Bicara mengenai antropologi, tidak akan lepas dengan yang namanya “Etnografi”. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Burhan Burgin (2008:220) bahwa etnografi merupakan embrio dari antropologi, yang artinya bahwa etnografi lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi. Etnografi sendiri berasal dari kata ethnos dan grapein. Ethnos berarti suku bangsa dan grapein berarti tulisan atau uraian. Jadi, etnografi berarti tulisan tentang atau mengenai suku bangsa. Jika di tinjau secara harfiah, pengertian etnografi yaitu tulisan atau laporan tentang suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan bahkan sekian tahun. Pengertian lain mengenai etnografi disampaikan oleh Jame Spradley melalui sebuah pernyataan “Ethnographic fieldwork is the hallmark of cultural anthropology”, yang artinya kajian lapangan etnografi adalah tonggak dari antropologi kultural. Etnografi menjadi ciri khas antropologi karena merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi.
Dalam membuat suatu etnografi, seorang penulis (etnografer) selalu hidup dan tinggal bersama dengan masyarakat yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat dipastikan, karena ada yang berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Pendekatan yang dilakukan oleh seorang etnografer yaitu pendekatan secara holistik yang kemudian dideskripsikan secara mendalam atau mendetail untuk memproleh native’s point of view. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam membuat etnografi adalah observasi dan wawancara. Metode observasi dilakukan melalui pengamatan inderawi yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala pada objek secara langsung di lapangan ke dalam catatan lapangan. Namun, metode observasi yang paling baik adalah observasi partisipatorik, dimana peneliti ikut terlibat langsung ke lapangan, sehingga peneliti bisa mengetahui lebih jauh mengenai objek yang akan diteliti. Sedangkan metode wawancara merupakan jenis peristiwa percakapan yang khusus untuk memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan ke informan. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara mendalam (depth interview), agar informasi yang digali atau diperoleh untuk membuat etnografi juga mendalam. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk membuat suatu etnografi adalah sebagai berikut.
- Menetapkan komunitas budaya, bisa mikro atau makro, yang akan diriset
- Menentukan permasalahan, isu atau realitas yang akan dikaji.
- Menetapkan informan sebagai subjek risetnya
- Mengobservasi dan mewawancarai informan, termasuk meriset bagaimana masing-masing individu menafsirkan situasi dan makna dalam interaksi yang dalam kelompok budaya mereka
- Hasil observasi dan wawancara secara terus-menerus dicatat, dikenal sebagai catatan etnografi, termasuk uraian tentang apa yang dilakukan orang-orang dan bagaimana mereka mengkomunikasikannya
- Menganalisis hasil observasi dan wawancara termasuk mendokumentasikan proses etnografi
- Menemukan tema-tema budaya dari hasil eksplorasi
- Menulis laporan
Sebagai produk dari antropologi, kerangka Etnografi sangat diperlukan untuk merinci unsur-unsur bagian dari suatu kebudayaan. Kerangka etnografi merupakan bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa dalam suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau dalam suatu wilayah administratif tertentu yang dituangkan atau di deskripsikan kedalam unsur-unsur kebudayaan yang sudah baku. Unsur-unsur tersebut dinamakan unsur universal suatu kebudayaan yang antara lain yaitu: bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian, dan sistem religi. Perlunya kerangka etnografi juga dikarenakan setiap antropolog memiliki focus yang berbeda-beda dalam pokok utama deskripsinya. Misalnya seorang antropolog lebih tertarik pada sistem kepercayaan atau religi suatu kebudayaan tertentu. Hal ini berakibat pada focus penelitiannya yaitu pada sistem religi. Oleh karena itu, sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi akan terdiri dari bab-bab: (1) lokasi, lingkungan alam dan demografi, (2) asal mula dan sejarah suku bangsa, (3) bahasa, (4) sistem teknologi, (5) sistem mata pencaharian, (6) organisasi sosial, (7) sistem pengetahuan, (8) kesenian, (9) sistem religi.
Etnografi memberikan sumbangan secara langsung dalam deskripsi dan penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia. Dalam studi tingkah laku manapun, etnografi juga mempunyai peranan penting yang dapat diidentifikasi melalui beberapa sumbangannya yang khas, yaitu sebagai beriut.
- Menghasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari dalam penelitian ini bukan hal yang tampak, melainkan yang terkandung dalam hal yang nampak tersebut
- Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti memiliki tingkat falidasi yang tinggi.
- Menghasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci
- Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti.
- Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.
- Memahami cara – cara kehidupan lain dari sudut pandang masyarakat,
- Menemukan makna yang tersembunyi yang terletak di belakang perilaku dan pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan perilaku.
- Belajar untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahui mengenai segala sesuatu yang menjadi perhatian ; mengenai alam, gerak dan lain – lain.
- Mengtransformasikan observasi – observasi yang dilakukan ke dalam bentuk tulisan (laporan) yang dikategorikan sebagai suatu proses.
Sumber Pustaka
Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koetjaraningrat. 1996. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.
Kriyantono, Rahmat. 2012. Public Relation & Crisis Managemen ( Pendekatan Kritikal Public Relations Enografi Kritis &Kualitatif). Jakarta: Kencana Prenada Media.
Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Prenanda Media
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.