Salam semangat
Generasi milenial
Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 1 yaitu pada mata kuliah Bentang Sosial Budaya Masyarakat Jawa dimana tugas ini berupa laporan hasil pengamatan tradisi meron pada masyarakat desa Prawoto, Kabupaten Pati. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.
Asal Usul Tradisi Meron
Asal mula tradisi meron dilatar belakangi oleh masa pemerintahan kerajaan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung. Saat itu terjadi penyerangan yang dilakukan oleh kerajaan Mataram di daerah Pati yang saat itu dipimpin oleh Adipati Pragola. Sebagai demang di Sukolilo, Ki Suta Kerta yang memiliki kakek dan leluhur di Mataram, ditugaskan untuk mengabdi di Pati. Sementara itu, saudaranya yang bernama Sura Kadam yang sama-sama memiliki kakek dan leluhur di Mataram lebih memilih untuk mengabdi di daerah asal kakek leluhurnya yaitu di Mataram. Suatu hari, Sura Kadam mendapat tugas untuk menaklukkan Kadipaten Pati yang pada saat itu saudaranya sendiri yaitu Suta Kerta tinggal di Kadipaten Pati. Setelah perang usai, Sura Kadam pun menjenguk saudaranya yaitu Suta Kerta yang berada di daerah Sukolilo, Pati. Kedatangan Sura Kadam tersebut disambut rasa ketakutan oleh Suta Kerta. Ia mengira bahwa kedatangan saudaranya tersebut adalah untuk menangkap dan meringkus dirinya. Mendengar hal tersebut, Sura Kadam pun menjelaskan alasan kedatangannya menjenguk Suta Kerta yaitu untuk menyambung tali silaturahmi diantara keduanya tanpa ada niatan untuk menangkap Suta Kerta. Dalam pertemuannya tersebut, Sura Kadam mengusulkan kepada Suta Kerta untuk mengadakan upacara sekaten untuk memperingati dan menghormati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai acara untuk menghibur rakyat atau masyarakat Sukolilo. Mendengar hal itu, masyarakat atau penduduk Sukolilo sontak menyambut upacara sekaten tersebutdengan suka cita. Dari sini, tradisi atau upacara sekaten yang ditandai dengan adanya gunungan yang diarak disebut dengan meron. Kata meron sendiri berasal dari kata iron atau tiron yang berarti ramai.
Prosesi Tradisi Meron
Tradisi meron yang berada di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati ini merupakan tradisi atau acara tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Pati. Tradisi meron tersebut digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut dengan maulid nabi. Prosesi tradisi meron ini berlangsung selama setengah hari yaitu dari pukul 06.30 hingga pukul 14.30 WIB. Kirab budaya ini berlangsung dengan serangkaian acara seperti arak-arakan gunungan dan pawai mengenakan pakaian petani dan pakaian keraton bagi perempuan. Adapun penjelasan dari rangkaian acara tersebut yaitu:
- Arak-arakan Gunungan
Acara pertama yaitu adanya arakan nasi tumpeng dengan hasil bumi seperti terong, padi, kacang, buah-buahan, cabai dan hasil bumi lainnya yang dibentuk menyerupai gunungan. Gunungan tersebut dibawa atau dipanggul oleh 4 (empat) orang pria dengan mengenakan pakaian ala petani yaitu mengenakan celana, kaos, dan caping. Biasanya gunungan yang dibawa atau diarak lebih dari 5 (lima) gunungan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa hasil panen para petani tahun ini sangat memuaskan.
- Pawai
Acara arak-arakan gunungan tersebut selanjutnya diikuti oleh adanya pawai yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja dengan menggunakan pakaian yang khas. Untuk anak-anak mereka mengenakan pakaian drum band sekaligus memainkan alat musik drum band tersebut sambil mengiringi arakan gunungan tadi. Selain itu terdapat para remaja putri yang mengenakan kostum atau pakaian keraton dan remaja putra yang mengenakan pakaian ala petani.
Setelah acara kirab tersebut selesai, gunungan-gunungan tadi yang berisi nasi tumpeng beserta hasil bumi tadi direbutkan oleh masyarakat Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo tersebut. Mereka percaya apabila mereka mendapatkan salah satu dari gunungan tersebut maka mereka akan mendapatkan hal atau nasib baik.
Makna Tradisi Meron
Dalam setiap tradisi umumnya memiliki makna yang mendalam bagi para masyarakatnya. Salah satunya yaitu makna yang ada pada tradisi meron di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Makna dari diadakannya tradisi meron tersebut antara lain:
- Tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada masyarakat selama setahun ini dengan hasil pertanian mereka yang melimpah.
- Tradisi ini juga merupakan bentuk dari penyambutan umat Islam pada masyarakat Desa Prawoto untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad.