Silabus Antropologi SMA Kelas X Kurikulum 2013

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Read the rest of this entry »

Kebiasaan Jajan di Sekolah dan Dampaknya terhadap Kecerdasan Murid

IMG_20151104_133107Sebelum mengkaji apa yang terkandung di dalam gambar di samping, saya jelaskan terlebih dahulu peristiwa pada gambar tersebut karena kebetulan hasil foto tidak terlalu jelas. Gambar di samping adalah foto saya, tapi itu bukanlah hal utama yang akan dikaji pada tulisan ini, melainkan fokus utama kajian ini adalah objek dua murid yang sedang makan jajanan sosis dan mie goreng yang biasa dijual oleh pedagang keliling yang mangkal di dekat sekolah. Gambar tersebut diambil di MI Roudhotul Huda yang terletak di Gang Mangga, Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, dan dua anak itu adalah muridnya.

Fenomena seperti yang terdapat pada gambar di atas, sering dijumpai di lingkungan sekitar sekolah. Di tempat tersebut, sering terdapat penjual jajan yang mangkal, baik penjual yang menetap di tempat itu maupun penjual keliling yang mampir di sana. Hal tersebut seakan-akan menjadi sahabat bagi siswa dan siswi –lebih khususnya anak usia Sekolah Dasar (SD)—dalam aktifitas belajar di sekolah. Bahkan, terkadang jajan di sekolah dijadikan iming-iming oleh orang tua murid untuk membujuk anaknya agar bersedia berangkat sekolah. Read the rest of this entry »

Analisis Film “George of The Jungle” dengan Kajian Psikologi Pendidikan

Sinopsis

Cerita pada film “George of The Jungle” bermula dari adanya kecelakaan pesawat yang menewaskan seluruh penumpangnya, kecuali seorang bayi. Bayi tersebut tersesat di hutan kemudian hidup bersama kera besar yang baik. George –demikian panggilan si bayi— tumbuh hingga dewasa bersama kera besar dan kawanan binatang lainnya di hutan. Tingkah laku George pun tidak seperti manusia selayaknya, namun lebih seperti tingkah laku kera besar, dia tinggal di atas pohon, suka memakan buah-buahan dari hutan, suka memukul-mukul dadanya, berteriak, dan bergelantungan dari pohon ke pohon lain. Mereka hidup damai di hutan.

Pada suatu hari datanglah kawanan manusia, yaitu Ursula Stanhope beserta rombongannya yang sedang melakukan safari ke wilayah Afrika. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seekor singa. Rombongan itu pun lari terbirit-birit. Singa tersebut kemudian menyerang Ursula Stanhope yang merupakan satu-satunya perempuan di rombongan tersebut. Beruntunglah George mengetahui kejadian tersebut dan menolongnya sehingga Ursula Stanhope selamat. Ursula Stanhope yang terpisah dengan rombongan kemudian tinggal bersama George dan kawanan binatang lainnya. Perempuan tersebut menjumpai perilaku aneh pada diri George dan terkadang menirukan hal aneh yang dilakukannya. Read the rest of this entry »

RESIPROSITAS PADA PENGAJIAN RUTIN DI DESA KRADENAN KOTA PEKALONGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat pedesaan memiliki ikatan kekerabatan yang erat satu dengan yang lain. Ikatan kekerabatan tidak hanya berlaku untuk orang yang memiliki ikatan darah, namun juga terjadi terhadap orang yang rumahnya berdekatan dan orang yang sering berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang menjadikan eratnya kekerabatan pada masyarakat pedesaan adalah adanya kegiatan-kegiatan yang menyatukan mereka, seperti halnya tradisi, pengajian, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Terjadinya hal yang demikian dikarenakan masyarakat pedesaan bersifat homogen. Mereka memiliki banyak kesamaan, di antaranya adalah kesamaan mata pencaharian, status sosial, asal daerah, nenek moyang, dan sebagainya. Selain itu, besarnya ketergantungan dengan alam turut menambah eratnya hubungan kekerabatan masyarakat pedesaan untuk mengatasai gejala-gejala alam yang mengalami perubahan secara tak menentu. Read the rest of this entry »

Menariknya Belajar Antropologi Kesehatan

            Pernahkah teman-teman mendengar kata “Antropologi Kesehatan”? Pernah ataupun tidak, tapi sepertinya kata tersebut tidak asing di telinga kita. Pada Antropologi Kesehatan, terdapat dua perpaduan disiplin ilmu, yaitu “Antropologi” dan “Kesehatan”. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia, kebiasaan hidup masyarakat. Sedangkan Kesehatan adalah istilah mengenai kondisi tubuh manusia, yaitu apakah organ-organ tubuh manusia dapat bekerja dengan baik yang merupakan pertanda sehat ataukah terdapat gangguan pada sistem kerjanya yang merupakan pertanda sakit. Jadi, Antropologi Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan hidup masyarakat terkait dengan kesehatan. Lantas, apakah ada keterkaitan antara kedua hal tersebut? Jika ada, bagaimana kaitannya? Ada nggak ya.. kasih tahu nggak ya.. apa hayoo..? hehe..

Tentu ada. Objek kajian utama dari Antropologi adalah manusia, sedangkan manusia yang ada dari zaman dulu pun sudah dapat merasakan kondisi tubuhnya, apakah dirasakan baik-baik saja ataukah kurang enak badan, walaupun untuk penanganannya mungkin mereka belum begitu paham. Selain itu, kebiasaan perilaku masyarakat tentunya berdampak pula pada kesehatan, sehingga tingkat kesehatan suatu masyarakat seringkali berbeda dengan masyarakat lainnya. Read the rest of this entry »

Lestari Batikku, Lestari Sungaiku? (Ironi Kelestarian Budaya dan Kelestarian Alam di Pekalongan)

Pendahuluan

Pekalongan telah dikenal banyak orang sebagai “Kota Batik”. Kota yang berada di pesisir pantai utara ini dapat dikatakan semakin berkembang menjadi kota industri. Di sana muncul banyak perusahaan, yang paling terlihat adalah industri Batik –baik skala rumahan (kecil) maupun pabrik (besar)—dan pabrik tekstil yang merupakan penunjang pada pembuatan Batik. Batik menjadi sektor usaha yang banyak dijalani oleh masyarakat Pekalongan, dapat pula dikatakan bahwa Batik telah berpengaruh besar terhadap jalannya roda perekonomian masyarakat Pekalongan. Hal tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dari zaman kakek-nenek mereka. Mereka terus mengembangkan Batik karena Batik merupakan salah satu kebudayaan yang mereka miliki dimana orang-orang sebelum mereka juga melakukan itu dan terbukti bisa hidup dengan baik. Sekarang ini, Batik terus mengalami perkembangan. Batik tidak hanya dikenal oleh masyarakat Pekalongan ataupun lingkup Jawa, namun sudah dikenal pada lingkup nasional, dan bahkan internasional. Read the rest of this entry »

Suronan di Pura Mangkunegaran

Tanggal 1 Suro adalah awal dari tahun penanggalan Jawa. Pada hari tersebut, berarti juga terjadi pergantian tahun. Biasanya pergantian tahun Jawa terjadi bersamaan atau selisih sedikit dengan pergantian tahun Hijriyah, karena asal usul penanggalan Jawa juga tidak terlepas dari penanggalan Hijriyah. Banyak masyarakat yang menganggap waktu tersebut adalah waktu sakral, terutama pada masyarakat Jawa yang memang masih kental dengan hal-hal demikian. Read the rest of this entry »

Review Artikel “Budaya Kekerasan dalam Perspektif Nilai-nilai dan Etika Masyarakat Jawa”

Masyarakat Jawa dikenal banyak orang sebagai masyarakat yang berbudaya adiluhung, halus, penuh tata krama dalam setiap perilakunya pada kehidupan sehari-hari sehingga tidak sedikit masyarakat –baik orang Jawa itu sendiri maupun bukan—berasumsi bahwa masyarakat Jawa memiliki kebudayaan tinggi. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, namun tidak pula salah. Menilik orang Jawa terdahulu, yaitu pada zaman kerajaan, Kerajaan Jawa sering melakukan peperangan baik dengan kerajaan yang juga berada di Jawa maupun dengan kerajaan di luar Jawa. Bahkan, Kerajaan Jawa pernah menaklukan wilayah se-Nusantara yang luasnya melebihi wilayah Negara Indonesia sekarang ini, yaitu ketika masa Patih Gajah Mada. Dari hal demikian, nampaknya asumsi bahwa masyarakat Jawa adalah orang yang berprilaku halus terasa tidak tepat. Hal tersebut malah lebih mengarah pada asumsi bahwa masyarakat Jawa tidak berbeda jauh layaknya penjajah dari Eropa yang berkeinginan menguasai daerah seluas-luasnya. Read the rest of this entry »

Hello world!

Welcome to Jejaring Blog Unnes Sites. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!

Lewat ke baris perkakas