A. Relativisme Budaya
Relativisme budaya adalah sebuah aliran pemikiran dalam kebudayaan yang menolak adanya suatu klaim legitimatif yang menentukan cita rasa, aktivitas, ketertarikan dan norma-norma yang berlaku secara universal.
Berdasarkan relativisme, nilai kita tidak dapat menilai tinggi-rendahnya nilai yang terkandung dalam sebuah produk kebudayaan. Relativisme budaya mengatakan bahwa ada ketidaksepatakan umum mengenai apa yang benar, baik, tepat atau cantik.
Abdala menyatakan bahwa relativisme budaya adalah paham bahwa semua budaya baik; tidak ada budaya yang dianggap superior, sementara yang lain inferior; budaya adalah hasil dari kesepakatan sosial (social construction). Budaya tidak mengandung esensi tertentu yang membuatnya “baik” atau “buruk”. Mungkin saja sebuah perilaku budaya dinilai baik pada suatu komunitas masyarakat tertentu, tetapi sebaliknya ia dinilai aneh, ganjil, atau bahkan lucu oleh komunitas masyarakat yang lain. Jadi, kalaupun mungkin ada keunggulan budaya, ia hanya sebatas unggul pada konteks masyarakatnya, bukan karena dibandingkan dengan budaya-budaya lainnya.
Dengan demikian, relativisme budaya menawarkan sebuah pemikiran bahwa sesederhana apapun bentuk atau wujud produk budaya, ia harus dihargai. Sebab secara substantif tidak ada suatu produk budaya yang dapat dinilai baik, buruk, lebih baik, atau lebih buruk dibanding budaya-budaya lainnya. Ia patut dihargai bukan dilihat dari sisi
penilaian kualitas yang didasarkan pada budaya yang berebeda, tetapi karena ia memiliki arti (meaningful) pada konteks masyarakat yang melahirkannya, sekalipun mungkin hal itu dalam pandangan komunitas masyarakat lain dianggap sangat tidak berarti (meaningless).
Relativisme budaya, secara epistemologi, berasal dari Jerman, sebagai tanggapan terhadap adanya etnosentrisme barat, yang jika dibiarkan berkembang akan melahirkan rasisme, yaitu adanya kebencian dari suku bangsa terhadap suku bangsa yang lain,
Secara teoritis, relativisme budaya didasarkan pada pemikiran bahwa perkembangan budaya tidak sama dari setiap wilayah di belahan bumi. Ada batas
relatif antara budaya yang satu dengan yang lain. Lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan perilaku manusia adalah sebuah sistem yang membentuk budaya seseorang atau sekelompok orang. Jadi jika suatu budaya tidak sama, berarti ada perbedaan secara relatif antara budaya yang satu dengan yang lainnya, tergantung pada kondisi lingkungan sosial, perilaku dari manusianya, dan kondisi lingkungan fisik.
Jika perkembangan budaya antara satu wilayah budaya dengan wilayah budaya lainnya berbeda, maka standar kebenaran dan kebaikan yang ada tiap kelompok budaya akan berbeda satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terbentuk nilai-nilai budaya yang sifatnya relatif.
Relativisme budaya memandang bahwa tidak ada budaya yang lebih baik dari budaya lainya. Karenanya tidak ada kebenaran atau kesalahan yang bersifat internasional. Ia menolak pandangan bahwa terdapat kebenaran yang bersifat universal dari budaya-budaya tertentu. Relativitas budaya adalah suatu prinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas individu harus difahami berdasarkan kebudayaannya.
B. Ketahanan Budaya
C. Inovasi Budaya
Inovasi budaya adalah proses sosial budaya yang menerima unsur-unsur kebudayaan baru dan mengesampingkan cara-cara lama yang telah melembaga.
Proses penyesuaian dari penemuan baru dengan kebutuhan masyarakat melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalammasyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada abad teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya. Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru.
D. Asimilasi Budaya
Asimilasi adalah pembauran dua budaya, bersama-sama dengan karakteristik hilangnya budaya asli untuk membentuk budaya baru. Asimilasi ditandai oleh usaha untuk mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan, asimilasi meliputi upaya untuk memperkuat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi bahwa perbedaan batas semakin tipis antara individu dalam kelompok, atau bisa juga batas-batas antara kelompok. Selanjutnya, individu untuk mengidentifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan sesuai dengan kehendak kelompok. Demikian pula, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Sumber:
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Joyomartono, Mulyono. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat dalam Pembangunan. Semarang: IKIP Semarang Press
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
https://kangyuyunnurulaen.blogspot.co.id/
https://www.kompasiana.com/everybodyluvromeyn/ketahanan-budaya_55286060f17e6136458b45b3
Recent Comments