A. Konsep Budaya:
Dalam bahasa sehari-hari kebudayaan dibatasi hanya pada hal-hal yang indah, seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusasteraan, dan filsafat saja. Sedangkan dalam ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri dan tindakan refleks.
Definisi budaya sangat beragan dan tergantung dengan pandangan dan latar belakang seseorang, oleh karena itu, budaya bersifat relative, luas, dan sangat kompleks.
Berikut adalah beberapa definisi tentang kebudayaan yang di kemukakan oleh para ahli:
- Koentjaraningrat: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
- E.B.Tayor :Kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
B. Perwujudan Budaya
Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu:
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, dan norma, peraturan, dan sebagainya (Wujud Ideal Kebudayaan).
Wujud ideal dari kebudayaan bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Wujud ideal dari kebudayaan berada di dalam kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya. Dalam bahasa Indonesia, terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat. wujud ideal dari kebudayaan sangat sulit untuk diubah, dan memerlukan waktu yang lama untuk dapat mengubah wujud ideal dari suatu budaya di masyarakat. Hal ini terjadi karena wujud ideal dari kebudayaan telah disosialisasikan kepada seseorang di dalam masyarakat sejak ia masih kecil dan terus berlangsung sepanjang hayatnya, dan juga sudah terinternalisasi ke dalam anggota masyarakat suatu kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki wujud ideal yang khas dan berbeda satu sama lain. Contoh wujud ideal kebudayaan yaitu di dalam budaya Jawa ada nilai-nilai bersama yang dianut oleh masyarakat Jawa dalam rangka hidup bersama atau dalam rangka kehidupan berkeluarga, yaitu “mangan ora mangan asal kumpul”, sedangkan di budaya Minang suka menganjurkan pada sanak keluarganya untuk merantau di saat dewasa.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (Wujud Tingkah Laku).
Wujud kedua dari kebudayaan ini disebut sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobsevasi, difoto, dan di dokumentasi. Contohnya, yaitu budaya Jawa ngapurancang (menunduk pada saat tatap muka dengan tangan yang disatukan di depan), dan tingkah laku orang Jawa yang tidak pernah terbuka dalam mengekspresikan suatu keinginan atau kehendaknya seringkali akan menimbulkan kesalahpahaman. Sedangkan dalam budaya Barat, orang Barat selalu lugas dalam menyatakan sesuatu.
- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Wujud Material).
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan di foto. Ada benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti computer; ada bangunan hasil seni karya arsitek seperti suatu candi yang indah; atau ada pula benda-benda kecil seperti kain batik, dan kancing baju.
Ketiga wujud dari kebudayaan diatas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan dan adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada manusia. Baik pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama manjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga memengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya.
C. Unsur-unsur dan Isi Budaya
Terdapat tujuh unsur kebudayaan universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia ini, yaitu:
- Bahasa
- Sistem pengetahuan.
- Organisasi sosial,
- Sistem peralatan hidup dan teknologi.
- Sistem mata pencaharian hidup.
- Sistem religi.
- Kesenian.
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yang telah diuraikan diatas, yaitu wujud ideal, wujud tingkah laku, dan wujud material kebudayaan.
Kerangka mengenai ketujuh unsur kebudayaan universal itu biasaya juga dipakai oleh para penulis etnografi sebagai contoh untuk menyusun daftar isi buku etnografinya.
D. Nilai budaya
Niai budaya merupakan acuan atau pedoman utama bagi setiap pemenuhan kebutuhan hidup pelaku yang berupa tindakan-tindakan pelaku. Sesuatu nilai budaya bukan hanya mempedomani sesuatu corak tindakan pelaku tetapi juga mengintegrasikan sejumlah nilai budaya pendukung serta berbagai unsur tindakan pelaku, sehingga corak tindakan yang diwujudkannya itu dinilai sebagai benar dan sewajarnya atau bagus atau indah oleh para pelaku lainnya yang mempunyai kebudayaan yang sama. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:
- Masalah hakikat dari hidup manusia.
- Masalah hakikat dari karya manusia.
- Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu.
- Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
- Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Sumber:
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Recent Comments