Tulisan ini merupakan tugas kuliah pada mata kuliah Kajian Etnografi. Mata kuliah tersebut diambil pada semester 3. Dalam tulisan ini menjelaskan mengenai perjalanan KKL yang dilakukan di Desa Ujung Gagak, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap.
Setiap mahasiswa jurusan sosiologi dan antropologi semester 3 diwajibkan untuk mengikuti KKL atau Kajian Masyarakat dan Kebudayaan. Kegiatan KKL tersebut di laksanakan pada tanggal 06-08 oktober 2016 di desa Ujung Gagak, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Saya dan teman-teman sekaligus enam dosen pembimbing berkumpul di depan gedung C-7 FIS pada pukul 02.00 dini hari, rencana awal pukul 02.30 sudah berangkat dari kampus, namun karena ada suatu hal yang tidak diinginkan jadwal keberangkatan tersebut diundur.
Dalam perjalanan tersebut kami mengunakan dua bus, setelah lama perjalanan di dalam bus akhirnya sampai di Pelabuhan Sleko sekitar pukul 12.00. Kemudian saya dan rombongan melakukan penyebrangan agar sampai ke desa Ujung Gagak. Ketika melakukan penyebrangan yaitu menggunakan kapal yang bermuatan 20-30 orang namanya adalah kapal compreng. kapal tersebut merupakan transportasi umum di kawasan Kampung Laut, jika di darat dapat dikatakan seperti bus umum. Karena satu kapal hanya bermuatan 20-30 orang maka kami menggunakan tiga kapal untuk sampai di Ujung gagak.
Di Kampung Laut sendiri terdapat empat desa yaitu desa Ujung alang, desa Panikel, desa Klaces, dan desa Ujung gagak. Antara desa satu dengan yang lainnya jaraknya berjauhan. Desa yang paling dekat dengan Pelabuhan Sleko adalah desa Ujung alang, dan desa yang paling jauh adalah desa Ujung gagak. Karena desa Ujung Gagak merupakan desa paling jauh maka waktu tempuhnya apabila menggunakan kapal compreng sekitar 2,5- 3 jam , apabila menggunakan kapal yang kecil itu dapat menempuh waktu 1,5 jam.
Sesampainya saya dan teman-teman di desa Ujung Gagak disambut baik oleh masyarakat disana. Kemudian saya dan teman-teman di arahkan oleh Pemandu ke homestay yang telah dibagikan oleh panitia untuk meletakkan barang bawaan. Saya mendapatkan homestay yang sangat jauh dari Dermaga. Pemilik homestay yang saya tempati itu orangnya sangat baik dan ramah. Setelah saya dan teman-teman meletakkan barang-barang , langsung bergegas menuju Aula Desa Ujung Gagak untuk berkumpul bersama kelompok yang sudah dibagikan untuk melakukan observasi.
Masing-masing kelompok di bagikan tema yang berbeda, kelompok saya mendapatkan tema yaitu tentang ekologi. Dalam kelompok saya terdiri dari 7 orang, dari kelompok saya dibagi lagi menjadi 3 sub kelompok. Setelah pembagian tersebut saya dan teman-teman mulai melakukan pengamatan terlebih dahulu, kemudian saya melakukan wawancara kepada salah seorang warga tentang ekologi yang ada di desa Ujung Gagak.
Dalam wawancara tersebut narasumber kurang memahami maksud akan pertanyaan yang kami lontarkan sehingga data yang kami punya tidak begitu relevan. Narasumber tersebut selalu mengunggul-unggulkan desa Ujung Gagak seperti tidak membuang sampah di sungai, adanya kegiatan kebersihan setiap jumat, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya banyak sampah-samapah yang berserakan di sungai.
Setelah mendapatkan informasi yang kami butuhkan, karena waktunya hampir menjelang magrib saya kembali ke homestay. Disana makan dan membersihkan badan, setelah itu menuju Aula desa Ujung gagak untuk acara bertemu kapala desa dan tokoh adat desa Ujung Gagak. Dalam acara tersebut Pak kepala desa terlebih dahulu menyampaikan sesuatu kepada para mahasiswa, setelah itu di adakan sesi tanya jawab. Karena Pak kepala desa ada urusan lain maka acara tersebut di lanjutkan oleh tokoh adat desa Ujung gagak. Setelah acara tersebut selasai semua mahasiswa di kembali ke homestaynya masing-masing.
Jumat pagi kami berkumpul lagi ke Aula desa untuk membahas hasil observasi kepada dosen pembimbing. Dalam acara tersebut kelompok saya diberikan beberapa masukan. Karena waktunya yang cukup singkat, karena pada saat itu ada acara sedekah laut dan sedekah bumi yang di lakukan di desa Ujung gagak. Acara tersebut di hadiri oleh tokoh adat dan masyarakat desa Ujung Gagak. Namun ada dua wanita yang bukan berasal dari desa ujung gagak yang datang, ternyata salah satu wanita tersebut adalah calon wakil bupati yang sedang berkampanye untuk mencari dukungan.
Dalam acara sedekah laut tersebut terdapat berbagai sesaji salah satunya adalah kepala kambing, ayam hidup, sandal, dan lain sebagainya. Prosesi sedekah laut tersebut di adakan di Laut lepas atau sebutan lokalnya segara bebas. Jadi saat akan melakukan sedekah laut banyak masyarakat yang ikut serta dengan menggunakan kapal mereka sendiri. Karena saya tidak ikut untuk melepas sesaji tersebut maka saya tidak tahu persis apa yang dilakukan di segara bebas tersebut dan hanya mengantarkannya sampai ke Dermaga desa Ujung gagak saja.
Kemudian dilanjutkan untuk observasi lagi bagi yang datanya belum lengkap. Karena hari itu adalah hari jumat maka bagi laki-laki melaksanakan shalat jumat. Di desa Ujung gagak mayoritas masyarakatnya beragama islam namun masih terpengaruh kejawen sehingga menjadi islam kejawen. Setelah selesai melakukan shalat jumat saya dan teman-teman berpamitan kepada pemilik homestay dan melanjutkan perjalanan ke Batur Raden Purwokerto untuk rekresi.