Silabus Sosiologi Kelas X Kurikulum 2013

Kompetensi Inti              :

KI 1    : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2    : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3     : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4    : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

selengkapnya klik disini

Continue reading

“Fenomena Generation Gap di Citra Land Mall”

Generation gap adalah gejala yang timbul dari perbedaan tingkat perkembangan psikologi masing – masing angkatan. Setiap generasi dan perubahan zaman membawa beberapa inovasi baru dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya seperti yang ada pada pusat perbelanjaan dikota – kota besar. Disini tampak jelas bahwa perbedaan yang mencolok antara sistem tukang parkir tradisional dengan tukang parkir modern. Kesenjangan penggunaan teknologi dalam sistem perparkiran ini tampak sangat jelas di berbagai mall – mall besar. Apa yang dilakukan oleh beberapa pusat perbelanjaan menunjukkan bahwa mereka akan meningkatkan kualitas dan pelayanan untuk menarik minat pengujung agar tercipta kepuasan pelayanannya, sementara yang dilakukan oleh para tukang parkir tradisional hanya terfokus pada lahan yang luas agar dapat menampung kendaraan yang banyak untuk meraup keuntungan yang besar tanpa memperdulikan fasilitas pelayanannya.

Parkir modern sendiri adalah sistem perparkiran yang menggunakan alat yang bernama automatic door, alat tersebut dapat langsung merekam no polisi kemudian tercatat dalam sistem komputer alat ini tetap menggunakan orang namun orang tersebut hanya duduk dan mengamati tanpa mengikuti kemana kendaraan itu diparkirkan dan menuliskan no polisi pada secarik kertas. Tarif perparkiran ini dihitung dalam hitungan perjam sehingga biaya parkir menjadi mahal apabila kita lama parkir ditempat itu. Sedangkan parkir tradisional adalah sistem perparkiran yang masih menggunakan manusia untuk mencatat no polisi dengan menggunakan secarik kertas untuk menuliskan no polisi kendaraan yang mau parkir, perparkiran ini masih menggunakan banyak orang untuk menunjukkan tempat yang kosong dimana kendaraan itu harus di letakkan. Tarif parkir tradisional tidak dihitung dalam hitungan per jam tapi tarif yang sama, berapa jam kita parkir tarifnya sama sesuai dengan yang di patok oleh juru parkir.

Continue reading

Fenomena Tradisi Punjungan Dan Kewajiban Sosial Yang Menyertai Dalam Pernikahan Pada Masyarakat Desa Gedanganak, Ungaran Timur Kab. Semarang

PENDAHULUAN

                 Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang sudah heterogen yang telah banyak melakukan perubahan-perubahan apalagi dalam sebuah tradisi, tetapi lain halnya dengan masyarakat Gedanganak, mereka sedikit banyak telah mengalami pergeseran budaya tidak lagi pakem pada aturan dan norma ketika menyelenggarakan suatu acara mereka hanya mengambil sari – sarinya saja dan diadaptasikan dengan perkembangan zaman sekarang ini. Dalam masyarakat Gedanganak ini tradisi yang masih dijalankan adalah tradisi punjungan yang di lakukan pada saat akan di laksanakan sebuah hajatan.

               Sebelum acara pernikahan berlangsung mereka melakukan acara punjung dengan memberikan nasi beserta lauk pauk kepada orang – orang yang dianggap masih saudara    dan tidak ketinggalan tetangga di lingkungannya. Dalam tradisi punjung ini menentukan jumlah sumbangan secara otomatis mereka sudah tahu jumlah uang yang akan diberikan pada orang yang mempunyai hajat. Selain itu tak ketinggalan dengan barang bawaan untuk diberikan sang punya hajat. Barang bawaan ini dibawa oleh orang terdekat dari sang punya hajat tersebut dan orang yang dirasa jauh kekerabatannya biasanya mereka hanya nyumbang dalam bentuk uang.

          Bentuk sumbang-menyumbang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu tenaga (rewang), barang dan uang. Pada masyarakat Jawa pada umumnya disebut nyumbang, daerah di Jawa lainnya ada yang menyebut buwuh, gendhongan, dan sebagainya. Masyarakat pada umumnya nyumbang pada saat ada perhelatan, seperti perkawinan, kelahiran, maupun kematian. Tradisi sumbang-menyumbang terus berlangsung dari generasi ke generasi menurut budaya dari masyarakat setempat. Tradisi sumbang-menyumbang di daerah perkotaan telah mengalami perubahan. Sumbangan yang semula dalam bentuk barang kemudian menjadi uang. Besarnya sumbangan dalam bentuk uang yang disumbangkan dalam suatu hajatan perkawinan umumnya menurut kebiasaan yang sudah berlaku di masyarakat. Selain itu masyarakat juga punya tujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya melalui tradisi – tradisi yang telah ada, khususnya tradisi nyumbang.

Continue reading

Atas Nama Pembangunan dan Kemajuan: Negara, Pasar dan Hutan

Konsep Teritorialisasi merupakan konsep yang digunakan untuk melihat proses bergesernya kekuasaan masyarakat siberut terhadap hutan. Vandergeest dan peluso teritorialisasi sebagai membagi wilayahnya menjadi zona – zona politik dan ekonomi yang kompleks dan saling bertumpang tindih mengatur kembali penduduk dalm unit – unit tertentu dan membuat aturan yang membatasi bagaimana dan oleh siapa wilayah itu dimanfaatkan.

Seiring mantapnya proses ini, pemerintah memberikan definisi khusus tentang masyarakat sekitar dan praktik – praktik yang berhubungan dengannya sebagai tidak tertib, tradisonal, dan memerlukan pembangunan. Negara menguatkan klaim untuk ikut campur tangan resmi melalui 4 hal : 1) penentuan status sebagian besar lahan sebagai hutan. 2) pembangunan perkebunan skala besar dan pemukiman transmigrasi dari daerah yang telah maju tetapi padat penduduknya ke daerah yang jaya sumber daya alam tetapi terbelakang. 3) pengaturan pemukiman migran spotan. 4) pemukiman kembali kelompok yang disebut sebagai masyarakat terasing ke desa yang dikelola secara tertib.

Continue reading

Pro Kontra Pengalihan Fungsi Lahan Sawah Menjadi Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta intensitas pembangunan yang berkembang dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Dimana lahan pertanian produktif akan dimanfaatkan untuk pembangunan perumahan. Pengalihan lahan persawahan menjadi rumah susun bersewa akibat dari program kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang layak tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga memunculkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Lahan persawahan ini semula sebagai lahan hijauan makanan ternak karena lokasinya berdekatan dengan pemukiman ternak yang dikomunalkan menjadi satu di tempat tersebut meskipun para peternak tidak berhak atas tanah tersebut karena hanya menyewanya saja tetapi pembangunan tersebut mengurangi makanan ternak tersebut.

Continue reading

Ahmadiyah Dalam Kacamata Sosiologi Agama

Banyaknya aliran keagamaan baru di Indonesia belakangan ini menjadi fenomena tersendiri yang cukup menarik banyak kalangan. Kesemuanya adalah aliran baru yang muncul dalam tubuh Islam. Beragam respon lahir dalam menyikapi fenomena kemunculan aliran-aliran keagamaan tersebut. Tidak sedikit yang sekedar mengapresiasi dan menyikapinya dengan wajar, tetapi banyak pula yang bereaksi keras bahkan sampai melakukan tindakan anarkhis.

Ahmadiyah sebagai salah satu organisasi yang berdiri di tengah kolonialisme di India pada tahun 1989 oleh Mirza Ghulam memiliki sejarah yang kelam, di negara tempat mereka lahir aliran ini mengalami penolakan di usir yang kemudian pindah ke London Inggris dan hingga sekarang Ahmadiyah berpusat di London dengan di pimpin oleh satu orang seperti halnya Paus di agama Katolik.

Continue reading

Hello world!

Welcome to Jejaring Blog Unnes Sites. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!