Relativitas Budaya
Relativitas budaya artinya kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran dalam suatu masyarakat harus dipandang dalam konteks masyarakat tersebut. Dengan demikian, jika kita ingin menilai kebudayaaan dari masyarakat lain, maka harus memahami kebudayaan masyarakat tersebut terlebih dahulu, sehingga baik dan buruknya penilaian terhadap masyarakat tersebut tidak tergantung pada ukuran-ukuran yang ada pada kebudayaan kita sendiri, melainkan berdasarkan ukuran-ukuran yang ada pada masyarakat tersebut. Gagasan, nilai, norma, maupun pola perilaku tertentu yang dilakukan oleh orang-orang dengan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan kita, yang mungkin terlihat aneh atau dapat dikatakan tidak masuk akal sebenarnya diaggap wajar saja pada lingkungan masyarakatnya. Begitupun juga sebaliknya.
Relativitas budaya adalah hal yang sangat penting bagi antropolog, hal ini terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari seseorang selalu memiliki kecenderungan untuk menganggap rendah kebudayaan yang berbedaatau bertentangan denga kebudayaan orang tersebut. Hal tersebut dianggap biasa saja dan wajar dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kebiasaan tersebut dapat berujung pada sikap etnosentrisme. Etnosentrisme sendiri adalah sikap seseorang yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain menurut standar atau ukuran yang berlaku dalam kebudayaannya sendiri. Sikap yang seperti itu adalah salah satu penghambat untuk mewujudkan suatu relativisme budaya.
Inovasi dan Asimiasi Budaya
Inovasi atau pembaharuan yaitu suatu proses pembaharuan dan penggunaan sumber- sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi menghasilkan produk-produk baru. Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaharuan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi. Proses inovasi tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Proses dari discovery hingga ke invention sering memerlukan tidak hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa orang pencipta.Berbagai inovasi menurut Koentjaraningrat menyebabkan masyarakat menyadari bahwa kebudayaan mereka sendiri selalu memiliki kekurangan sehingga untuk menutupi kebutuhannya manusia selalu mengadakan inovasi. Sebagian besar inovasi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat adalah hasil dari pengaruh atau masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dalam kebudayaan suatu masyarakat sehingga tidak bisa disangkal bahwa hubungan antarbudaya memainkan peranan yang cukup penting bagi keragaman budaya di Indonesia.
Menurut Koentjaraningrat (1980,259), Asimilasi merupakan proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran. Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersebut.
Asimilasi atau assimilation adalah proses yang timbul bila ada:
- Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda
- Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga
- Kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur –unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran
Faktor Pendorong Asimilasi:
- Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
- impati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
- Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
- Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
- Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
Faktor Penghambat Asimilasi:
Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati dari individu-individu dalam suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain. Sikap toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat terhalang oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi.
- Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain.
- Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.
Referensi:
Koentjaraningrat.1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
https://blog.unnes.ac.id/hendrowibowo/ diunduh tanggal 24 Desember 2015
Place your comment