Artikel ini menjelaskan tentang apa itu etnografi dan jenis-jenis etnografi. Buat yang mau tahu, klik
Etnografi merupakan tulisan, diskripsi, penggambaran, tentang suku bangsa tertentu yang berisi tentang berbagai hal menyangkut kehidupan manusia, baik aspek fisik (ciri-ciri biologis) maupun non fisik misalnya nilai, adat istiadat, dan cara hidup. Pada intinya adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Etnografi mengajarkan bagaimana cara memandang, mengamati, menyelidiki, dan menggambarkan berbagai fenomena dalam masyarakat. Etnografi juga merupakan produk utama dari Antropologi dan sebagai metode bangunan ilmu itu diterapkan.*sumber materi perkuliahan (powerpoint dan catatan)
Etnografi Klasik
Etnografi klasik atau bisa disebut sebagai etnografi dari belakang meja, ini merupakan tulisan atau deskripsi tentang suku bangsa yang ditulis oleh etnografer tanpa melakukan penelitian di lapangan secara intensif. Kebanyakan orang yang menghasilkan etnografi klasik adalah orang yang berasal dari eropa, karena bisa dilihat dari hasil tulisannya lebih condong ke bangsa eropa atau bisa disebut eropa sentris. Artinya, suku bangsa yang ada diluar eropa selalu di bandingkan dengan bangsa eropa sendiri dan mereka beranggapan bahwa suku bangsa diluar eropa tidak lebih baik dari bangsa eropa.
Etnografi Modern
Etnografi modern sudah menggunakan metode observasi partisipasi, yaitu peneliti atau etnografer sudah melakukan penelitian secara intensif terhadap objek yang diteliti. Kemudian muncul adanya teorisasi pandangan tentang hakekat suatu fakta dan hubungan antara kenyataan dengan kenyataan lain dan kebenaran pernyataan telah diuji melalui metode tertentu.
Etnografi modern bersifat emik, karena etnografi ditulis berdasarkan pandangan dari pemilik kebudayaan atau objek yang diteliti. Oleh sebab itu, teorisasi pandangan tentang hakekat suatu fakta yang dijelaskan diatas terbukti bahwa etnografi modern bisa dianggap lebih ‘jujur’ daripada etnografi klasik, karena etnografer menceritakan atau menggambarkan suku bangsa yang ada diluar eropa secara nyata melalui sudut pandang suku bangsa yang diteliti tanpa adanya rekayasa.
Etnografi Baru
Etnografi baru mulai berkembang sekitar tahun 1960-an, bersamaan dengan perkembangan antropologi kognitif. Definisi budaya dari Goodenough dan metode etnografi aliran antropologi pertama telah diperbaharui oleh antropologi kognitif generasi kedua yang dipelopori oleh James Spradley. Kemudian James Spradley mendefinisikan budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk mengintepretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.
Tujuan etnografi baru yaitu untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dan menggunakan budaya tersebut di kehidupan. Dalam etnografi baru, tugas etnografer mengupas bagaimana sistem pengetahuan masyarakat yang diteliti dapat keluar dari pikiran mereka, dengan cara melakukan differensiasi terhadap hal tertentu. Etnografi baru tidak mengharuskan etnografer untuk melakukan penelitian diluar suku bangsanya, melainkan etnografer dapat mempelajari kebudayaannya sendiri.
Sumber : “metode etnografi” oleh James P Spradley, materi perkuliahan
Partial Truths
Partial truths merupakan kebenaran dari etnografi. Maksud dari kata partial truths yaitu kebenaran-kebenaran yang memihak masyarakat yang diteliti oleh etnografer, sehingga etnografer dalam menuliskan hasil penelitiannya harus bersifat emik yaitu tulisannya harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Etnografi dituntut untuk memiliki sifat partial truths, karena dalam tulisan tersebut merupakan representasi dari pengalaman perjalanan seorang etnografer yang secara otomatis peristiwanya lampau.
Menurut James Clifford (1986) partiality etnografi bisa ditandai , paling tidak lewat enam cara, yaitu contextually (etnografi dibuat dari dan menciptakan milieu sosial yang berarti), rhetorically (etnografi menggunakan dan ditentukan oleh kaidah-kaidah pengungkapan), institutionally (etnografer menulis dalam, dan melawan, tradisi, disiplin, maupun sidang pembaca tertentu), generically (sebuah karya etnografi biasanya dapat dibedakan dari sebuah novel atau laporan perjalanan), politically (otoritas untuk mengemukakan kenyataan-kenyataan kultural tidak terbagi secara seimbang dan kadangkala dipertanyakan), historically (seluruh kaidah dan pembatas diatas sedang berubah).
Kebenaran yang ditampilkan oleh etnografi bisa dikatakan tidak obyektif sepenuhnya, karena kebenaran etnografi bersifat parsial ; ia benar hanya apabila dipahami berdasarkan motivasi dan pembatas-pembatas yang turut menentukan pendeskripsian tersebut.
Sumber : materi perkuliahan dan artikel yang berjudul “Menuju Antropologi yang Transparan” oleh GR Lono Lastoro Simatupang
Pokok kajian dalam etnografi visual adalah segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata atau apapun yang terfokus dengan bagaimana mata melihat. Dalam etnografi visual yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu kebudayaan yaitu foto atau hasil rekaman video. Foto atau video dianggap sebagai rekaman dari peristiwa yang benar-benar terjadi sebagaimana adanya, dan dapat merepresentasikan apa yang dialami oleh etnografer saat melakukan penelitian secara obyektif, karena etnografer tidak cukup menunjukan tulisan saja tetapi perlu gambar untuk membuktikan obyek yang diceritakan.
Penggunaan data visual sendiri ada dua, yaitu :
- Menggunakan sistem visual dan budaya visual sebagai fokus kajiannya
Hal ini dimaksudkan bahwa kerja etnografi mengarah pada kajian budaya terhadap suatu komunitas. Contohnya, batik yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia memiliki ciri khas motifnya dan makna dari motif tersebut berbeda-beda.
- Kajian antropologi visual, menggunakan bahan-bahan visual dalam penelitian antropologi
Maksudnya, materi visual diperlakukan sebagai representasi suatu komunitas yang diteliti untuk didokumentasikan lebih lanjut. Materi visual tersebut diperoleh dari menggunakan alat rekam.
Cara melakukan analisis terhadap data visual (fotografi)
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan penafsiran, yaitu :
- Tingkat pemaknaan denotatif (studium) yaitu foto menunjukan hubungan analogis dengan kenyataan.
- Tingkat pemaknaan konotatif (punctum) yaitu penafsiran yang melibatkan konteks kultural, historis, ideologis, juga politis. Maknanya akan berbeda antara orang satu dengan yang lain.
Berbekal alat analisis tersebut foto diurutkan
- Secara horizontal (sintagmatik) dengan mempertimbangkan kesinambungan antara foto satu dengan yang lain.
- Secara vertikal (paradigmatik) proses penempatan foto melalui keserupaan.
Kemudian foto memerlukan kehadiran teks dalam bentuk caption. Foto diberi teks, sebagai ilustrasi untuk merasionalisasikan foto tersebut.
Sumber : materi perkuliahan dan catatan
Kaka, sumber bukunya dilengkapin lagi ya. dikasih tahun, kota terbit, penerbit apa,dll. makasih kak:)
oh iya ya, hehe. makasih intan 🙂
alangkah baiknya, ambil beberapa kalimat sebelum read more … 😀
biar orang2 ga penasaran banget yu, kasih aja sedikit hehe
makasih 🙂
kalau mb pina lebih suka etnografi yang jenis apa?
suka semua pid hehe
Bermanfaat fin..
makasih cita 🙂
terimakasih kak, saya jadi lebih tau
okay
wah ternyata etnografi banyak jenisnya. terimakasih informasinya pin 🙂
postingannya sangat bermanfaat banget kakak 🙂
Super sekali,
sanagat bermanfaat ana..
kalau bisa sumber bukunya dicantumkan mba fin 🙂
tulisannya mungkin bisa di perbaiki lg mb pina, pada penggunaan data visual yang dibagi dua itu sehabis 1 kok 1 lagi nomernya ? hehe 😀
terimakasih mbak finaa
menambah pengetahuan saya tentang etnografi, semangat menulis fin
makasih ilmunya hehe