Pendahuluan
Desa Ngadas secara administratif berada di wilayah Kecamatan Pancakusuma, Kabupaten Probolinggo. Desa Ngadas berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Lumajang.Selain itu, Desa Ngadas berada di dalam area territorial Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan ketinggian sekitar 2150 mdpl.
Desa Ngadas adalah desa yang didiami suku Tengger yang berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.Suku Tengger sudah menempati kawasan tersebut sejak ratusan tahun lalu.Suku Tengger dikenal masih memegang adat istiadat dan budaya yang mereka miliki sampai saat ini. Asal mula suku Tengger di ambil dari nama belakang pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger yang membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger.Menurut informasi dari pak dukun desa Ngadas, asal usul masyarakat suku Tengger sudah ada sebelum pelarian dari pasukan Majapahit, setengah dari masyarakat suku Tengger memang pelarian dari pasukan Majapahit yang membaur dengan masyarakat asli suku Tengger.
Masyarakat Desa Ngadas mayoritas beragama Hindu Dharma (99 %) dan minoritas beragama Islam yaitu warga pendatang. Di desa Ngadas, antara pemeluk agama Hindu dan Islam dapat hidup rukun, karena warga desa Ngadas dapat menerima agama lain asal warga pendatang yang berbeda agama bisa menyesuaikan dan menghormati agama penduduk asli Desa Ngadas. Hal itu sesuai dengan Adat Pura Tengger, yaitu keagamaan harus berjalan bersama-sama, dan masyarakat suku Tengger tidak membedakan agama antar anggota masyarakatnya.
Secara umum, pemeluk agama Hindu di suku Tengger tidak jauh berbeda dengan pemeluk agama Hindu di Bali, hanya saja pemeluk agama Hindu di suku bangsa Tengger tidak mengenal kasta.
Daerah desa Ngadas tergolong subur dan mayoritas penduduknya hidup dari kegiatan berkebun.Masyarakat Tengger sangat bergantung kepada alam sehingga setiap upacara adat yang dilakukan selalu untuk memberikan penghormatan dan persembahan kepada alam.
Sebagian besar penduduk Desa Ngadas bekerja sebagai petani sayuran dan holtikulturakarena Desa Ngadas terletak di daerah pegunungan. Komoditi sayur yang dihasilkan antara lain : kentang, kubis, wortel, bawang merah, dan tanaman tumpang sari. Pekerjaan pertanian yang dilakukan di ladang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.Selain bertani, masyarakat desa Ngadas juga berdagang dari panen hasil bumi, dalam setahun, petani di desa Ngadas bisa panen dua kali.Dari hasil bertani dan berdagang, masyarakat desa Ngadas mempunyai pendapatan perkapita kurang lebih dua juta per bulan.Untuk makanan pokok, suku Tengger memiliki makanan pokok yang disebut nasi aron, yaitu bentuk tepung dari jagung yang sudah diolah.
Di desa Ngadas, tingkat pendidikan warga sudah semakin meningkat. Masyarakat desa Ngadas yang lulus S1 berjumlah 3 orang, SMA/ sederajat sebanyak 62 orang, dan yang lulus SMP lebih dari 120 orang. Masyarakat Desa Ngadas sekarang sudah mulai sadar dengan pendidikan, hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh persyaratan yang ditentukan untuk menjadi seorang dukun yang minimal harus lulusan SMA, agar calon dukun minimal sudah mengetahui filsafat tentang suku Tengger.
Isi
Setiap tahun suku Tengger selalu melaksanakan upacara adat dan upacara keagamaan sesuai dengan penggalan Saka.Upacara itu biasanya berkaitan dengan hajatan warga atau upacara rutin tahunan.
Upacara adat suku Tengger ada yang dilaksanakan sebulan sekali, yaitu resik desa yang diadakan dengan tujuan untuk menghilangkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa, dan untuk menjaga kekompakan masyarakat suku Tengger Desa Ngadas.Selain itu, ada juga upacara mutih, yaitu upacara keagamaan dan upacara adat untuk menghindari makanan yang mengandung minyak, garam, dan gula, upacara mutih dilaksanakan pada bulan ke tujuh dalam perhitungan umat Hindu, dan ditutup dengan upacara resik desa.Selain resik desa dan mutih, juga ada upacara pati geni.
Selain upacara adat dan upacara agama, suku Tengger juga mengadakan khajatanyang dilakukan berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sekitar lingkaran hidup individu, seperti kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian, khajatan dihadiri oleh masyarakat desa dan juga dihadiri oleh pak dukun, kepala desa, dan perangkat desa untuk memberi doa restu. Khajatan juga dilakukan untuk mensucikan para roh leluhur (atma) yang telah meninggal.Khajatan yang dilaksanakan oleh suku Tengger dipimpin oleh pak dukun yang dibantu oleh asistennya (sepo dan legen). Dalam setiap khajatan, kehadiran pak dukun, kepala desa, dan perangkat desa sangat penting, bagi masyarakat suku Tengger, bila suatu khajatan tidak dihadiri oleh pak dukun, kepala desa, dan perangkat desa, maka khajatan yang mereka laksanakan dianggap tidak bermakna, karena memang doa restu dari pak dukun, kepala desa, dan perangkat desa yang mereka harapkan. Dalam upacara khajatan, masyarakat suku Tengger saling gotong royong dan saling membantu secara bergantian, misalnya ada yang membantu menyediakan kayu bakar, kursi ,sinoman, dan peralatan lain yang diperlukan dalam upacara khajatan. Adat yang dijunjung dalam masyarakat suku Tengger yaitu kekeluargaan dan gotong royong.Setiap upacara adat maupun upacara keagamaan yang dilaksanakan suku bangsa Tengger bertujuan untuk mendoakan agar penduduk suku bangsa Tengger selalu diberi keselamatan dan mendapat kemudahan rejeki.
SukuTengger di Bromo juga memiliki upacara khas, yaitu upacara Karo dan upacara Kasada.Upacara Karo dilaksanakan pada tanggal 15 bulan Jawa atau bulan Karo (dengan melihat wukunya).Pada upacara Karo ini, umat Hindu dan umat Islam saling bersilaturrahmi.Upacara karo dilaksanakan sekali dalam setahun.Upacara Karo dilaksanakan selama 1 minggu.Pada saat dilaksanakan upacara tradisi seperti upacara Karo, semua warga desa Ngadas berpartisipasi dalam upacara yang dilaksanakan, meskipun memeluk kepercayaan yang berbeda.
Sedangkan upacara Kasada dilaksanakan pada bulan ke-12 (bulan Jawa) dan bertepatan pada saat bulan purnama.Upacara Kasada dilakukan bertepatan dengan panen, dengan tujuan untuk memberi persembahan yang berupa ongkek atau sesaji berupa hasil bumi dan hewan kepada Raden Kusuma agar masyarakat suku Tengger tetap diberi keselamatan dan hasil panen yang semakin melimpah. Dalam upacara Kasada juga dilakukan pemilihan dukun baru, untuk dapat menjadi dukun, syaratnya adalah pendidikan minimal SMA, kurang lebih agar mengerti filsafat tentang suku Tengger dan calon dukun harus mengucapkan mantra dengan cepat tanpa jeda (mulunen; mengetes calon dukun apakah ia mendapat wahyu dari Sang Hyang Widi) jika dalam pengucapan mantra ada jeda, maka calon dukun diangap gagal untuk menjadi dukun. Peran dukun untuk suku Tengger adalah untuk melayani masyarakat suku Tengger dalam upacara-upacara adat atau upacara agama serta dalam khajatan, dan jabatan dukun dalam masyarakat suku Tengger tidak turun temurun dan tidak berbatas waktu. Dalam masyarakat suku Tengger setiap dukun memiliki peran khusus dalam setiap upacara adat atau upacara keagamaan, misalnya untuk upacara khitanan dukun yang memimpin upacara berbeda dengan dukun pemimpin upacara yang lainnya.Dalam memimpin upacara adat atau upacara agama, kepala dukun dibantu oleh asisten dukun, yaitu sepo dan legen.Dalam upacara Kasada menggunakan perlengkapan yang berupa tejor, atau yang seting kita sebut umbul-umbul.Upacara Kasada dilakukan pada pukul dua dinihari pada saat bulan purnama.Pada saat upacara Kadasa, juga ada penduduk diluar Tengger yang meminta-minta berkah dari gunung Bromo, yang kebanyakan mereka adalah etnis Cina.Peran umat Islam yang tinggal bersama dengan masyarakat suku bangsa Tengger dalam upacara Kasada hanya menghormati dan tidak membawa ongkek atau sesaji ke lautan pasir. Dalam upacara Kasada, pemimpin adat juga membawa air Widodaren yang berasal dari sumber air abadi yang diambil oleh pemangku adat. Masyarakat suku Tengger tidak berani mengubah tradisi upacara Kasada, dan mereka tidak pernah melewatkan upacara Kasada.Pada saat ongkek dilemparkan ke dalam kawah gunung Bromo, ada orang yang berasal dari daerah diluar Tengger yang mengambil ongkek yang dilemparkan oleh masyarakat suku Tengger dengan harapan mereka bisa mendapat berkah dari ongkek yang dilemparkan tadi.
Ongkek yang sudah dilemparkan kedalam kawah gunung Bromo tidak diambil kembali olen suku Tengger.Pada upacara Kasada, sesaji yang diperembahkan ditujukan untuk semua dewa.Inti dari upacara Kasada adalah mengorbankan hasil bumi.Ongkekatau sesaji yang besar berisi sayuran lengkap hasil pertanian, merupakan korban yang diberikan oleh dukun, pemerintah desa yang mewakili semua masyarakat. Selain Ongkek,sesaji yang dilemparkan kedalam kawah gunung Bromo adalah hewan, seperti kambing dll.
Pada saat upacara Kasada, partisipasi masyarakat suku Tengger dan pemuda desa sangat tinggi.Saat melaksanakan upacara Kasada, masyarakat suku Tengger yang beragama Hindu menggunakan pakaian adat yang berwarna hitam serta penutup kepala yang bermotif batik.
Di masyarakat suku Tengger di Desa Ngadas juga melakukan upacara keagamaan umat Hindu pada umumnya, yaitu upacara Galungan dan upacara Kuningan.Upacara Galungan dilaksanakan setiap enam bulan sekali menurut kalender Saka, dan selalu bertepatan pada hari Rabu Kliwon.Sedangkan Hari Raya Kuningan dilakukan sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan.Upacara Kuningan dilaksanakan di pura (Poten) yang ada di lautan pasir.
Penutup
Desa Ngadas yang berada di kecamatan Pancakusuma kabupaten Probolinggo masih asri dengan kehidupan warga masyarakat suku Tenggerdan masih menjalankan upacara adat dan upacara keagamaan mereka hingga sekarang.Keadaan alam yang mendukung sangat potensial untuk dijadikan lahan pertanian dan pariwisata.Kehidupan masyarakat suku Tengger di Desa Ngadas masih memegang erat adat dan budaya yang dimiliki dan sikap gotong royong tanpa membedakan agama.
Setiap tahun suku Tengger selalu melaksanakan upacara adat dan upacara keagamaan sesuai dengan penggalan Saka.Upacara itu biasanya berkaitan dengan hajatan warga atau upacara rutin bulanan atau tahunan. Upacara adat suku Tengger di Desa Ngadas ada yang dilaksanakan sebulan sekali, seperti resik desa, dan ada pula upacara yang dilakukan pada bulan-bulan tertentu, seperti upacara mutih, pati geni, upacara Kasada dan upacara Karo. Selain itu, upacara keagamaan umat Hindu yang dilakukan oleh umat Hindu di Desa Ngadas adalah upacara Galungan dan upacara Kuningan.Pada saat melakukan upacara adat atau upacara keagamaan, suku Tengger di desa ngadas memakai pakaian adat mereka yang berwarna hitam.Upacara adat dan upacara keagamaan diikuti oleh semua warga di Desa Ngadas.
susunan kalimat dan spasi diperhatikan lagi ya..:)
selain pemandangannya yang indah, kebudayaannya juga menarik. saya sukaaaa ;))
coba dikasih gambar atau foto pas upacaranya yang lebih jelas, biar lebih menarik
mau ke sana lagi. Belum puas.
informasi yang sangat menarik, akan lebih menarik lagi apabila di kasih gambar saat upacaranya 😀