Koentjaraningrat
Review By Frieda Nur Hapsari
2.1 Keanekaragaman Makhluk Manusia dan Kebudayaan
Ada beberapa dasar pandangan di kalangan orang Eropa dalam melihat masyarakat dan kebudayaan makhluk manusia. Pertama, ada yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia memang diciptakan bermacam-macam (polygenesis), dan menganggap orang-orang Eropa berkulit putih merupakan makhluk manusia yang paling baik, sehingga kebudayaan yang dimilikinya juga paling sempurna dan paling tinggi. Kedua, meyakini bahwa sebenarnya manusia itu pernah diciptakan sekali saja (monogenesis), yaitu dari satu makhluk induk, dan bahwa semua manusia di bumi merupakan keturunan Nabi Adam.
Selanjutnya, pemikiran penting yang muncul adalah pandangan Secondat, Montesquieu yang mengatakan bahwa keanekaragaman masyarakat manusia disamping lebih disebabkan sejarah mereka masing-masing, juga akibat dari pengaruh lingkungan alam dan struktur internnya. Oleh karenanya sesuatu unsur atau adat dalam suatu kebudayaan, tidak dapat dinilai dari pandangan kebudayaan lain, melainkan harus dari system nilai yang ada dalam kebudayaan itu sendiri (relativisme kebudayaan).
Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, sekalipun manusia akan mati namun kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan tidak hanya terjadi secara vertical kepada anak-cucu mereka, melainkan dapat terjadi secara horizontal yaitu manusia satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Continue reading →