosial yang disebut stratifikasi sosial. Bentuk-bentuk lapisan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelas yaitu ekonomi, politis dan jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan ketiganya saling mempengaruhi.
Setiap individu yang hidup di dalam suatu masyarakat yang memiliki sesuatu yang dianggap berharga lebih banyak daripada individu lain maka individu tersebut memiliki kedudukan yang tinggi di dalam suatu masyarakat. Namun sebaliknya jika seorang individu memiliki sesuatu yang berharga lebih sedikit dibandingkan dengan individu lainnya atau tidak mempunyai sesuatu yang berharga sama sekali maka individu tersebut memiliki kedudukan yang rendah di dalam suatu masyarakat (Soekanto, 2013:197).
Indidvidu yang berada di lapisan atas mereka tidak hanya memiliki satu macam saja mengenai apa yang dihargai oleh masyarakat, tapi kedudukan yang tinggi itu bersifat kumulatif. Seperti contoh mereka yang memiliki uang banyak akan mudah sekali mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan seperti mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga kehormatan. Mereka memiliki kekuasaan yang besar untuk menjadi kaya. Inilah yang dinamakan dengan stratifikasi sosial.
Sistem lapisan sosial ada karena terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat. Namun ada juga yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, profesi, harta, dan lain-lain.
Seperti contoh di dalam masyarakat Indonesia terutama di Jawa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi seperti mampu menyelesaikan S1, S2 bahkan S3 merekalah yang memiliki kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat dan lebih dihargai daripada individu lain kerena mereka beranggapan bahwa individu tersebut memiliki prestise yang lebih tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya jika seorang atau kelompok yang memiliki tingkatan pendidikan yang rendah seperti halnya hanya dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar maka di dalam masyarakat mereka dipandang berada di tingkatan bawah.
Tingkatan umur juga mempengaruhi terjadinya lapisan sosial. Pada masyarakat Jawa selalu diajarkan bahwa kita sebagai manusia harus hormat dan menghargai orang yang lebih tua. Unggah ungguh sopan santun harus kita terapkan jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Karena jika kita tidak menggunakan unggah ungguh yang baik terhadap orang yang lebih tua maka kita akan dianggap tidak memiliki sopan santun yang baik.
Profesi juga sangat berpengaruh bagi pembentukan lapisan sosial. Mereka yang memiliki profesi yang berkelas seperti polisi, dokter, TNI, PNS, dan lain-lain mereka mendudukan tingkatan atas dalam suatu masyarakat dan lebih memiliki penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang hanya memiliki profesi sebagai tukang becak, tukang parkir, tukang cukur, dan lain-lain.
Kepemilikan harta oleh setiap individu juga dapat menentukan tingkatan individu dalam masyarakat. Mereka yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dengan ditandai dengan memiliki rumah, mobil, tanah dan hal lain yang memiliki nilai besar maka masyarakat dengan sendirinya akan menganggap bahwa individu tersebut berada ditingkatan yang lebih tinggi. Namun jika seorang individu yang tergolong miskin tidak memiliki perekomian yang baik masa secara otomatis masyarakat menganggap mereka berada di lapisan atau tingkatan bawah.
Seperti yang telah diuraikan, da juga sistem lapisan yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Hal tersebut biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintahan, peruahaan, dan lain-lain. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sistem lapisan. Unsur tersebut memiliki sifat yang lain dari uang, tanah dan benda-benda ekonomis, dan lain sebagainya. Uang, tanah dan sebagainya dapat terbagi secara bebas di antara para anggota suatu masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat tersebut.
Akan tetapi apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi secara vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak dibagi secara teratur, maka kemungkinan besar akan terjadi pertentangan yang dapat membahayakan masyarakat.
Jadi, struktur sosial menentukan posisi tiap individu dalam suatu masyarakat. Seseorang yang berada di posisi atau lapisan atas akan memiliki prestise yang tinggi. Namun jika sesorang berada di lapisan bawah maka di dalam masyarakat seseorang tersebut kurang memiliki prestise dalam masyarakat. Tingkatan sosial terjadi dengan sendirinya sesuai dengan perkembangan di dalam suatu masyarakat , namun ada juga yang sengaja dibentuk untuk mencapai sebuah tujuan.
Sumber :
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Muin, Idianto. 2013. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Bekasi: Erlangga
nice
Terimakasih 🙂
Nice articel
Terimakasih 🙂