Terminal Mangkang Semarang berada di ujung barat kota Semarang yang berbatasan dengan kabupaten Kendal. Terminal ini termasuk terminal tipe A. Bangunan ini terbilang cukup megah dan pemerintah sudah membangun terminal ini dengan fasilitas yang sudah lengkap mulai dari mushola, toilet, tempat pertokoan, tempat ibu menyusui, ruang tunggu penumpang dan ruang genset. Terdapat bangunan besar di terminal ini yang terdiri atas dua lantai. Lantai pertama sebagai tempat perkantoran, pertokoan, tempat untuk ke angkot atau BRT dan tempat parkir. Sementara lantai dua sebagai tempat pertokoan, penjualan tiket bus, ruang tunggu penumpang dan sebagai pemberangkatan bus umum.
Pengembangan terminal Mangkang menjadi terminal kelas A diharapkan akan menambah volume lalu lintas yang tentunya mempengaruhi sistem pergerakan lalu lintas di sekitarnya. Terminal mangkang yang terbilang cukup besar itu mempunyai kapasitas menampung 100-an bus besar. Namun ternyata peresmian dari terminal mangkang tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari publik dan dari peresmiannya pada tahun 2009 sampai sekarang ini terminal mangkang masih sepi padahal fasilitas terminal mangkang jauh lebih baik dan lebih nyaman dari terminal lainnya seperti terminal terboyo. Menurut narasumber kami bernama Bapak Feri mengatakan bahwa para supir dan penumpang bus antar kota menolak untuk masuk terminal mangkang dan memilih masuk terminal terboyo karena terminal terboyo dibilang lebih strategis dan lebih dekat dengan pusat pemukiman dan kota.
Dalam rangka mengoptimalisasikan terminal mangkang yang terbilang sepi, pada tahun 2010 pemerintah kota Semarang memberlakukan peraturan bahwa terminal mangkang harus menjadi pemberhentian akhir dari seluruh bis arah barat yang menuju kota Semarang dan melanjutkan perjalanan menuju terminal terboyo. Mulai dari penetapan keputusan pemerintah tersebut, bus-bus yang menuju arah barat juga harus memberangkatkan penumpang terminal mangkang, bukan terminal terboyo. Namun demikian, baik supir maupun penumpang menolak untuk mengoptimalisasikan terminal mangkang karena dianggap sepi dan pengoperasiannya tidak jelas. Hal itu yang menyebabkan terminal mangkang yang merupakan terminal mewah tipe A menjadi terminal yang tidak terawat dan terkesan kumuh walaupun dengan bangunan yang mewah. Banyak sarana-prasarana yang sudah dibangun dan disediakan untuk publik menjadi tidak digunakan. Memang masih ada sarana-prasarana yang masih digunakan tapi terbilang kumuh dan tidak terawat seperti contohnya musola, tempat wudhu beserta dengan toiletnya yang tampak terlihat kumuh, tidak terawat, tumbunya lumut di diding tempat wudu maupun toilet. Selain itu disekitar tempat tersebut tercium bau tidak sedap seperti bau sampah dan bau kotoran pembuangan manusia. Banyak juga roku-ruko yang sudah dibangun dengan baik menjadi ditempati dan tidak terwat dan ditumbuhi rerumputan yang menjulang tinggi. Banyaknya ruko tidak sebanding dengan banyaknya pedagang yang sedikit dan hanya beberapa saja. Para pedagang juga lebih memilih tidak berjualan di ruko tersebut dengan alasan jauh dari aktivitas para pekerja terminal. Terminal tersebut dibagi menjadi dua bagian, di sebelah barat khusus untuk bus antar kota dan disebelah timur khusus untuk transportasi lokal seperti angkot, bus lokal dan bus trans Semarang. Namun yang beroperasi hanyalah transportasi lokal saja di bagian timur, banyak dijumpai bus-bus lokal terutama angkot. Dibagian barat terminal tersebut hanya menjumpai satu bus antar kota dan beberapa truk. Ternyata menurut narasumber, bagian barat hanya digunakan untuk tempat beristirahat saja. Bukan hanya bus antar kota, melainkan truk-truk juga dapat beristirahat disana, tentunya harus dengan izin petugas terminal tersebut. Anehnya, jumlah truk lebih banyak dari jumlah bus yang terdapat di area barat terminal.
Di tengah-tengah antara area barat dan timur terminal mangkang, terdapat bangunan besar dan megah. Bangunan tersebut sebagai tempat kantor, pertokoan, tempat agen bus antar kota dan ruang tunggu penumpang. Tentunya bangunan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti toilet, musola, dan tempat menyusui. Namun bangunan megah tersebut tidak digunakan sesuai dengan fungsinya. Dari sekian banyak bangunan pertokoan disana, hanya dua toko saja yang digunakan, itu juga hanya digunakan oleh pekerja terminal saja. Fasilitas lain seperti toilet yang banyak dan ada disetiap lantai namun tidak berfungsi, tempat ruang tunggu penumpang juga tidak diguakan. Bangunan yang megah tersebut sudah mulai rapuh, kotor penuh dengan sampah, banyak terdapat genteng yang bocor dan menimbulkan beberapa ruangan dipenuhi dengan air dan beberapa atap bangunan yang sudah roboh, bahkan lantai diarea lantai dua sudah mulai rusak dan dapat membahayakan yang melewatinya. Bangunan tersebut mirip sekali dengan bangunan kosong yang tidak berpenghuni. Sempat kami penasaran dan ingin naik ke laintai tiga tetapi dilarang oleh pekerja terminal dengan alasan bangunan tersebut sudah tua dan banyak yang mengalami kecelakaan saat naik ke lantai tersebut. Tempat pertokoan di bangunan tersebut juga ada beberapa yang digunakan sebagai tempat istirahat para supir bus. Parkiran kendaraan untuk para pengunjung yang sudah disediakan juga tidak terdapat satupun kendaraan pengunjung parkir disana. Bahkan jarang sekali pengunjung yang ada disana, hanya beberapa pengunjung saja itupun karena adanya halte untuk naik bus trans Semarang.
Terminal mangkang yang megah dan tergolong tipe A tidak sebanding dengan penggunaannya. Dilihat dari terminalnya yang sangat sepi pengunjung, hanya dapat ditemui bus dan angkot yang singgah dan beristirahat dalam beroprasi. Menurut narasumber, terminal ini pernah ramai pengunjung saat awal beroprasi, baik bus lokal maupun bus antar kota. Pemanfaatan kembali terminal ini tergantung pada keputusan dari pemerintah pusat.
https://mufitawafiana.wordpress.com
dari postingan ini saya jadi tahu kondisi kota Semarang terutama mengenai terminal Mangkang yang merupakan terminal besar tetapi kurang dimanfaatkan
?? mba nya bisa mampir kesana biar lebih jelas
Okay kapan kapan akan saya kunjungi