Makanan Organik Terbukti Kurangi Risiko Kanker

Bahan makanan berlabel organik sudah lama diklaim baik untuk kesehatan. Penelitian terkini baru saja membuktikan makanan organik itu dapat mengurangi risiko terkena kanker.

Studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine itu menunjukkan, semakin sering mengonsumsi makanan organik, risiko kanker akan semakin rendah.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Secara khusus, orang yang mengonsumsi makanan organik lebih mungkin terhindar dari kanker limfoma non-Hodgkin dan kanker payudara pascamenopause daripada yang jarang atau tidak terbiasa dengan makanan jenis itu.

Hasil ini didapat setelah peneliti menganalisis diet yang dijalani oleh 68.946 orang dewasa di Prancis. Mereka dibagi dalam empat kelompok berdasarkan seberapa sering mereka mengonsumsi 16 jenis makanan organik seperti buah-buahan, sayuran, daging, ikan, makanan siap saji, minyak sayur, bumbu, dan suplemen makanan.

Bahan makanan organik merupakan pangan yang diproduksi menggunakan metode pertanian organik. Metode ini membatasi atau bahkan sama sekali tidak menggunakan bahan kimia.

Lihat juga: Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Peneliti menganalisis para peserta selama 4,5 tahun. Selama masa itu, terdapat 1.340 kasus kanker yang ditemui dengan mayoritas 459 kanker payudara, 180 kanker prostat, 135 kanker kulit, 99 kanker usus, dan 47 kanker limfoma non-Hodgkin.

Para peneliti menemukan mereka yang mengonsumsi makanan organik memiliki risiko 25 persen lebih kecil terkena kanker. Secara khusus, berisiko 73 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin dan 21 persen lebih rendah terkena kanker payudara pascamenopause.

Penurunan risiko kanker ini berlaku pula untuk partisipan yang mengonsumsi makanan organik berkualitas rendah hingga menengah.

“Mempromosikan konsumsi makanan organik pada masyarakat dapat menjadi strategi pencegahan yang menjanjikan untuk melawan kanker,” tulis kesimpulan penelitian yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Julia Baudry, dikutip dari CNN.

Lihat juga: Ilmuwan Sebut Alien Kemungkinan Berwarna Ungu

Hasil penelitian ini mendukung studi sebelumnya dari International Agency for Research in Cancer. Penelitian itu menemukan bahwa pestisida atau bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi bahan pangan merupakan penyebab kanker pada manusia.

Studi: Risiko Serangan Jantung Meningkat Saat Cuaca Dingin

Serangan jantung kini masuk dalam daftar penyakit yang dipengaruhi oleh cuaca. Penelitian terbaru menunjukkan risiko penyakit jantung meningkat saat cuaca semakin dingin.

Studi yang baru dipublikasikan di JAMA Cardiology ini menganalisis data kejadian serangan jantung dengan cuaca suatu negara. Data suhu udara itu didapat dari berbagai pusat cuaca di beberapa negara.

Lihat juga: Kenali Gejala Awal Prediabetes untuk Cegah Diabetes

“Temuan utamanya adalah ada peningkatan serangan jantung saat suhu rendah, angin kencang, durasi sinar matahari rendah, dan tekanan atmosfer rendah,” kata salah satu peneliti dari Lund University, Swedia, David Erlinge.

Peneliti menemukan risiko serangan jantung yang lebih tinggi pada hari dengan suhu udara di bawah nol derajat Celcius. Tingkat serangan jantung pun menurun seiring kenaikan suhu udara.

“Ketika suhu menurun dari 20 derajat hingga nol derajat Celcius, risiko serangan jantung meningkat 14 persen,” ucap Erlinge.

Peneliti juga mendapati penurunan risiko serangan jantung sebanyak 2,8 persen setiap kenaikan suhu udara sebesar 7,4 derajat Celcius.

Lihat juga: Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Studi ini dianggap sebagai penelitian terbesar lantaran menggunakan data lebih dari 274 ribu pasien.

“Ini adalah penelitian terbesar yang memberi informasi umum tentang hubungan antara suhu udara yang lebih rendah dan risiko serangan jantung yang lebih tinggi,” kata Presiden American Heart Association, Ivor Benjamin yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Agar terhindar dari serangan jantung saat cuaca dingin, Benjamin menyarankan untuk tetap berada di dalam ruangan yang hangat dan mengurangi aktivitas fisik yang memicu serangan mendadak itu.

Lihat juga: Penyebab dan Cara Alami Mengobati Asam Urat

Selain serangan jantung, risiko penyakit gangguan afektif musiman dan nyeri sendi juga meningkat saat cuaca dingin.

Kenali Gejala Awal Prediabetes untuk Cegah Diabetes

Diabetes mengintai masyarakat Indonesia. Penelitian menunjukkan, tidak ada satupun masyarakat Indonesia yang bebas dari gen diabetes.

Meski begitu, perkembangan diabetes dapat dicegah pada setiap orang dengan mengetahui gejala awal dan memulai gaya hidup sehat.

“Diabetes itu punya faktor genetik atau keturunan dan tidak ada satu pun orang Indonesia bebas dari gen diabetes ini,” ujar ahli penyakit dalam, dr Dante Saksono dalam diskusi yang digelar oleh Novo Nordisk di Jakarta, Rabu (24/10).

Lihat juga: Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Gen tersebut, kata Dande, bersifat multigenetik dan bisa dicegah dengan deteksi dini pada kelompok prediabetes.

Dante menjelaskan, penyakit gula darah ini berkembang dari kondisi normal hingga menjadi diabetes mesti melalui tahapan prediabetes yang berlangsung dalam kurun waktu lama sekitar 5-10 tahun.

Kondisi prediabetes terjadi saat gula darah seseorang naik dan melebihi batas normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk tergolong sebagai diabetes. Kadar gula darah normal berada di bawah 100 mg/dL, prediabetes bergerak pada rentang 100-124 mg/dL dan diabetes sudah melebihi  125 mg/dL.

Pada kondisi prediabetes, Dante menyebut, tubuh mulai menunjukkan tanda dan gejala. Tanda paling umum adalah akantosis nirikans, yaitu kondisi kulit yang menggelap pada bagian lipatan dan kerutan tubuh.

“Yang paling jelas bisa dilihat di bagian belakang leher. Jika ada garis menghitam, itu menunjukkan insulin tidak bisa bekerja,” ungkap dokter spesialis endokrinologi ini.

Lihat juga: Penyebab dan Cara Alami Mengobati Asam Urat

Di masa prediabetes itu juga muncul beberapa gejala seperti lebih sering haus, sering buang air kecil, dan menjadi lebih banyak makan. Hal ini terjadi karena sel dalam tubuh tidak mendapatkan pasokan makanan akibat resistansi insulin.

Gejala lain yang juga kerap muncul pada prediabetes dan diabetes di antaranya berat badan turun dengan cepat, pandangan buram akibat komplikasi, luka yang tak kunjung sembuh, kesemutan, kaki menghitam, keputihan pada wanita, dan disfungsi ereksi pada pria.

Dante mengatakan, gejala ini muncul karena adanya penumpukan lemak yang tidak bisa diolah insulin pada pembulu darah. Penumpukan itu dapat menghambat aliran darah ke seluruh tubuh.

Dante menyarankan setiap orang yang sudah memiliki tanda dan gejala ini untuk memeriksakan gula darah dan memulai gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat itu dapat dilakukan dengan memiliki berat badan dan diet seimbang serta olahraga teratur.

Pengecekan untuk deteksi dini diabetes juga disarankan bagi orang yang berusia di atas 30 tahun setiap sekali dalam setahun dan sekali dalam enam bulan untuk orang-orang yang berisiko tinggi.

Lihat juga: Penemuan Yang Mengubah Dunia

Orang yang berisiko tinggi itu meliputi jenis etnik tertentu. Di Indonesia, kata Dante, secara genetik penelitian menunjukkan entik Manado, dan Ternate berisiko paling tinggi terkena diabetes.

Orang dengan obesitas juga berisiko tinggi karena sel lemak membuat insulin yang mengubah glukosa menjadi resistan. Diabetes juga berisiko tinggi pada orang yang kurang berolahraga dan memiliki diet tidak seimbang.

Orang Berbadan Tinggi Lebih Berisiko Terserang Kanker

Memiliki badan yang tinggi boleh jadi salah satu daya tarik. Namun, badan jangkung tak selamanya indah. Penelitian terbaru menunjukkan orang yang tinggi memiliki risiko kanker yang lebih besar.

Studi tersebut menyebutkan bahwa orang jangkung memiliki lebih banyak sel di dalam tubuh mereka. Setiap sel berpotensi berkembang atau bermutasi menjadi kanker.

Lihat juga: Penyebab dan Gejala Kanker Usus

Penelitian menyimpulkan, risiko kanker bakal meningkat 10 persen untuk setiap 10 sentimeter tinggi badan yang melebihi tinggi rata-rata. Studi itu menggunakan tinggi rata-rata 162 sentimeter untuk wanita dan 175 sentimeter untuk pria.

Hasil studi ini didapat setelah profesor biologi dari University of California Riverside, Leonard Nunney, menganalisis data lebih dari 10 ribu wanita dan pria yang terkena kanker. Dia menguji hipotesis yang salah satunya berkaitan dengan perbedaan hormon pada orang yang lebih tinggi dapat menyebabkan pengembangan sel.

Peneliti mendapati kaitan antara jumlah sel dan kemungkinan berkembangnya 18 kanker dari 23 kanker yang diuji. Kanker usus besar, ginjal, dan limfoma merupakan jenis kanker yang memiliki hubungan paling kuat.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Studi ini juga menemukan peningkatan risiko mengidap kanker lebih besar pada wanita sebesar 12 persen. Sedangkan pada pria sedikit lebih rendah sebesar 9 persen.

“Penelitian ini memiliki metodologi yang bagus. Mereka mengambil data dari penelitian besasr, yang penting, dan mereka terlihat banyak kategori kanker yang berbeda,” kata peneliti dari Cancer Research UK, Georgina Hill mengomentari hasil penelitian ini.

Meski berisiko tinggi, Hill memastikan bahwa peningkatan risiko kanker ini tetap kecil jika dibandingkan dengan efek dari gaya hidup yang dijalani oleh seseorang.

“Itu hanya risiko kecil dan ada tindakan lain yang dapat dilakukan untuk membuat perubahan positif, (seperti) berhenti merokok dan menjaga berat badan yang sehat,” ujar Hill.

Lihat juga: Bayi Akan Terbuat Dari Sel Kulit Manusia

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang juga pernah menghubungkan tinggi badan dengan peningkatan risiko berkembangnya berbagai penyakit termasuk pembekuan darah, masalah jantung, dan diabetes.

Penyebab dan Gejala Kanker Usus yang Diidap Titi Qadarsih

Aktris lawas Titi Qadarsih tutup usia pada Senin (22/10) kemarin. Pesohor serba bisa itu dikabarkan meninggal dunia karena mengidap penyakit kanker usus.

Di Indonesia, kanker usus yang diderita oleh Titi merupakan salah satu jenis kanker yang mematikan. Penyakit yang juga dikenal dengan nama kanker kolorektal ini merupakan penyebab kematian kedua terbesar untuk pria dan ketiga terbanyak untuk wanita.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang usus besar atau rektum, tergantung dengan bagaimana awal mula kanker itu dimulai. Sebagian besar kanker kolorektal berkembang pada lapisan dalam kolon atau rektum.

Pertumbuhan awal ini biasa disebut dengan polip. Biasanya, polip berkembang menjadi kanker dalam kurun waktu 10-15 tahun. Kendati demikian, tak semua polip akan berkembang menjadi sel kanker.

Dikutip dari Mayo Clinic, saat telah berkembang menjadi kanker, penyakit ini menimbulkan gejala berupa perubahan pada kebiasaan buang air besar termasuk diare, konstipasi, atau konsistensi tinja yang berlangsung lebih dari empat pekan. Biasanya juga ditandai dengan adanya pendarahan pada rektar atau tinja.

Lihat juga: Penyebab dan Cara Alami Mengobati Asam Urat

Indikasi lain yang muncul adalah rasa tidak nyaman pada perut, seperti kram dan nyeri. Selain itu, muncul pula rasa seperti terdapat sesuatu pada usus. Kanker usus juga ditandai dengan rasa lelah dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.

Dikutip dari American Cancer Society, peneliti menemukan beberapa faktor atau penyebab yang meningkatkan risiko polip atau kanker usus.

Faktor itu umumnya berasal dari gaya hidup yang tidak sehat meliputi obesitas, kurang olahraga dan pola makan yang buruk. Aktivitas fisik yang minim juga bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal.

Diet atau pola makan yang banyak mengonsumsi daging merah dan daging olahan, serta rokok, dan alkohol juga meningkatkan risiko terkena kanker usus.

Selain itu, faktor risiko lain seperti usia di atas 50 tahun, riwayat penyakit serupa di keluarga, penyakit di usus, dan diabetes tipe 2 juga meningkatkan risiko kanker usus.

Lihat juga: Harus Makan Apa Supaya Terhindar Dari Osteoporosis?

Risiko kanker usus ini dapat dikurangi dengan melakukan perubahan pada faktor risiko yang dapat dikontrol seperti obesitas, aktivitas fisik, dan pola makan.

Kanker usus juga dapat dideteksi dini dengan pemeriksaan pada orang yang belum memiliki gejala. Biasanya, pada pemeriksaan, dapat diketahui pertumbuhan polip dan dilakukan tindakan pencegahan.

Penyebab dan Cara Alami Mengobati Asam Urat

Asam urat bisa menimbulkan rasa sakit yang mengganggu hingga bengkak pada bagian sendi. Penyakit yang satu ini mulai mendapatkan perhatian. Sebab, asam urat tak hanya menyerang kaum lansia, tapi juga orang muda.

Asam urat disebabkan oleh konsumsi makanan dengan kandungan tinggi purin. Saat purin dicerna, tubuh akan menghasilkan asam urat sebagai produk limbah.

Purin sendiri ditemukan dalam sejumlah makanan, seperti jenis daging tertentu, ikan sarden, kacang-kacangan, dan minuman beralkohol.

Lihat juga: Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Normalnya, tubuh Anda menyaring asam urat melalui ginjal dan urine. Jika Anda terlalu banyak mengonsumsi purin dan tubuh tak mampu membuang produk limbah ini dengan cepat, maka asam urat akan menumpung dalam darah. Akibatnya adalah rasa nyeri pada persendian.

Di luar itu, tingginya kadar asam urat dalam tubuh juga disebabkan oleh faktor genetik, obesitas, dan stres.

Jika tak ditangani dengan baik, asam urat bisa berujung pada beberapa penyakit kronis seperti gangguan ginjal, diabetes, dan beberapa jenis kanker.

Umumnya, medis akan memberikan resep obat yang kudu dikonsumsi pemilik asam urat. Namun, sebenarnya Anda juga bisa mengatasi asam urat tanpa harus bergantung pada obat-obatan.

“Anda harus meminum banyak air mineral untuk membuang asam urat dari tubuh. Selain itu, konsumsi buah-buahan dan sayur,” ujar ahli nutrisi, dr Anju Sood, mengutip NDTV.

Lihat juga: 6 Cara Cegah Osteoporosis

Berikut beberapa cara mengatasi asam urat secara alami dirangkum dari berbagai sumber.

1. Rajin minum air lemon

Ahli pengobatan herbal, dr B.N Sinha menyarankan untuk meminum air lemon setidaknya dua kali dalam sehari. Lemon diketahui mengandung asam sitrat yang mampu mengusir asam urat dari tubuh.

Selain itu, kata Sinha, Anda juga perlu mengonsumsi vitamin C seperti yang ada pada jambu dan jeruk.

2. Konsumsi buah dan sayur kaya antioksidan

Sebuah penelitian yang digagas oleh University of Maryland menunjukkan bahwa penderita asam urat harus mengonsumsi banyak buah dengan kandungan antioksidan yang tinggi.

Beri menjadi contoh buah-buahan yang kaya antioksidan. Beri dengan warna gelap mengandung flavonoid yang disebut dengan anthocyanin. Nama yang terakhir ini mampu mengatasi peradangan dan keram.

Selain itu, jenis sayur seperti tomat dan paprika juga mampu menyeimbangkan kadar asam urat dalam tubuh.

3. Makanan kaya serat

Penelitian yang sama merekomendasikan pemilik asam urat untuk mengonsumsi banyak makanan kaya serat. Disebutkan, makanan kaya serat mampu menyerap kelebihan asam urat dan mengeliminasinya dari tubuh.

Sejumlah makanan seperti oat dan pisang disebut sebagai sumber serat yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh.

Lihat juga: Perokok Elektrik Lebih Sukses Stop Kebiasaan Merokok

4. Hindari gula tambahan dalam makanan olahan

Umumnya, asam urat disebabkan oleh kandungan protein berlebih. Namun, sejumlah penelitian menunjuk gula sebagai salah satu kandungan yang berpotensi meningkatkan asam urat.

Mengutip Healthline, peneliti menemukan bahwa jenis gula tambahan pada makanan olahan dapat menyebabkan kadar asam urat yang tinggi.

Untuk mengatasinya, Anda bisa memeriksa label makanan. Perhatikan seberapa besar gula tambahan yang digunakan.

5. Minum air mineral

Meminum banyak air mineral dapat membantu ginjal untuk mengeliminasi asam urat dari tubuh dengan lebih cepat.

Dengan minum air mineral minimal delapan gelas per hari, zat yang tak terpakai dalam tubuh akan terangkut keluar. Beberapa ahli juga percaya bahwa minum air mineral turut membantu melancarkan pembuangan asam urat yang menumpuk dalam tubuh.

6. Hindari minuman beralkohol

Minuman beralkohol bisa menimbulkan dehidrasi. Selain itu, minuman jenis satu ini juga bisa meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.

Hal itu terjadi karena ginjal harus bekerja keras untuk menyaring ‘limbah’ yang diproduksi dalam darah.

7. Mengontrol berat badan

Sebagaimana telah disebutkan di atas, obesitas atau kelebihan berat badan menjadi salah satu penyebab kadar asam urat yang tinggi.

Anda bisa memilih sumber karbohidrat kompleks dalam menu diet. Konsumsi lebih banyak buah, sayuaran, dan gandum utuh.

Lihat juga: 5 Bahaya yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

8. Kurangi stres

Stres, kualitas tidur yang buruk, dan kurang olahraga menyebabkan peradangan yang mampu meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.

Aktivitas yoga disebut mampu mengatasi rasa stres yang kerap mendera.

Selain itu, Anda juga bisa melakukan rutinitas olahraga setidaknya selama 30 menit dalam sehari. Olahraga dapat melatih sendi, sehingga bisa mencegah rasa nyeri yang disebabkan asam urat.

Kenali Jenis Kanker Yang Menyerang Anak

Serangan kanker tak mengenal usia. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga sangat mungkin terkena kanker.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 200 ribu anak di dunia terdiagnosis kanker setiap tahunnya.

WHO mendefinisikan ‘childhood cancer‘ sebagai kanker yang umum terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun. Sebanyak 4,6 persen dari seluruh kasus kanker terjadi pada anak-anak.

Lihat juga: 6 Cara Cegah Osteoporosis

Sayangnya, banyak kanker anak ditemukan terlambat. Kanker pada anak sulit dideteksi lantaran gejala awal sering kali tak berbeda dengan penyakit-penyakit lain pada umumnya.

Anak akan tiba-tiba jatuh sakit, mengalami tonjolan di tubuh, memar, dan sakit kepala menerus yang bisa menjadi pertanda awal kanker.

Kanker pada anak bukan kasus biasa. Jika gejala-gejala itu muncul, orang tua perlu sesegera mungkin untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Ada beberapa jenis kanker pada anak. Berikut diambil dari laman cancer.org penyakit kanker yang umum menyerang anak-anak.

Lihat juga: Resep Hidup Sehat Dengan Cuci Tangan

1. Kanker darah

Leukimia adalah salah satu kanker yang paling banyak menyerang anak. Tengok saja kisah yang dihadapi Shakira Aurum, putri Denada.

Kanker ini menyerang sumsum tulang belakang dan darah. Sebanyak 30 persen leukimia ditemui di seluruh kasus kanker anak.

Leukimia ditandai dengan nyeri tulang dan sendi, pendarahan, pembengkakan perut, dan demam tanpa alasan jelas.

2. Tumor otak

Tumor otak merupakan jenis kedua paling banyak yang ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini terjado pada 26 persen kasus kanker anak.

Tumor ini dimulai pada bagian otak kecil, sebelum akhirnya menyerang saraf pusat otak. Penyakit itu bisa menimbulkan gejala seperi sakit kepala, mual, muntah, penglihatan buram, permasalahan motorik, dan masih banyak lagi.

Lihat juga: Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

3. Neuroblastoma

Neuroblastoma dimulai sejak dini pada sistem saraf di berbagai bagian seperti leher, mata, atau perut. Kanker ini biasa tumbuh pada awal pembentukan sel-sel saraf pada janin.

Namun, gejala neuroblastoma saling berbeda satu sama lain. Jika terjadi di perut, maka akan muncul benjolan di perut. Sedangkan neuroblastoma yang terjadi pada mata menyebabkan turunnya kelopak mata.

4. Tumor Wilms

Tumor wilms atau biasa juga disebut nephroblastoma biasa tumbuh pada ginjal. Tumor ini terjadi pada 5 persen kasus kanker anak.

Kasus ini sering menimpa anak usia 3-4 tahun. Namun, dalam kasus jarang, penyakit ini juga bisa menimpa anak usia di atas 6 tahun.

Tumor ini menimbulkan gejala seperti memar di bagian perut. Terkadang, gejala itu juga disertai demam, rasa nyeri, mual, dan nafsu makan rendah.

5. Limfoma

Limfoma adalah kanker yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Kanker ini juga bisa mempengaruhi sumsum tulang belakang dan beberapa organ tubuh lainnya.

Beberapa gejala akan terlihat seperti penurunan berat badan, demam, berkeringan, rasa lelah berlebih, dan benjolan di bagian leher, ketiak, dan paha.

Lihat juga: Kota di China Akan Mengganti Cahaya Lampu Jalan Dengan Bulan

6. Rabdomiosarkoma

Rabdomiosarkoma atau kanker otot kerap muncul pada sel yang akan tumbuh sebagai kerangka otot. Pada anak, kasus ini ditemui pada otot di daerah kepala, leher, mata, prostat, dan vagina.

7. Retinoblastoma

Kanker mata alias retinoblastoma terjadi pada 2 persen kasus kanker anak. Biasanya, kanker ini terjadi pada anak usia dua tahun.

Banyak kasus retinoblastoma diketahui lantaran adanya keanehan pada mata anak. Pada penderita retinoblastoma, pupil akan menjadi putih atau merah muda.

8. Kanker tulang

Meski kerap menyerang anak dan remaja, kanker tulang juga bisa berkembang di berbagai usia. Kanker tulang terjadi pada 3 persen kasus kanker anak.

Ada dua jenis kanker tulang yang terjadi pada anak. Pertama adalah osteosarcoma yang umum terjadi pada remaja. Kanker ini berkembang pada area di mana tulang tumbuh dengan cepat. Kanker ini menimbulkan rasa sakit yang semakin terasa pada malam hari. Selain itu, kanker ini juga menimbulkan memar di sekitar tulang.

Kedua adalah ewing sarcoma, jenis kanker tulang yang jarang ditemui. Kanker ini lebih sering terjadi pada remaja.

6 Cara Cegah Osteoporosis

Tanggal 20 Oktober diperingati sebagai Hari Osteoporosis sedunia. Di tanggal ini, semua orang diingatkan untuk kembali menjaga kesehatan tulang, diagnosis, dan juga pengobatan osteoporosis.

Osteoporosis atau tulang keropos memang membuat banyak orang, khususnya lansia menderita. Padahal sebenarnya, osteoporosis tak cuma menyerang orang tua saja, tapi juga usia menengah.

Lihat juga: Perokok Elektrik Lebih Sukses Stop Kebiasaan Merokok

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami osteoporosis. Salah satunya adalah makanan yang kurang kalsium sampai sejarah kesehatan keluarga.

Usia menopause dan penyakit seperti rheumatoid arthritis juga berpengaruh pada risiko osteoporosis.

Mengutip berbagai sumber, ada beberapa cara untuk meningkatkan kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis.

Lihat juga: 7 Kebiasaan Sepele Yang Merusak Kesehatan Mata

1. Asupan kalsium yang cukup

Sudah bukan rahasia lagi kalau konsumsi makanan yang berkalsium tinggi bisa menjaga kesehatan tulang. Selain makanan, vitamin yang mengandung kalsium juga bisa dikonsumsi.

Selain itu, orang yang sudah berusia 40 tahunan yang sudah menopause juga sangat membutuhkan tambahan suplemen kalsium.

2. Konsumsi vitamin K

Konsumsi vitamin K dalam berbagai sayuran seperti kale, bayam, sampai berbagai sayuran berwarna hijau gelap memiliki vitamin K yang tinggi. Vitamin K terbukti meningkatkan kesehatan tulang dan menurunkan risiko osteoporosis.

3. Olahraga

Latihan olahraga yang mengutamakan kekuatan tulang seperti berjalan santai juga sangat penting meningkatkan kesehatan tulang.

4. Kurangi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan juga terbukti bisa meningkatkan risiko osteoporosis.

Lihat juga: Bayi Akan Terbuat Dari Sel Kulit Manusia di Tahun 2040

5. Jangan lupa juga untuk meningkatkan asupan vitamin D

6. Kurangi merokok

Perokok Elektrik Lebih Sukses Stop Kebiasaan Merokok

Rokok elektrik atau lebih dikenal dengan sebutan vape seolah menjadi bukti bahwa teknologi bisa menggantikan kenikmatan tembakau. Di satu sisi, ia tetap menjadikan perokok melakukan kegiatan hand-to-mouth. Namun, di sisi lain, ada hal positif yang bisa dipetik dari penggunaan rokok elektrik.

Sebuah riset menemukan bahwa upaya berhenti merokok pada perokok elektrik punya kemungkinan berhasil lebih tinggi daripada perokok konvensional. Studi ini diinisiasi oleh pakar onkologi, Profesor David Theodore Levy bersama tim dengan mengambil sampel penelitian dari Badan Perwakilan Nasional Amerika Serikat.

“Apa yang kami temukan? Saat perdaran dan penggunaan rokok elektrik meningkat, rokok konvensional drop”, kata Levy dalam diskusi media di Hotel Le Meridien, Tanahabang, Jakarta, Rabu (17/10).

Lihat juga: 7 Kebiasaan Sepele Yang Merusak Kesehatan Mata

Mereka yang berganti dari rokok konvensional ke rokok elektrik, kata Levy, lebih mudah berhenti merokok daripada perokok konvensional.

Para peneliti melihat peran rokok elektrik dalam upaya berhenti merokok selama tiga bulan. Mereka yang menggunakan rokok elektrik selama beberapa hari dalam sebulan ditemukan lebih sukses berhenti merokok.

Menurunkan risiko kematian dini

Levy menambahkan, penggunaan rokok elektrik juga ampuh menurunkan risiko penyakit maupun kematian dini. Hal ini dibuktikan lewat studi yang pernah dilakukannya pada 2017 lalu berjudul “Potential Deaths Averted in USA by Replacing Cigarettes with e-Cigarettes“.

Lihat juga: 5 Bahaya Yang Mengintai di Balik Segarnya Es Teh

Riset menyebut, di antara para perokok berusia 15 tahun ke atas pada 2016 terdapat hampir 6,6 juta lebih sedikit kematian dini.

“Kami melihat risiko yang lebih rendah serta capaian kesehatan yang besar pada mereka pengguna rokok elektrik”, imbuh Levy.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menyebut, terdapat sekitar 400 zat berbahaya di dalam rokok konvensional seperti tar dan nikotin.

Tar dihasilkan dari proses pembakaran. Ia merupakan zat karsinogenik penyebab kanker.

Lihat juga: Resep Hidup Sehat Dengan Cuci Tangan

Proses pembakaran itu hanya terjadi pada rokok konvensional. Sedangkan dalam rokok elektrik yang terjadi adalah penguapan cairan atau liquid.

“Rokok elektrik memang iya, mengalihkan, tetapi paparannya lebih rendah. Harm reduction,” kata Amaliya.

Hanya ada empat komponen yang terdapat dalam rokok elektrik seperti propilen glikol, vegetable glycerin, nikotin, serta perasa. Namun, kadar nikotin dalam rokok elektrik dapat dikurangi atau dibuat jauh lebih rendah daripada rokok konvensional.

7 Kebiasaan Sepele yang Merusak Kesehatan Mata

Mata merupakan salah satu organ vital manusia. Kesehatan mata sangat penting untuk dijaga demi fungsi yang tetap berjalan optimal.

Namun, ada beberapa kebiasaan yang tanpa sadar memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mata. Hal itu secara tidak langsung juga membuat penglihatan menurun. Apa saja?

1. Membaca di ruangan bercahaya minim

Tak bisa dipungkiri, terkadang aktivitas kerja lebih nyaman untuk dilakukan di rumah. Menyalakan laptop dan membuka dokumen tanpa sadar dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang minim.

Lihat juga: Aturan Lama Menatap Layar Elektronik Bagi Anak

Padahal, pencahayaan yang minim mengakibatkan mata tegang yang dapat berujung pada kekeringan. Mata yang kering rentan mengalami iritasi.

Memperhatikan kecukupan cahaya adalah salah satu cara yang perlu diperhatikan sebelum Anda bekerja atau membaca.

2. Sering mengucek mata

Potongan lagu anak-anak yang mengajak anak untuk mandi setelah bangun tidur rasanya tak berlaku lagi. Kini, orang lebih terbiasa mengucek mata setelah bangun tidur.

Aktivitas mengucek mata biasa dilakukan akibat rasa gatal. Namun, hal itu dapat mengakibatkan kerusakan. Bakteri dari tangan akan berpindah pada mata hingga menimbulkan infeksi.

Selain itu, mengucek mata juga berisiko membuat kornea robek dan menimbulkan kerapuhan pada komponen mata lainnya.

Lihat juga: Resep Hidup Sehat dengan Cuci Tangan

3. Terlalu lama menatap layar ponsel

Keberadaan gawai dan media sosial jadi alasan sempurna bagi setiap orang untuk berlama-lama menatap layar.

Padahal, berlama-lama di depan gawai bisa berdampak buruk. Penglihatan menjadi buram, mata kering, kepala berkunang-kunang, dan menimbulkan rasa mual.

Sebaiknya, ajak mata beristirahat selama 20 menit dengan menutup mata dari paparan sinar ultraviolet. Pasalnya, paparan sinar UV dapat menyebabkan gangguan mata seperti katarak.

Namun, sekadar kacamata hitam saja tak cukup. Mengutip Self, penting untuk menggunakan kacamata yang mampu menangkal sinar UV saat berada di luar ruangan untuk menghindari kerusakan mata.

4. Tidak menggunakan kacamata hitam

Menggunakan kacamata hitam kerap menjadi pilihan untuk melindungi mata dari paparan sinat ultraviolet. Pasalnya, paparan sinar UV dapat menyebabkan gangguan mata seperti katarak.

Namun, sekadar kacamata hitam saja tak cukup. Mengutip Self, penting untuk menggunakan kacamata yang mampu menangkal sinar UV saat berada di luar ruangan untuk menghindari kerusakan mata.

5. Ketergantungan pada tetes mata

Mata merah sering dianggap sepele. Bekerja hingga larut serta terlalu lama menatap layar membuat mata menjadi merah. Meneteskan obat pada mata kerap dilakukan untuk mengatasi mata merah.

Lihat juga: Ketika Peran Manusia di Masa Depan Digantikan "Robot"

Namun, terlalu sering mengandalkan obat tetes mata justru bisa menimbulkan kerusakan.

“Tetes mata bekerja dengan mempersempit pembuluh darah. Namun, jika Anda menggunakannya secara berlebihan, ia malah menimbulkan kemerahan”, ujar ahli kesehatan mata, Jessica Ciralsky.

6. Salah aplikasi make up

Penggunaan make up bertujuan untuk menutupi kekurangan pada wajah, termasuk mata. Namun, perlu diingat bahwa mata adalah organ yang sensitif dan rentan mengalami kerusakan.

Anda perlu memperhatikan penggunaan make up sekitar mata seperti maskara, eyeliner, eyeshadow, dan krim mata.

Akan lebih baik jika Anda mengaplikasikan make up jauh dari garis mata atau dekat dengan pangkal bulu mata. Penggunaan make up pada bagian ini akan menghambat produksi minyak untuk kelopak mata yang bisa menimbulkan infeksi.

7. Menggunakan lensa kontak saat mandi atau berenang

Lensa kontak bisa menjadi alat bantu penglihatan favorit. Para penggunanya diharapkan untuk menjaga kebersihan, baik saat memakai ataupun melepaskannya. Hal lain yang perlu diingat adalah melepas lensa kontak saat mandi dan berenang.

Para ahli kesehatan mata kerap mengingatkan untuk tidak menggunakan lensa kontak saat beraktivitas yang melibatkan air. Pasalnya, air membawa bakteri atau mikroorganisme yang disebut acanthamoeba yang bisa menyebabkan infeksi.