Ketimpangan sosial adalah kesenjangan atau ketidaksamaan akses dalam mendapatkan atau menggunakan sumber daya yang tersedia. Ketimpangan sosial berbeda dengan perbedaan sosial. Jika perbedaan sosial dikategorikan ke dalam stratifikasi dan diferensiasi sosial, ketimpangan sosial di kategorikan ke dalam masalah sosial karena didalamnya terdapat ketidakadilan dalam keikutsertaan masyarakat dari beberapa aspek kehidupan.
Kata globalisasi mempunyai hubungan yang erat dengan istilah kapitalisme global atau ekonomi pasar bebas, globalisasi kebudayaan, pascamodernisme dan pascamodernitas. Istilah-istilah ini mempunyai arti atau merepresentasikan realitas yang saling berkaitan. Hampir semua hal di dunia ini mempunyai dua sisi yang selalu hadir bersama, yakni sisi negatif dan sisi positif. Demikian pula dengan globalisasi. Secara positif, globalisasi telah membantu manusia untuk dapat berkomunikasi secara lebih cepat dengan jangkauan yang luas. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang canggih tidak bisa ada tanpa pengaruh globalisasi.
Homogenisasi globalisasi dilihat sebagai ilusi. Dunia yang disatukan adalah ilusi terbesar globalisasi, karena yang terjadi khususnya pada manusia adalah kebalikannya. Secara fisik, tampaknya dunia semakin bersatu, homogen dengan payung globalisasi. Akan tetapi dunia yang homogen itu tidak termasuk kemanusiaan. Dalam bidang ekonomi, kapitalisme global yang bernaung di bawah globalisasi telah memisahkan manusia dalam jurang perbedaan yang sangat signifikan, antara si miskin dan si kaya atau antara orang Utara/Barat sebagai pemodal yang kaya raya dengan orang Selatan/Timur sebagai para buruh kasar yang miskin.
Masyarakat yang hidup di zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Masyarakat seperti demikian sebenarnya adalah masyarakat yang telah menjadi hamba dari ciptaannya sendiri, yaitu kapitalisme global. Perkembangan kapitalisme global membutuhkan adanya masyarakat konsumen (consumer society) yang akan melahap semua produk kapitalisme tersebut. Masyarakat konsumen—yang hidup dari tanda-tanda yang ditawarkan oleh globalisasi—pada gilirannya akan menjadi masyarakat yang menganut individualisme baru. Individualisme baru ini muncul sejalan dengan berkembangnya neoliberalisme dalam kapitalisme global. Di sini muncul kontradiksi dalam diri individualisme baru, di mana kebebasan individu untuk berkonsumsi sekaligus bisa dilihat sebagai keterikatan dan ketergantungan individu terhadap nilai-nilai dan tanda-tanda yang diperkenalkan oleh kaum kapitalis global melalui media massa. Di satu pihak, individuindividu yang hidup di zaman globalisasi sekarang ini merasa sebagai manusia seutuhnya, karena ia diberi hak untuk merealisasikan segala keinginannya, mempunyai penghasilan yang layak. Namun di pihak lain, pilihanpilihan yang ada pada dirinya, mulai dari gaya hidup, kebutuhan riil, sampai pada tanda-tanda yang melekat dalam barang-barang dagangan tertentu, semuanya dintrodusir oleh alat-alat kaum kapitalis global. Relasi sosial yang terjadi dalam masyarakat konsumen sangat bergantung pada pola konsumsi ini.
Secara ringkas, dalam perkembangannya kapitalisme global membutuhkan masyarakat konsumen. Masyarakat konsumen diwajibi mengkonsumsi produk- produk kapitalisme global yang disampaikan dengan persuasif melalui periklanan. Maka budaya industri yang semula merupakan mode of production bergeser dan berkembang menjadi budaya konsumsi yaitu mode of consumption. Masyarakat termanipulasi dan lambat laun terpisah dari eksistensi kesosialannya untuk selanjutnya menciptakan bentuk- bentuk individualisme baru sebagai masyarakat yang sangat tergantung pada pola- pola konsumsi.
Contoh berita faktual dapat dilihat disini Pribumi dan Kecemburuan
Penugasan!
- Jelaskan pengertian Ketimpangan Sosial !
- Jelaskan bagaimana perubahan yang terjadi akibat globalisasi !
Sumber :
Margaretha, Selu Kushendrawati. 2006. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial. Jurnal Sosial Humaniora. Vol. 10, No. 2. https://www.hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/view/19