NURUL PUNYA

Buat Dunia Bahagia Karenamu, Mari Belajar Bersama

Archive for the 'SOSIOLOGI' Category

Gula Teh Sebagai Wujud Resiprositas Umum Di Desa Dukuhmalang Kecamatan Talang Kabupaten Tegal

gula teh

Gula teh sesuai dengan penyebutannya merupakan bingkisan yang berisi kebutuhan pokok masyarakat yang di dalam isian bingkisan komponen yang harus ada dalam bingkisan adalah gula dan teh. Mengapa harus gula dan the? Hal ini dikarenakan kebiasaan orang Tegal yang suka moci atau meminum the pada sore maupun pagi hari, termasuk juga di desa Dukuhmalang tempat tinggal penulis yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Meminum teh tentunya akan terasa pahit jika tidak bersama gula, oleh karena itu gula dan the dimanapun tidak dapat terpisahkan, sehingga warga tidak susah-susah menyebutnya gula karo teh (gula dan the), melainkan hanya gula teh.

Komponen lain yang terdapat di dalam bingkisan biasanya adalah biskuit ataupun makanan ringan lainnya yang bisa dijadikan teman untuk bersantai dan dalam jumlah yang banyak. Atau bisa saja diisi dengan berbagai macam buah-buahan sesuai selera pemberi ataupun disesuaikan dengan makanan kesukaan yang orang diberi. Gula teh akan diberikan hanya ketika menjelang perayaan hari Raya Idul Fitri yaitu sekitar satu minggu sebelun hari-H. Read more…

posted by nurul in SOSIOLOGI and have No Comments

Dampak Buruk Anomi Di Masyarakat Berkaitan Dengan Pemaknaan “Keperawanan dan Keperjakaan”

perawan

Perawan dan perjaka di beberapa Negara di bagian timur merupakan hal yang dianggap sakral dan mempunyai penghargaan tersendiri, terlihat pada pesta perkawinan masyarakat yang hendak menikahkan anak gadisnya (entah masih perawan atau tidak) mempunyai peraturan adat tersendiri untuk mas kawain ataupun barang-barang yang harus dibawa oleh pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita. . Bahkan di salah satu daerah di Indonesia terdapat aturan besaran mas kawin yang sesuai dengan tingkat pendidikan anak gadis mereka. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh, maka semakin besar pula mas kawin yang harus dipenuhi

Hal tersebut berbanding terbalik dengan Negara-negara lain di luar Indonesia. Baik di dataran Amerika ataupun Eropa, bahkan di wilayah Asia sendiri yaitu Korea Selatan. Dilansir pada suatu Surat Kabar, sebagai berikut: Read more…

posted by nurul in SOSIOLOGI and have No Comments

Tradisi Pecingan (Tegal) Dan Tradisi Angpao (Etnis Tionghoa) Berdasarkan Strukturalisme Radclife Brown

pecingan

Angpao (Hanzi, hanyu pinyin: hong bao) adalah amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek. Angpao telah dikenal pada saat perayaan imlek, namun sebenarnya tradisi memberikan angpao tidak hanya pada saat imlek melainkan pada saat perayaan ataupun peringatan lain. Misalnya perayaan pernikahan, rumah baru bahkan kematian. Namun, ada sedikit yang membedakan yaitu jumlah nominal yang diberikan berbeda pada saat perayaan suka cita dan duka cita. Pada saat perayaan yang bersifat suka cita angpao yang diberikan akan bernominal genap, sedangkan jika ketika kematian, angpao yang diberikan akan bernominal ganjil.

Angpao pada masyarakat etnis Tionghoa umumnya mempunyai persyaratan khusus mengenai siapa yang harus memberikan, dan siapa yang harus menerima. Seseorang yang berhak memberikan angpao kepada anggota keluarga lain adalah yang sudah menikah, karena pernikahan bagi mereka adalah batas manusia menuju jenjang baru dan dianggap sebagai seseorang yang telah memiliki kematangan dan kemapanan secara ekonomi, sehingga Read more…

posted by nurul in SOSIOLOGI and have No Comments

Lingkungan Fisik dan Sosial: Masyarakat Desa Nelayan Tambak Lorok

tambak-lorok-semarang-05

Lingkungan Fisik Masyarakat Desa Tambak Lorok

Dilihat dari lingkungan fisik daerah masyarakat nelayan desa Tambak Lorok, pola pemukiman masyarakat memusat tanpa mengikuti bibir pantai, dengan padatnya penduduk di daerah tersebut sangatlah mempengaruhi perseberan penduduk termasuk di masyarakat nelayan Tambak Lorok. Masyarakat memanfaatkan bantaran sungai yang menghadap kelaut sebagai peletakan jangkar perahu-perahu mereka sebagai dermaga. Tempat dermaga perahu-perahu nelayan pun berdekatan langsung dengan TPI atau tempat pelelangan ikan yang mereka gunakan sebagai pasar ikan atau tempat transaksi jual beli barang buruan para nelayan.

Kemudian air di sekitar dermaga pun berwarna hijau keruh tercampur dengan limbah bahan bakar yang terbuang, sampah-sampah yang mengapung, bangkai-bangkai ikan yang berserakan dan puluhan kapal-kapal yang tak tertata rapi semakin menambah buruknya pemandangan air laut. Hal ini menimbulkan bau-bau yang kurang sedap ketika kami tiba di sekitar dermaga kapal sempat menutup alat pernapasan guna membuat filter dilubang hidung dengan tangan mencegah bau-bau yang kurang sedap terhirup bebas. Berbeda dengan para nelayan dan orang-orang yang tinggal di sekitar tempat tersebut mereka tak menutup lubang hidung mereka dengan alat-alat seperti masker penutup alat pernapasan, mereka sangatlah terbiasa dengan bau-bau yang kami anggap kurang sedap dan kurang sehat, terbukti dari orang-orang yang bersantai ria dipinggiran bantaran sungai seakan menghirup udara segar. Read more…

posted by nurul in SOSIOLOGI and have No Comments
Skip to toolbar