Lingkungan Fisik Masyarakat Desa Tambak Lorok
Dilihat dari lingkungan fisik daerah masyarakat nelayan desa Tambak Lorok, pola pemukiman masyarakat memusat tanpa mengikuti bibir pantai, dengan padatnya penduduk di daerah tersebut sangatlah mempengaruhi perseberan penduduk termasuk di masyarakat nelayan Tambak Lorok. Masyarakat memanfaatkan bantaran sungai yang menghadap kelaut sebagai peletakan jangkar perahu-perahu mereka sebagai dermaga. Tempat dermaga perahu-perahu nelayan pun berdekatan langsung dengan TPI atau tempat pelelangan ikan yang mereka gunakan sebagai pasar ikan atau tempat transaksi jual beli barang buruan para nelayan.
Kemudian air di sekitar dermaga pun berwarna hijau keruh tercampur dengan limbah bahan bakar yang terbuang, sampah-sampah yang mengapung, bangkai-bangkai ikan yang berserakan dan puluhan kapal-kapal yang tak tertata rapi semakin menambah buruknya pemandangan air laut. Hal ini menimbulkan bau-bau yang kurang sedap ketika kami tiba di sekitar dermaga kapal sempat menutup alat pernapasan guna membuat filter dilubang hidung dengan tangan mencegah bau-bau yang kurang sedap terhirup bebas. Berbeda dengan para nelayan dan orang-orang yang tinggal di sekitar tempat tersebut mereka tak menutup lubang hidung mereka dengan alat-alat seperti masker penutup alat pernapasan, mereka sangatlah terbiasa dengan bau-bau yang kami anggap kurang sedap dan kurang sehat, terbukti dari orang-orang yang bersantai ria dipinggiran bantaran sungai seakan menghirup udara segar.
Kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan juga masih kurang sehingga masih banyak ditemui berbagai macam penyakit seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan), penyakit kulit, dan diare. Tambak Lorok yang berada di tepi pantai menyebabkan rob dan banjir sering melanda di daerah tersebut. Masyarakat Tambak Lorok berupaya menghindari rob dengan cara meinnggikan rumah masing-masing. Supaya jalan tidak tergenang, jalan juga sering ditinggikan, sehingga antara jalan dan pondasi rumah selalu bergantian untuk ditinggikan. Dengan kondisi air yang seperti apa yang kami lihat, kami memperkirakan tidak mungkin ada biota yang hidup di dalamnya.
Nelayan Tambak Lorok menangkap ikan dengan menggunakan perahu dan harus menempuh puluhan kilometer dari bibir pantai atau tempat mereka meletakkan jangkar perahu. Kegiatan dimulai dari pukul 5 sore sampai pagi hari. Sekitar pukul 5 pagi mereka pulang dan segera menuju pangkalan kapal (12 jam aktivitas berburu). Atau jika mereka berangkat pada pagi hari, maka baru pada sore menjelang malamlah mereka sampai di pangkalan kapal dengan membawa hasil tangkapan.
Lingkungan Sosial Masyarakat Desa Tambak Lorok
Kondisi sosial-ekonomi masyarakat Tambak Lorok tergolong dalam menengah ke bawah, hal ini terkait dengan mata pencaharian penduduk yang sebagaian besar sebagai nelayan. Penghasilan sebagai nelayan tidak seberapa besar, disamping itu pada waktu tertentu saat cuaca buruk nelayan tidak bisa melaut, kemudian didukung dengan harga bahan bakar solar yang digunakan para nelayan sebagai bahan bakar kapal semakin melonjak naik sehingga penghasilan mereka cenderung jauh dari keuntungan. Kondisi ekonomi juga berpengaruh terhadap kondisi pendidikan dan kesehatan. Tingkat pendidikan masyarakat Tambak Lorok sebagian besar lulusan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Hanya sebagian kecil yang menempuh pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Kami sempat pula menemui fakta bahwa ada salah seorang warga yang memiliki pendidikan hingga Strata III (s3). .
Dalam masyarakat nelayan Tambak Lorok terdapat stratifikasi sosial dalam bentuk hierarki kelas, yaitu yang didasarkan pada penguasaan atas barang dan jasa. Seperti yang kami lihat pemilik kapal sebagai bos dan nelayan pendatang yang bekerja pada si pemilik kapal tersebut. Meski begitu, masyarakat tidak mengakui adanya stratifikasi kelas tersebut dan mereka menganggap kesederajatan antara bos dengan pekerjanya layaknya sebuah keluarga. Pada pembagian tugasnya, pemilik kapal tidak ikut pergi melaut, namun ia hanya memberikan fasilitas yang dibutuhkan para nelayan seperti kapal, bahan bakar kapal, dan bahan makanan.
Hasil tangkapan biasanya hanya dijual di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sekaligus pasar ikan sebagai tempat transaksi jual beli pertama. Pedagang di pasar ikan mayoritas adalah kaum wanita. Interaksi sosial masyarakat nelayan Tambak lorok terjadi saat pembeli dan penjual saling melakukan transaksi jual beli dan tawar menawar membentuk fungsi interaksi. Kemudian interaksi antar penjual juga terlihat akrab tanpa adanya persaingan. Penjual lokal dengan penjual pendatang mereka hidup saling berdampingan tanpa adanya segmentasi dan diskriminasi.
Interaksi adalah hubungan antar perorangan, kelompok, maupun perorangan dengan kelompok. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Pada masyarakat Tambak Lorokpun juga melakukan hal ini, karena kita tahu apabila suatu masyarakat tidak melalui hal ini maka tidak antara akan terjadi interaksi dalam masyarakat. Didalam masyarakat terdapat beberapa bentuk- bentuk interaksi dalam masyarakat, antara lain ada proses asosiatif yaitu kerjasama, akomodasi, dan proses disosiatif antara lain, persaingan, kontravensi, konflik (pertikaian). Dalam masyarakat Tambak Lorok juga tidak jauh dari hal ini, namun didalam masyarakat ini tidak sampai mengakibatkan konflik yang berarti. Dan interaksi yang terjadi didalam masyarakat Tambak Lorok mulai luntur, hal ini terjadi karena kesibukan masing- masing individu. Ada suatu interaksi secara langsung dengan masyarakat luar, seperti pembelian ikan yang dilakukan antara penjual dan pembeli yang secara langsung datang ke tempat pengolahan. Selain ini juga ada interaksi secara tidak langsung yang dilakukan pemilik kapal dan penjual mesin, disini pemilik kapal (masyarakat Tambak Lorok) membeli mesin melalui kontak Hp atau tidak bertemu secara langsung. Ini beberapa interaksi yang terjadi di masyarakat tasik- agung, kecamatan Tambak Lorok, provinsi jawa tengah.
Interaksi yang terjadi di masyarakat kampung nelayan kabupaten Tambak Lorok, muncul dalam bentuk kerjasama untuk membeli alat perlengkapan mencari ikan. Dalam hal ini mereka mengumpulkan uang atau iuran untuk membeli alat melaut. Selain itu mereka juga bekerjasama dalam mengolah ikan dan pengemasannya. Dikarenakan ada beberapa masyarakat yang mempunyai tempat untuk pengemasan atau tempat pengolahan, maka masyarakat bekerja dengan saling membantu.
Masyarakat disinipun masih sangat menjunjung tinggi solidaritas, terbukti apabila ada yang sakit, maka tetangganya semuanya akan menjenguknya tanpa dikomando. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa di dalam masyarakat Tambak Lorok ini tidak jauh dari pertikaian. Pertikaian akan muncul ketika menyangkut dengan adat. Selama ini kebijakan yang diputuskan oleh kepala desa masih bisa diterima oleh warga, seperti kerja bakti untuk membersihkan tempat yang digunakan untuk pengolahan, dalam waktu 1 minggu sekali. Sebenarnya setiap orang mempunyai perbedaan pendirian, pemikiran, dan perasaan yang akan melahirkan bentrok atau pertikaian antar individu, namun dalam masyarakat Tambak Lorok seorang kepala desa dan tokoh masyarakat atau yang dituakan mempunyai peranan yang penting. Peranan dari mereka, selalu berusaha menyatukan perbedaan pemikiran atau persepsi tersebut, dengan berbagai keputusan yang dimusyawarahkan agar tidak terjadi pertikaian.
Dalam masyarakat nelayan ini juga tidak lepas dari suatu persaingan, namun persaingannya lebih ke bidang ekonomi atau perdagangan. Penyebab dari munculnya hal ini karena semua nelayan ingin mendapatkan pembeli dan ikan yang banyak, tetapi ada beberapa kendala yang mereka hadapi seperti, alat yang digunakan nelayan, yang mempunnyai modal yang besar lebih mudah mendapatkan ikan dengan alat yang modern, namun mereka yang mempunyai modal yang kecil ada suatu kendala dalam alat yang digunakan untuk menacari ikannya. Namun persaingan ini tidak terlalu kelihatan dan tidak sampai merusak kerukunan antar nelayan atau antar kelompok nelayan yang ada di Tambak Lorok. Persaingan yang dilakukan masih dalam batas kewajaran, tidak sampai menimbulkan konflik atau perpecahan yang merugikan orang lain.
PENUTUP
Masyarakat Tambak Lorok atau yang biasanya disebut sebagai kampung nelayan merupakan masyarakat yang masih mempertahankan tradisi matapencaharian yang sedari dulu ditekuni masyarakat di daerah tersebut. Perubahan dampak fisik atau lingkungan serta sosial masyarakat sebagai akibat dari pembangunan infrastruktur di sekitar Tambak Lorokpun tidak dapat dihindari. Meski begitu, perpindahan penduduk dari daerah lain ke wilayah Tambak Lorokpun nyatanya tidak membawa dampak sosial yang berarti yang mampu mengganggu stabilitas interaksi di antara mereka.
Meskipun aktivitas sosial diantara masyarakat belum menunjukkan permasalahan yang berarti. Namun, jika dilihat dari kondisi lingkungan desa, kesadaran masyarakat akan kelestarian dan kebersihan lingkungan masih perlu ditingkatkan lagi jika berpacu pada kondisi perairan desa yang jauh dari kata bersih.
Demikianlah paper ini kami buat dengan harapan mampu menambah wawasan pembaca. Namun, paper ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.
Place your comment