MITOS

Pada awalnya mitos menceritakan asal mula terbentuknya alam semesta, proses perubahan alam semesta, dan asal mula terciptanya dewa-dewa. Pernyataan tersebut merujuk dari pendapat para ahli yang mendefinisikan jenis-jenis mitos yaitu, mitos Kosmogonis kosmologis, dan theogonis. Jenis-jenis mitos tersebut menjelaskan kejadian-kejadia alam dan dewa-dewa.

Namun seiring berjalannya waktu, mitos berkembang semakin kompleks, ruang lingkupnya  bukan hanya terjadinya alam semesta namun semakin berkembang ke arah kehidupan di sekitar manusia. Kemunculan mitos-mitos ini dilandasi berdasarkan teori-teori yang ada sebelumnya. Meskipun perkembangan mitos semakin kompleks, kemunculan mitos ini sudah lahir sejak zaman dahulu ketika pemikiran manusia masih terbatas. Mereka menciptakan mitos-mitos tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan non fisik (pemikiran). Karena pada saat itu mereka masih berpikir secara sederhana dan hasil pemecahan masalahnya belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi rasa ingin tahu manusia serta masih jauh dari kebenaran.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa mitos merupakan hasil pemikiran manusia yang berkaitan dengan kehidupan-kehidupan manusia pada saat itu, kemudian mereka mempercayai pemikiran tersebut sebagai pandangan hidup dalam memenuhi kebutuhan non fisik (pemikiran) mereka. Sedangkan menurut filsuf jerman friedrich scelling (1775-1854) mengemukan bahwa mitos adalah tahap awal usaha keras yang absolute untuk mencapai realisasi diri (the first satage in the absolute edvendor to attain in self-relization). Hal penting yang di temui dalam pandangan ini adalah bahwah mitos dipandang sesuatu yang benar, walaupun tidak didukung oleh fakta-fakta historis.

Hakikat tentang mitos yang berkenaan tentang pengertian, jenis-jenis, dan contoh mitos, telah banyak dibahas di banyak artikel, buku-buku dan juga pembelajaran sebelumnya. Pembahasan tersebut melatar belakangi kami untuk mempelajari hakikat mitos secara lebih luas.

Asal-usul Terjadinya Mitos

Berbicara mengenai asal-usul terjadinya mitos, banyak teori yang melandasinya antara lain teori Euhemerisme, Alegori, dan Personifikasi.

  1. Teori Euhemerisme

Merupakan suatu teori menyatakan bahwa mitos adalah catatan peristiwa bersejarah yang dilebih-lebihkan. Menurut teori ini, penutur cerita melebih-lebihkan peristiwa sejarah secara terus-menerus sampai akhirnya figur dalam sejarah tersebut memperoleh status setara dewa. Misalnya, mungkin seseorang boleh berpendapat bahwa mitos dewa angin Aeolos berasal dari sejarah mengenai raja yang mengajarkan cara menggunakan layar dan menafsirkan arah angin kepada rakyatnya. Herodotos (abad ke-5 SM) dan Prodikos mengklaim hal semacam ini. Teori ini disebut “euhemerisme” menurut nama ahli mitologi terkenal, Euhemeros (sekitar 320 SM), yang berpendapat bahwa dewa-dewi Yunani berkembang dari legenda tentang manusia.

  1. Teori Alegori

Menurut teori Alegori bahwa mitos pada awalnya melambangkan MatahariPoseidon melambangkan lautan, dan sebagainya. Menurut teori lainnya, mitos bermula sebagai alegori untuk konsep filosofis maupun spiritual: Athena melambangkan keadilan dan kebijaksanaan, Afrodit melambangkan hasrat, dan sebagainya. Sanskritis abad ke-19, Max Müller mendukung teori alegoris mitos. Ia menyakini bahwa mitos bermula sebagai deskripsi alegoris mengenai keadaan alam, namun perlahan-lahan diinterpretasikan secara harfiah: misalnya, secara puitis, laut digambarkan sebagai sesuatu yang penuh gejolak, sehingga laut diyakini sebagai dewa yang pengamuk.

  1. Teori Personifikasi

Beberapa pemikir percaya bahwa mitos merupakan hasil personifikasi kekuatan dan benda mati. Menurut pemikiran ini, orang purba memuja fenomena alam seperti api dan udara, dan perlahan-lahan menggambarkannya sebagai dewa. Contohnya menurut teori pemikiran mitopeia, orang purba cenderung memandang “sesuatu” sebagai “seseorang” bukan benda belaka, maka dari itu mereka menggambarkan kejadian alam sebagai akibat tindakan dewa tertentu sehingga menghasilkan suatu mitos.

Perkembangan Mitos

Mitologi sebagai suatu disiplin ilmu baru berkembang pada akhir abad ke-19. Walaupun demikian mitologi sebagai kumpulan mite dan mitos sudah terbentuk dan berkembang jauh sebelumnya. Mitologi yang dimaksud terakhir ini sudah berkembang bersama-sama dengan perkembangan peradaban manusia.

Pada akhir abad ke19 terutama di Eropa Barat banyak orang mulai tertarik untuk menelusuri sejarah terbentuknya mitologi. Perhatian mereka tidak hanya ditujukan pada mitologi di seputar Eropa Barat saja, tetapi lebih jauh lagi yakni sudah menjajaki mitologi yang ada di benua Afrika, Amerika, dan Asia.

Berbeda dengan mitologi Yunani-Romawi yang sudah terbentuk dan terkumpul. Mite-mite Yunani-romawi ini ditulis dan dikumpulkan kembali oleh Hesiodos dalam karyanya berjudul Theogona, mengisahkan mitos kosmologi, kosmogoni, dan theogoni. Mitologi yang ditemukan oleh para pelopor pertama masih berupa cerita rakyat lisan. Walaupun demikian cerita tersebut sudah merupakan tradisi yang mengakar dalam kehidupan masyarakat yang mempercayainya, sehingga masih dapat digambarkan dan dituturkan.Para pelopor tersebut berusaha menuliskan kembali mite-mite dan mitos-mitos yang terkandung dalam mitologi masyarakat tertentu yang ditemukannya. Sehingga mite dan mitos masyarakat tersebut tidak punah begitu saja dan masih dapat dipertahankan hingga sekarang.

Pada periode selanjutnya (memasuki awal abad ke-20) tulisan-tulisan yang terkumpul dari para pelopor maupun naskah-naskah kuno menjadi perhatian para filsuf. Mereka berusaha memahami dan membandingkan dengan mitologi yang sudah diketahui dalam kehidupannya dengan mitologi yang baru dikenalnya. Pada masa yang sama, mitologi dipergunakan oleh para etnolog dan antropolog untuk memahami berbagai ritual dan konsepsi dasar kepercayaan pada suatu masyarakat tertentu.

Mitologi menjadi ilmu yang mempelajari serangkaian pemikiran mite dan mitos yang terdapat pada suatu masyarakat. Teknik penelitiannya adalah dengan cara mengungkapkan, menafsirkan, memahami, merefleksikan, dan membandingkan berbagai mitos dan mite baik mitos dan mite yang sudah mentradisi, yang baru muncul maupun yang telah menghilang. Selain itu, mitologi juga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk menganalisis berbagai tanda semiotik-mitologis yang terdapat dalam mitologi masyarakat tertentu.

Jenis-Jenis dan Contoh Mitos

Dalam kehidupan ini manusia banyak dibebani oleh berbagai pertanyaan sekitar dirinya. Berbagai pertanyaan itu akhirnya membentuk mitos-mitos di dalam bawah sadar manusia. Berbagai mitos itu kemudian diungkapkan dan diterangkan dengan berbgai cara, baik secara rasional maupun non rasional. Oleh sebab itu, gejala dan proses terbentuknya suatu mitologi di berbagai masyarakat umumnya sama, yakni berasal dari keingintahuan manusia mengenai gejala alam yang terjadi di sekililingnya, tetapi aktualisasi dan perwujudannya berbeda.

Berbagai gejala alam seperti perubahan waktu, ganas dan indahnya alam, telah membuahkan berbagai mitos tentangnya. Mitos-mitos tersebut merupakan hasil pemikiran manusia yang mendasar atas interaksi keberadaanya dengan alam. Interaksi itu dilanjutkan tidak hanya pada peristiwa alam semesta saja, tetapi juga dengan berbagai hal yang menyangkut segi kehidupan manusia. Kondisi ini kemudian menimbulkan berbagai jenis mitos baru. Pada akhirnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat terhindar dari pengaruh berbagai mitos yang dibuatnya sendiri. Mitos-mitos itu mempengaruhi segala sistem dan aktivitas kehidupan manusia, sejak mereka lahir dan mereka meninggal dunia dan sejak mereka bangun tidur dan kembali tidur. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai homo mitosus, yakti makhluk yang membentuk dan terbentuk oleh mitos-mitosnya sendiri.

Menyadari tuntunan tersebut, manusia terkadang berusaha membebaskan dirinya dari berbagai mitos yang mengelilinginya. Walaupun demikian akhirnya manusia akan kembali lagi berjumpa dengan benuk kemitosannya yang baru. Dengan kata lain usaha manusia yang rasioanal sekalipun adalah usaha kea rah mitos kondisional (Horkheimer dalam sindunata : 1983). Sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia, maka wajar jika kemudian selalu terjadi konflik mitos, demitosisasi atau rasionalisasi mitos dan bahkan pelegitimasian suatu mitos. Contoh-contoh mitos yang berkembang di kehidupan masyarakat antara lain :

  1. Mitos Kosmogonis (cerita-cerita terjadinya langit dan bumi/alam semesta):

contoh : kosmogoni Yunani kuno menyebutkan bahwa pada mulanya bumi adalah kegelapan. Dari kegelapan, bumi menciptakan langit yang melingkupi bumi setiap malam. Bumi di kaitkan sebagai Gaea atau Ibu dan isteri langit Uranus. Mereka adalah orangtua dari makhluk pertama,Titan.

  1. Mitos Kosmologis (sifat perubahan alam)

Contoh : ramalan Jayabaya yang meyebutkan bahwa suatu saat “tanah jawa kalungan wesi” maksudnya adalah sekarang di pulau Jawa banyak terdapat rel kereta api serta mitos pulau Jawa akan terbelah menjadi dua jika gunung Slamet meletus.

  1. Mitos Theogonis (mitos mengenai terjadinya dewa-dewa)
  2. Kisah datu-datu yang terkenal di kalimantan selatan seperti datu Muning, Datu Suban, Datu sanggul, Datu Taruna Barikin dan lain-lain.
  3. Mitos tokoh Pangeran Surianata, Puteri Junjung Buih dan Patih Lambu Mangkurat sebagai cikal-bakal lahirnya raja-raja Banjar terkemudian.
  4. Cerita pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa dan Bali.

Selain dari jenis-jenis mitos di atas ada jenis mitos yang berkenaan dengan perkebangan mitos selama ini. Antara lain :

  1. mitos pengukuhan
  2. Mitos dilarangnya orang Jawa menikah dengan orang Sunda, karena diawali dengan Perang Bubat pada zaman Majapahit.
  3. Mitos kebiasaan melakukan sedekah bumi (penyembelihan kambing) di daerah Banyumas dan serangkaian ritual membakar kemenyan saat upacara selametan atau hajatan untuk menghormati roh-roh nenek moyang.
  4. Contoh mitos pembebasan:
  5. Mitos tentang larangan foto bersama dalam jumlah ganjil karena dapat menyebabkan salah satu orang yang difoto akan meninggal (yang di tengah).Mitos tentang larangan memakai baju berwarna hijau jika pergi ke laut (pantai) selatan.

 

Faoziah Arumi 26 November 2015

Daftar Rujukan

Twikromo, Y. Argo. 2006, “Mitologi Kanjeng Ratu Kidul”, Yogyakarta : Nidia Pustaka

Zeffry. 1998, “Manusia Mitos dan Mitologi”, Depok : Fakultas Sastra UI-Depok

Mujianto, Yan. dan kawan-kawan 2010, “Pengantar Ilmu Budaya”, Yogyakarta : Pelangi Publising

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: