Salam semangat
Generasi milenial
Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 5 yaitu pada mata kuliah Antropologi Kesehatan dimana tugas ini berisi penjabaran mengenai konsep disease dan illness serta contohnya dalam masyarakat. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.
Pengertian Konsep Disease dan Illness
Disease merupakan suatu pandangan para ahli medis modern dalam melihat sakit yang dialami oleh seseorang. Mereka melihat sebuah penyakit pada diri manusia sebagai gangguan tubuh yang menyebabkan berkurang atau hilangnya fungsi dari anggota tubuh tersebut. Para ahli medis tersebut hanya melihat bahwa sakit yang dialami oleh seseorang merupakan gangguan secara fisik atau jasmaninya saja. Dalam upaya untuk menyembuhkan penyakit pun mereka menggunakan ilmu pengetahuan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh akal pikiran yang logis serta rasional.
Illness merupakan pandangan sakit menurut perspektif kultural atau budaya. Pada konsep ini, seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak dapat melakukan aktivitas kesehariannya. Konsep ini melihat bahwa sakit yang dialami oleh seseorang tidak hanya berupa gangguan fisik saja melainkan juga pada gangguan rohaninya. Selain itu pendiagnosaan dari konsep illness ini dilakukan oleh individu tersebut berdasarkan pengetahuan serta apa yang dirasakan oleh mereka tentang sakit itu. Dalam upaya untuk menyembuhkannya dapat dilakukan dengan dua cara yakni pengobatan secara personalistik dan naturalistik.
Faktor Pembeda Konsep Disease dan Illness
Pada konsep disease hanya melihat sakit sebagai sebuah gangguan secara fisik pada diri manusia. Pendiagnosaan penyakit dilakukan oleh ahli medis (dokter) melalui serangkaian tindakan pemeriksaan yang bersifat medis pula. Selain itu, obat yang diberikan kepada pasien berupa obat-obatan modern yang berasal dari bahan-bahan yang bersifat kimiawi dan sesuai dengan takaran dokter.
Selanjutnya pada konsep illness, sakit dilihat sebagai sebuah gangguan yang tidak hanya bersifat jasmani saja melainkan juga pada rohaninya. Pendiagnosaan penyakit ini dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Namun, pendiagnosaan ini akan berbeda dengan masyarakat lain. Hal ini dikarenakan adanya pandangan serta budaya yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam mendiagnosa suatu penyakit, masyarakat akan melihatnya sebagai sesuatu yang berasal dari hal-hal yang bersifat supranatural. Mereka beranggapan bahwa sakit yang diderita oleh seseorang dapat berasal dari ilmu sihir dan hukuman dari Tuhan atau arwah nenek moyang atas perbuatan mereka. Selain itu, untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seseorang harus melihat terlebih dahulu sebab-sebab yang mengakibatkan ia sakit. Setelah diketahui penyebabnya biasanya akan dilakukan ritual untuk menyembuhkan sakit tersebut. Cara penyembuhan ini ada dua macam yaitu secara personalistik (yang disebabkan oleh gangguan gaib) dan naturalistik (yang disebabkan oleh keseimbangan tubuh). Cara penyembuhannya pun akan berbeda pula antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dalam praktik penyembuhan ini biasanya bukan dilakukan oleh ahli medis melainkan orang-orang yang memiliki ilmu atau kekuatan supranatural seperti dukun, tabib dan sebagainya.
Contoh Empirik Bagaimana Konsep Disease dan Illness Muncul dalam Kehidupan Masyarakat
Pada masyarakat masalah kesehatan tidak hanya dipahami sebagai masalah fisik saja namun juga terkait dengan masalah psikis atau rohani. Tidak mengherankan jika kesehatan seseorang banyak dikaitkan dengan kondisi sosial budaya mereka. Pengkaitan antara kesehatan fisik dan kondisi sosial budaya ini menimbulkan persepsi masyarakat tentang konsep penyakit yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Salah satu contoh empirik tentang penyakit yang ada di masyarakat dalam konsep disease dan illness ini salah satunya yaitu penyakit malaria yang terdapat pada beberapa daerah pedesaan di wilayah Papua.
Selama ini beberapa masyarakat Papua tinggal di wilayah hutan yang dekat dengan rawa-rawa. Hal ini dikarenakan wilayah ini tumbuh subur tamanan sagu dimana tanaman tersebut merupakan bahan pangan utama masyarakat Papua. Karena mereka tinggal di wilayah hutan yang dekat dengan rawa-rawa maka banyak masyarakat Papua yang mengidap penyakit malaria. Jika dilihat secara medis (konsep disease) maka penyakit malaria ini dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles yang telah terinfeksi virus Plasmodium serta pola perilaku keseharian mereka. Untuk menyembuhkannya pun dokter akan memberikan beberapa obat-obatan medis sesuai dengan takaran yang diberikan.
Akan tetapi, jika dilihat dalam pandangan masyarakat Papua (konsep illness) penyakit malaria disebabkan oleh beberapa hal. Bagi sebagian masyarakat Papua meyakini bahwa dalam setiap hutan yang mereka tempati memiliki “penguasa”. Apabila salah satu di antara mereka ada yang melanggar aturan seperti menebang pohon secara berlebih atau merusak hutan maka orang tersebut akan mendapat hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Masyarakat Papua menyakini bahwa penyakit ini dapat sembuh ketika seseorang tersebut meminta ampun pada penguasa hutan kemudian memetik daun dari pohon tertentu untuk dibuatkan ramuan yang selanjutnya ramuan tersebut diminum dan dioleskan pada seluruh tubuh orang tersebut. Dalam beberapa hari orang tersebut akan sembuh dan pulih kembali. Ini merupakan cara penyembuhan dalam konsep illness secara personalistik karena mereka yakin sakit yang mereka alami berasal dari hal-hal gaib.
Sementara pada penyembuhan yang bersifat naturalistik ketika masyarakat Papua memandang bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh pengaruh kondisi tubuh mereka yang terganggu. Oleh karena itu, dalam upaya penyembuhannya mereka hanya cukup berisirahat dan minum air yang banyak. Dalam konsep illness ini, semua yang mereka lakukan atas dasar pengetahuan serta apa yang dirasakan oleh individu tersebut tentang sakit atau penyakit itu.
Sumber :
Anderson, Foster.2009. Pengantar Antropologi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia