Kategori

REVIEW TEORI – TEORI STRUKTURAL LEVI – STRAUSS

Riwayat Hidup Singkat Levi-Strauss

MTE5NDg0MDU1MTQwNjY0ODQ3

Nama lengkap          : Claude Levi-Strauss

Tempat Lahir            : Brussel

Pengalaman Hidup   : belajar ilmu hukum dan filsafat di Universitas Paris

Lulus Sarjana Hukum th 1932, menjadi guru lycee

                                 Guru Besar sosiologi di Universitas Sao Paolo, Brazil

Menjadi atase kebudayaan di Wasington

Menjadi direktur urusan ilmiah di Universitas Paris

Dianugrahi medali emas, dan hadiah Bintang Viking, dll

Hasil Karya              : buku La Vie Familiale at Sociale des Indiens Nambikwara, Les  

                                 Structures Elementaires de la Parente, The Structurl Study of Myth,

                                 Tristes Tropiques, dan Anthropologie Structurale, dll

 

Metode Segitiga Kuliner

Dalam bukunya Les Structures Elementaires de la Parente ia menguraikan berbagai macam kebudayaan dengan metode analisa “segitiga kuliner” (triangle culinaire) yang diterapkan terhadap unsur makanan. Levi Strauss begitu banyak menaruh perhatian terhadap makanan, karena makanan adalah kebutuhan alamiah pokok manusia dan binatang, serta makanan manusia menjadi unsur kebudayaan yang diolah dengan api,(unsur kebudayaan dan sumber energy yang sangat dini).

Makanan paling cocok untuk mengilustrasikan perbedaan antara kebudayaan dan alam. Berbagai jenis makanan mempunyai arti social, arti keagamaan, dan mempunyai arti simbolik. Makanan manusia terdiri dari 3 jenis yaitu : makanan melalui proses pemasakan, makanan melalui prosese fermentasi, dan makanan mentah. Makanan ada yang bebas dari penggarapan tangan manusia “bebas dari proses” dan yang “kena proses”. Makanan yang kena proses digolongkan dalam 2 extrem, yaitu makanan yang dimasak, dan makanan yang difermentasi. MakananS yang dimasak diibaratkan kebudayaan, sedangkan makanan yang difermentasi diibaratkan alam. Kemudian dicari penghubung antara kedua extrem tersebut yaitu makanan mentah. Makanan mentah termasuk bagian dari alam karena tidak melalui proses, dan juga termasuk kebudayaan karena suber makanan merupakan tumbuh-tumbuhan yang ditanam atau hewan yang dipelihara dan diburu manusia.


Analisa Sistem Kekerabatan

 

  • Sikap Hubungan Antar-Kerabat

Masyarakat bersahaja dianggap sebagai contoh dari masyarakat elementer yang juga berpikir secara elmenter. Mereka berinteraksi di dalamnya berdasarkan sistem simbolik yang menentukan sikap mereka terhadap minimal 3 klas kerabat, yaitu kerabat hubungan darah, hubungan kawin, dan hubungan keturunan. Pada keluarga inti terdiri dari 3 macam hubungan, yaitu hubungan antara individu E dengan saudara sekandungnya berupa hubungan darah, hubugan E dengan istrinya berupa hubungan perkawinan, serta hubungan E dan istrinya dengan anak-anak mereka berupa hubungan keturunan.

Seorang individu yang bersikap positif dalam hubungan dengan saudara kandungnya, dia akan bersikap negatif dengan iparnya. Hubungan positif adalah hubungan berdasarkan sikap bersahabat, mesra, dan cinta-mencintai. Hubungan negatif adalah hubungan yang berdasarkan sikap sungkan, resmi, dan menghormat. Contohnya adalah keluarga inti dalam masyarakat penduduk Kepulauan Trobriand, dengan sistem keturunan matrilineal. Pada masyarakat ini hubungan antara suami istri bersifat positif, sehingga mereka akan memilki hubungan yang bersahabat dengan ayahnya, dan saling menolong. Akan tetapi hubungan dengan pamanya (dari ibu) akan bersifat negatif. Selain itu sitem kekerabatan patrilineal dicontohkan pada keluarga inti suku bangsa Cherkess. Disini hubungan antara suami istri bersifat formal atau negatif, sehingga hubungan antara saudar pria dan wanita yang sekandung mesra dan bersahabat. Namun akan bersikap formal dengam ayahnya, dan memiliki hubungan yang positif dengan saudara laki-laki ibu.

  • Simbolik Mengatur Perkawinan Antara Kelompok Kekerabatan

Menurut Levi-Strauss, pranata perkawinan merupakan tukar-menukar antara kelompok sebagai akibat dari konsepnya tentang asal-mula pantangan ­inceste ( nikah antara saudara sekandung) yang disebut la prohibition de l’inceste. Konsep ini berdasarkan pendirian kuno dalam ilmu antropologi, yang mengatakan bahwa dalam proses evolusi sosial suatu saat akan ada orang dari suatu kelompok manusia yang mencari wanita untuk dijadikan istrinya dari kelompok lain. Kelompok pemilik wanita ini mula-mula akan mempertahankan wanitanya, akan tetapi pada suatu saat mereka akan menyerahkan wanita tersebut dengan syarat mereka akan memperoleh wanita juga dari kelompok lain sebagai ganti. Alasanya kelompok-kelompok ini akan bersekutu dengan latar belakang kepentingan yang sama dan akhirnya menjadi kelompok besar.

Adat mencari calon isteri di luar kelompok sendiri (exogami) yang menyebabkan suatu sistem tukar-menukar wanita antara kelompok-kelompok manusia makin lama makin luas dan kompleks. Lama- kelamaan tidak hanya dua kelompok saja yang tersangkut dalam hubungan tukar-menukar seperti itu, tetapi lebih banyak lagi dan kompleksitas peraturan adat dan upacara yang berkembang bersama itu meimbulkan sistem interaksi simbolik yang kompleks.

Konsep tukar menukar wanita ini membedakan dua golongan sistem kekerabatan dengan dua kategori struktur, yaitu 1. struktures elementaires (strukur elementer dengan aturan yang tegas) sehingga warga kelompok kekerabatan mengetahui denga jelas asal muasal wanita yang dinikahi. Struktur ini terjadi akibat dariadanya aturan kawin antara saudara sepupu silang (causins croises). 2. structures complexes dengan aturan yang hanya mengatur kelompok kekerabatan sendiri, tidak secara tegas mengharuskan warganya mengetahui asal muasal wanita yang akan dinikahi. Struktur ini akibat dari adanya usaha pria mendapatkan wanita (calon istri) berdasarkan perjanjian mas kawin, pilihan lain, atau karena alasan sosial politik.

Struktur elementer yang terjadi akibat dua cara tukar-menukar wanita diantaranya yaitu struktur tukar – menukar terbatas ( l’echange restraint ) dan struktur tukar-menukar luas ( l’echange generalise) yang dibagi kedalam struktur tukar menukar kontinu dan tak kontinu. Dalam struktur tukar – menukar terbatas hanya dibutuhkan dua kelompok yaitu A dan B yang memberi dan menerima wanita. Sedangkan pada struktur tukar-menukar meluas diperlukan lebih dari dua kelompok, dan memerlukan adat perkawinan yang ketat. Adanya peraturan yang mewajibkan orang untuk kawin dengan saudara sepupu silang matrilateralnya sehingga akan menyebabkan terjadinya struktur tukar-menukar meluasa yang kontinu. Pada struktur ini jumlah kelompok yang bersangkutan harus berjumlah tiga atau kelipatanya dan kelompok yang memberi wanita harus mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi dari yang menerima.

Konsep Levi-Staruss ini mendapat banyak kecaman ajam dari ahli antropologi Inggri E. Leach karena jika ingin melaksanakan konsep ini perlu adanya aturan yang melarang seorang pria menikah dengan saudara sepupu silang patrilateralnya. Struktur tukar-menukar meluas kontinu yang berdasarkan adat perkawinan saudara sepupu silang matrilateralnya akan menjamin integrasi sosial yang lebih besar.

Azas Klasifikasi Elementer

Konsep Levi-Strauss mengenai kategori yang digunakan manusia unuk mengklasifikasikan alam sekitarnya dapat diketahui dari bukunya tentang toteisme. Dalam bukunya yang berjudul Travels of an Indian Interpreter and Trade dideskripsikan bahwa pada suku bangsa Ojibwa ada suatu roh pelindung totem yang bermukim dalam tubuh sejenis binatang tertentu, sehingga dianggap keramat dan pantang untuk diburu. Istilah totem yang secara lengkap berbunyi ototeman (dia adalah kerabat pria saya) ini digunakan Levi-Stauss sebagai pangkal uraian mengenai anaka warna gejala sosial, politik, dan agama.

Secara universal, manusia dalam akal pikirannya akan merasakan bahwa dirinya kerabat atau berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam lingkungan alam, atau dengan manusia-manusia tertentu dalam lingkungan sosial-budayanya. Lingkungan ini akan diklasifikasikan dalam kategori yang elementer yang digambarkan dalam matriks berikut:

  Kolektif Khas
Lingkungan Alam Kategori Kategori Unsur

Khusus

Unsur

Khusus

Lingkungan sosial-budaya Kelompok Person Person Kelompok
  Kolektif Khas Kolektif

 

Cara logika elementer pengklasifikasian alam dan sekitarnya itu dibagi dalam 3 kategori dasar yaitu golongan yang bersifat mutlak ( seperti bumi/langit, pria/wanita dll) dan golongan yang bersifat relatif ( seperti kiri/kanan, depan/belakang, dll), serta golongan yang ketiga yaitu golongan yang memilki ciri dari kedua belah pihak ( contohnya manusia/roh, halus/dewa, gunung/langit, dll). Pada golongan pertama, tiap pihak menempati kedudukan yang sama, sedangkan untuk golongan relatif setiap pihak dapat berkedudukan dimanapun.

Pengaruh Strukuturalisme Levi-Strauss

 

  • Strukturalisme Levi-Strauss di Negeri Belanda

Diantara para ahli antropologi Negeri Belanda ada konsep-konsep klasifikasi dualisme serta oposisi pasangan sebelum di negeri itu muncul karya-karya Levi-Strauss, dan karena itu lepas dari Levi-Strauss juga, timbul sutu metode analisa data etnografi, khususnya data mitologi dan sistem kekerabatan diantara berbagai suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia, yang mengandung banyak persamaan dengan strukturalisme Levi Stauss. Levi-Strauss mulai mengadakan kontak dengan para ahli antropologi Belanda dalam karangannya Les Organisations Dualistes Existent-Elles, ia menyebutkan nama J.P.B de Josselin de Jong dan F.A.E van Wouden.

Ina Slamet-Velsinck menambah konsep levi-Stauss dengan pendapat bahwa struktur dualisme diadik hanya ada apabila ada keseimbangan sosial-ekonomis antara dua bagian masyarakat itu, tetapi cepat berubah ke struktur dualisme konsentrikal bila satu bagian menjadi lebih kuat atau maju dari yang lain. Banyak ahli antropologi Belanda yangtertarik akan konsep Levi –Strauss. Bahkan konsep-konsep ini pernah diterapkan dalam menganalisa data mengenai sistem kekerabatan, organisasi sosial, dan upacara keagamaan penduduk pulau Sawu oleh N.L.Kana ( murid dari H.G Schulte Nordholt, guru besar antropologi Universitas Amsterdam).

  • Pengaruh Levi-Strauss di Inggris

Hampir semua ahli antropologi British Social Anthropologists pernah membaca karya Levi-Strauss yang terpenting, karena hal tersebut merupakan bacaan wajib bagi yang ingin lulus ujian dari jurusan antropologi. Konsep-konsep mengenai perkawinan saudara sepupu silang dan metode mitologinya, dianggap sebagai salah satu alat penelitian atau analisa apabila ada gejala sos-bud yang cocok diterapkan.

R.Needham ( guru besar antropologi sosial di Universitas Oxford) mengajukan data mengenai adat perkawinan saudara sepupu silang dan gejala yang pada adat itu pada suku bangsa Parum di Manipur, India Timur laut, dekat perbatasan Bangladesh. Selain itu ia juga pernah meredaksi proyek terjemahan raksasa dari buku Levi-Strauss.

R.H. Barnes melakukan penelitian lapangan di Indonesia, yaitu di daerah Kedang di NTT. Kesimpulan dari penelitianya yang menggunakan konsep-konsep dari Levi-Strauss ini, jatuh pada titik yang agak berbeda denganya.

  • Pengaruh Levi-Strauss di Amerika Serikat

Sejak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, banyak berpengaruh pada kalangan atroplog AS. Diantaranya yaitu Kluckhohn, yang tertarik pada pertentangan dan klasifikasi dualisme diadik dan konsentrikal dalam analisa mitologi. Beliau mengembangkan metode analisa mitologi yang hampir sama dengan punya Levi-Strauss, yang juga bersumber pada metode linguistik Jacobsons.

J.A Boon ( bekas mahasisiwa C.Geertz) banyak menulis mengenai kebudayaan Jawa di kota Pare di Jawa Timur, dan kebudayaan di Bali. Ia menuis buku tentang simbolisme dan strukuralisme Strauss. J.M.Fox trampil dalam menggunakan konsep-konsep serta analisa Levi-Strauss dan Needham. Etnogafi fox banyak mengandung kesimpulan yang banyak menyerupai kesimpulan Barnes. Bedanya adalah, Fox lebih banyak dan lebih seksama meneliti dan menganalisa sejarah, bahasa upacara dan mitologi orang rote, yang dikembangkan dalam beberapa gagasan khusus mengenai bahasa simbolik. Hipotesa Fox yaitu banyak bahasa sekeluarga pada umunya dapat diduga ada puluhan motif dan sub-motif mitologi dalam banyak versi yang bervariasi dan berkolerasi secara mantap dengan dualisme diadik dan konentrikal tertentu.Sehingga J.Fox dianggap sebagai tokoh yang menunjukan jalan untuk lebih anjut menerapkan metodologi analisa yang dirintis Levi-Strauss.

3 comments to REVIEW TEORI – TEORI STRUKTURAL LEVI – STRAUSS

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: