Salam semangat
Generasi milenial
Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 3 yaitu pada mata kuliah Teori Sosiologi Modern dimana tugas ini berupa laporan hasil pelaksanaan salah satu bentuk teori etnometodologi yaitu melakukan eksperimen pelanggaran ketika di berada rumah. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.
Eksperimen pelanggaran merupakan sebuah realitas yang sengaja dilanggar untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membangun realitas sosial. Tujuan dari eksperimen pelanggaran ini yaitu untuk mengacaukan prosedur normal atau yang biasa dilakukan sehingga proses penyusunan ulang kehidupan sehari-hari dapat diamati dan dipelajari. Eksperimen-eksperimen pelanggaran dilakukan untuk menggambarkan cara orang menata kehidupan mereka sehari-hari. Eksperimen ini sering menghasilkan reaksi-reaksi yang sangat emosional. Dalam hal ini, saya mencoba mempraktikkan eksperimen pelanggaran dalam kehidupan sehari-hari saya.
Pada eksperimen pelanggaran saya kali ini, saya mencoba untuk melakukan pelanggaran berupa tidak patuh terhadap kedua orangtua. Saat itu, pelanggaran pertama yang saya coba yaitu tidak merapikan tempat tidur setelah bangun. Selimut tidak saya rapikan, bantal berserakan di lantai dan kasur. Selain itu, setelah selesai mandi handuk yang saya pakai tidak saya letakkan di tempat jemuran melainkan saya letakkan di atas kasur. Begitu pula dengan baju kotor yang juga saya letakkan di atas kasur, tidak saya letakkan ke dalam keranjang baju kotor. Ketika ibu saya masuk ke dalam kamar saya, ia sangat kaget dan memanggil saya. Dengan nada yang tinggi, ibu saya bertanya mengapa saya tidak merapikan tempat tidur saya seusai bangun tidur dan meletakkan baju kotor serta handuk tidak pada tempatnya.
Pada eksperimen pelanggaran selanjutnya, saya mencoba untuk melakukan pelanggaran dengan tidak menuruti perintah ibu saya. Saat itu saya diminta oleh ibu saya untuk membelikan sebuah barang yaitu minyak goreng di sebuah warung dekat rumah. Akan tetapi, saya menolak perintah ibu saya. Saya mengatakan bahwa saya capek dan saya tidak ingin keluar rumah untuk membelikan minyak goreng tersebut. Reaksi yang saya dapatkan yaitu, wajah ibu saya terlihat kaget. Dengan sedikit rasa marah, ibu saya berkata “kamu itu disuruh beli minyak goreng di warung aja ngga mau”.
Eksperimen saya pun terus berlanjut. Saat itu, saya diminta oleh ayah saya untuk mencuci piring dan memasak nasi. Memang di dalam keluarga saya, saya mendapat tugas untuk mencuci piring dan memasak nasi. Namun, karena saya sedang melakukan sebuah ekperimen pelanggaran, maka saya menolak untuk melakukan kewajiban saya berupa mencuci piring dan memasak nasi tersebut. Reaksi yang saya dapatkan yaitu, ayah saya terlihat kaget dan bingung. Ayah saya bertanya kepada saya mengapa saya bersikap aneh selama seharian ini. Ayah saya melihat saya bukan seperti saya biasanya.
Setelah saya merasa cukup dengan eksperimen pelanggaran yang saya lakukan, saya menjelaskan kepada kedua orangtua saya bahwa saya sedang melakukan sebuah eksperimen berupa pelanggaran dimana saya bertindak berlawanan dengan kebiasaan saya sehari-hari di rumah. Setelah mendengarkan penjelasan saya, barulah kedua orangtua saya memahami alasan tindakan saya seharian tersebut di rumah dan memakluminya.
Dari ketiga ekperimen pelanggaran yang saya lakukan, dapat saya simpulkan bahwa eksperimen pelanggaran digunakan untuk menggambarkan tata cara seseorang untuk menata kehidupannya sehari-hari. Apabila dalam tata cara tersebut ada yang dilanggar maka akan menimbulkan sebuah reaksi dari orang-orang sekitar. Reaksi-reaksi tersebut dapat berupa rasa emosional, kaget, bingung, dan sebagainya. Dari eksperimen-eksperimen pelanggaran di atas, saya mendapatkan reaksi dari kedua orangtua saya dimana kedua orangtua saya tampak bingung dan kaget melihat tindakan saya selama satu hari itu. Terlebih pada reaksi ibu saya dimana ia sangat terlihat rasa emosionalnya ketika menghadapi pelanggaran-pelanggaran yang saya lakukan.