Strukturalisme Levi-Strauss

Salam semangat

Generasi milenial

Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 4 yaitu pada mata kuliah Teori Budaya dimana tugas ini berisi penjabaran tentang teori strukturalisme milik Levi-Strauss. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.

Dalam buku yang berjudul Teori Budaya karya David Kaplan dan Robert Manner membahas mengenai beberapa teori antropologi salah satunya yaitu strukturalisme yang dikemukakan oleh Levi-Strauss. Menurut Levi-Strauss strukturalisme bukanlah sebuah perwujudan nyata yang dapat diamati secara langsung melainkan melalui sifat logis pikiran itu sendiri.

Untuk dapat mengetahui alasan dibalik pendapat Levi-Strauss mengenai strukturalisme ini, kita harus mengingat perspektif dan metodologi linguistik struktural salah satunya yaitu bahasa. Sebuah bahasa pada hakikatnya merupakan sistem perlambangan yang disusun secara arbitrer. Di dalam bahasa terdapat fonem yang memuat unsur-unsur bunyi. Jika fonem-fonem ini dipersatukan menjadi unit linguistik yang lebih besar dengan memperhatikan tata kebahasaannya maka bahasa tersebut akan memiliki makna atau arti. Dengan adanya makna atau arti dalam bahasa ini akan menimbulkan komunikasi diantara para komunikan. Namun, sering kali para komunikan ini mengabaikan aturan fonologis dan ketatabahasan sehingga menimbulkan makna atau hal-hal yang tersembunyi dalam bagian bawah sadar. Oleh karena itu, tugas dari linguis ialah merumuskan serta mengekplisitkan hal-hal yang tersembunyi dari pandangan dan terkubur dalam bagian bawah sadar tadi.

Selain bahasa, Strauss juga menganalisis mengenai mite. Sama dengan bahasa, unsur dalam mite tidak mengandung arti. Arti tersebut akan muncul ketika unsur-unsur tadi bergabung membentuk suatu struktur. Menurut Strauss struktur dalam mite bersifat dialektis, artinya struktur tersebut menampilkan oposisi dan kontradiksi tertentu yang kemudian terdapat semacam penengahan atau pemecahannya. Jika dilihat dari skala global, variasi mite dipandang sebagai transformasi logis dari seperangkat hubungan struktural yang bertahan lama. Sebab pada akhirnya inti dari struktural inilah yang akan menyingkapkan struktur pikiran manusia serta logika serba bagi dua (binary biner) yang menjadi landasan penopangnya.

Pada totemisme, dalam masyarakat primitif dapat ditemui sebuah kepercayaan mengenai adanya hubungan kekerabatan antara kelompok manusia dengan tumbuhan, hewan atau benda-benda tertentu di sekelilingnya. Dalam hal ini, Radcliffe Brown mengemukakan bahwa kepercayaan totemik berfungsi untuk mempersonalisasikan alam dan secara metaforis memasukkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan tertentu yang penting bagi kelestarian lingkungan mereka sehingga hubungan diantara keduanya menjadi lebih akrab.

Berbeda dengan Radcliffe Brown, Levi-Strauss memandang bahwa totemisme merupakan sebuah tatanan logis pada dunia alami dan dunia budaya dengan menggunakan suatu perangkat unitaris berupa kaidah-kaidah konseptual sehingga hasilnya adalah seperangkat objek/entitas alami yang “ditumpangkan” pada seperangkat entitas budaya. Dengan demikian, totemisme ialah suatu ilmu pengetahuan primitif yang didalamnya menata dunia secara imaginatif dan estetis, sehubungan dengan segi-segi yang terpahami dan terindera dari benda-benda yang ada.

Para strukturalis menyatakan bahwa jika seseorang telah memahami sistem-sistem budaya yang bersifat formal, segala macam hubungan logis antara fenomen-fenomen budayapun dapat disingkapnya. Suatu struktur yang muncul pada suatu taraf dengan muatan tertentu memungkinkan akan muncul kembali pada taraf lain dengan muatan yang berbeda. Dengan demikian, tujuan dari kajian struktural sendiri yaitu menjelaskan pengalaman dan memahami rasionalitas dasar yang menyangga fenomena ini.

Hal yang perlu ditekankan pada strukturalisme Levi-Strauss ini, siapapun tidak dapat berhadapan langsung dengan “struktur dalam” suatu budaya. Dengan demikian, “struktur elementer”, “kaidah struktural” dan “struktur pemikiran” yang diajukan oleh Levi-Strauss merupakan inferensi atau simpulan dari data empirik, artinya hal-hal tersebut merupakan sebuah rekaan pikiran atau konstruk yang bersifat hipotesis atau teoritis.

Dalam memahami teori strukturalisme yang dikemukakan oleh Levi-Strauss terdapat berbagai macam kesulitan salah satunya yaitu menyangkut transformasi logis yang digunakan untuk berpindah dari kaidah struktural dasar ke variasi penampilan kultural. Transformasi itu cenderung sangat khusus dan bersifat sewenang (idiosinkratik) serta sulit direplikasikan oleh antropolog lain.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: