A. Pendahuluan
Masalah yang akan diangkat sebagai topik pembahasan dalam penulisan paper adalah limbah yang disebabkan oleh keberadaan industri batik di kota Pekalongan utamanya yang sudah mengarah ke industri besar dimana sudah merusak lingkungan sekitar dengan adanya industri tersebut yaitu kerusakan ekologi sungai. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bagaimana kerusakan tersebut bisa terjadi.
Pertama, dilhat dari sejarah kebiasaan membuang sampah di sungai dilakukan juga terhadap industri batik yang jika dilihat dari sejarah perbatikan, awal datangnya batik pembuatanya hanya ada satu jenis yaitu batik tulis menggunakan bahan alami sebagai material utama dan limbah yang dihasilkan pun tidak berbahaya bagi ekologi sungai karena limbah yang dihasilkan besifat organik, namun pada zaman modern pembuatan batik mengalami kemajuan yang sangat pesat dimana batik menjadi industri dan produksi yang dihasilkan pun semakin banyak, hal ini disebabkan karena bati mulai dikenal oleh masyarakat luas dan pesanan akan batik pun mnjadi banyak hal ini yang membuat produksi batik terus meningkat dan mendorong adanya inovasi pembuatan batik yang beragam. Akan tetapi semakin majunya cara membuat batik tidak diiringi dengan sikap masyarakat akan cara membuang sampah yang pada akhirnya batik modern yang menggunakan pewarna kimia mencemari aliran sungai dan merusak ekosistemnya. Kedua, batik menjadi komoditi utama pada zaman sekarang, adanya batik sebagai cagar budaya membuat batik menjamur di kota pekalogan hal ini membuat mata pencaharian masyarakat pun juga berubah. Pada zaman dahulu masyarakat kota pekalongan bekerja sebagai nelayan, petani dan pedagang, keberadaan batik membuat masyarakat beralih mata pencaharian sebagai karyawan pabrik batik dimana penghasilan adalah alasan utama meeka berpindah profesi. Dan masalah sungai semakin terlupakan karena pegrajin batik semakin banyak dengan dalih untuk melestarikan kebudayaan.
Berbicara batik berbicara juga uang namun bagaimana dengan lingkungan? Alat ukur adalah bahwa di kota pekalongan akses sumber daya sungai tidak hanya untuk membuang sampah atau imbah disana ada masyarakat yang memanfaatkanya sebagai cadangan air untuk kegiatan sehaari-hari ada juga masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai akses sumber daya konsumsi yaitu untuk mencari ikan dan pengairan air sawah, namun karena adanya industri batik yang menjamur kondisi sungai menjadi kotor penuh dengn limbah hal ini memiliki dampak yang besar bagi kerusakan ekosistem sungai dimana pemanfaatan sungai hanya bisa dimanfaatkan untuk pembuuangan sampah imbah batik daan akses sumber daya sungai hanya sebatas sampai pembuangan sampah tanpa bisa diambi manfaatnya. Masyarakat Kota Pekalongan memandang batik awalnya hanya sebagai pelestari seperti yang sudah dijelakan bahwa batik berawal pelestarian yang kemudian menjadi komoditi besar seperti adanya mesin-mesin pembuat batik yang canggih membuat batik tidak lagi menjadi pelestari namun sudah menjadi komoditi utama. Pada zaman sekarang masyarakat pekalongan memandang batik sebagai pegangan hidup karena dengan bekerja di dunia batik mereka bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari – hari, semakin banyak batik semakin jaya seperti itu kurang lebihnya semboyan yang di dapatkan. Sejarah bagaimana masyarakat pekalongan memandang sungai bisa ddijelaskan secara luas dimana masyarakat biasa membuang sampah di sungai, tidak hanya sebagai mandi, cuci dan kakus namuan dari zaman kuno membuang sampah biasa dilakukan di sungai tidak hanya sampah rumah tangga, sampah industri pun biasa di buang ke sungai, hal ini berimbas pada kebiasaan masyarakat kta pekalongan hingga sekarang dimana sungai dijadikan tempat pembuangan sampah industri batik yang merupakan obat kimia berbahaya. Perbedaan nya adalah pada zaman dahulu sampah yang dibuang di sungai tidak berbahaya yang jika dibuang di sungai tidak membahayakan ekosistem di sungai sedangkan zaman sekarang sampah tidak hanya berupa organi akan tetapi juga anrganik dimana sampah sudah sulit di urai oleh sungai yang nantinya membahayakan ekosistem sungai karena sampah modern mengandung senyawa kimia berbahaya yang membahayakan ekossistem.
Limbah bagi masyarakat pekalongan adalah sampah berbau tidak sedap dan membahayakan kehidupan sehari-hari jika terus dekat di sekitarnya. Namuan tolak ukur bukan lah bahaya tersebut akan tetapi bagaimana limbah tersebut bersumber dari mata pencaharian masyarakat utama kota pekalongan hal ini di pertimbangkan bahwa kesejahteraan adalah salah satu jalan mengapa limbah dianggap biasa oleh masyarakat kota pekalongan. Tidak hanya membiarkan limbah dianggap sebagai timbal – balik dari apa yang dihasilkan. Jika menghasilkan batik dan mendapatkan uang, sungai kotor adalah tmbal baliknya. Pandangan ini terus dipelihara dari generasi ke generasi selanjutnya.Tolak ukur akan kesejahteraan adalah juga menjadi hal penting dalam perindustrian batik ini, dimana letak kearifan lokal sudah dibabat habis , pandangan peestarian sudah tidak ada lagi, melainkan menjadi komoditi yang justru kearah yang lebih kapitalis, pendek kata “mumpung” atau pada saat musim batik datang produksi dilakukan sebanyak- banyaknya. Masalah yang muncul terbaru adalah adanya cagar budaya oleh dunia internasional yag diwakili oleh UNESCO bahwa batik pekalongan menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan agar tidak punah, hal ini mengakibatkan bahwa membatik berarti menjaga kelestarian leluhur tidak memikirkan dampak yang akan terjadi dan speekulasi apa yang harus dipikirkan jika membuka usaha batik dan bisa dipastikan sungai menjadi terlupakan akan bagaimana keberanjutan ekosistemnya.
Dengan demikian pertanyaan yang di ajukan adalah apakah dengan adanya warisan budaya oleh UNESCO untuk perlindungan batik setimpal dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan?
B. Pembahasan
Batik merupakan seni melukis di atas kain yang telah ada sejak nenek moyang terdahulu yang isi dari seni tersebut adalah cerita atau menggambarkan lingkungan alam sekitar tradisi seni ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sejarah batik ada berawal dari datang nya pedagang dari cina untuk mengambil hasil bumi atau rempah-rempah namun pedagang cina memiliki ketertarikan dengan batik dimana batik memiliki seni yang luar biasa pada saat itu. Pada zaman dahulu pembuatan batik dilakukan secara sederhana dimana batik tidak memiliki nilai ekonomi akan tetapi juga memiliki esensi niai dimana memabuat batik tidak hanya sekedar membuat, disana ada kearifan lokal bahwa membuat batik berarti telah mengenalkan budaya ke dunia internasional. Namun seiring perkembangan zaman batik tidak hanya menjadi warisan budaya akan tetapi juga sudah mulai menjadi komoditi utama dimana industri batik tumbuh dengan pesat tanpa terkontrol yang pada akhirnya menjadi tumpuan roda ekonomi masyarakat kota pekalongan. Lebih dari pada itu berbicara batik pada saat ini berbicara pula mengenai masalah yang sangat kompleks akibat adanya batik, dilihat dari cara pembuatanya yang sudah jauh dari cara tradisional membuat akibat yang berbeda pula. Dimana pada pembuatan batik tradisional (batik tulis) limbah yang diakibatkan tidak membahayakan lingkungan karena bahan pembuatan batik yang organik dan mudah diurai oleh alam sedangkan pembuatan batik modern menitik beratkan pada target produksi dimana produksi yang dilakukan bukan lagi berpandang kepada pelestarian kebudayaan akan tetapi pandangan akan produksi sebanyak-banyaknya adalah pandangan yang lebih utama pada produksi batik moddern dimana cara pembuatan batik sudah menggunakan bahan kimia. Masalah yang timbul dari uraian tersebut adalah bagaimana kebiasaan masyarakat membuang sampah sungai adalah jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan. Masyarakat khususnya jawa meemandang bahwa sungai adalah tempat sampah jadi segala sesuatu yang kotor atau sudah tidak berguna sungai adalah tempat terakhir untuk barang tersebut, hal ini berlanjut sampai saat ini dimana sampah pembuatan batik di buang di sungai yang berakibat sungai menjadi keruh, bau dan merusak ekosistem didalamnya. Masalah seperti ini sudah dianggap biasa karena batik sebagai komoditi utama tidak setimpal harganya jika suatu usaha batik membuat UPL (unit peengolahan limbah) , pendek kata jika membangun sebuah pabrik seharga 1 milyar maka UPL yang harus dibuat juga seharga 1 milyar dan hal ini bedampak pada penjualan batik yang mahal yang nantinya kalah saing dan tidak laku di pasaran.
Saya sebagai penulis melihat bahwa pelaku industri kebanyakan yang terdahulu sampai sekarang masih beroperasi memiliki tahapan dalam usaha batiknya tersebut berawal dari batik tulis atau tradisional kemudian bertahap ke semi modern lalu modern, ketika beralih ke batik modern pengusaha hanya mengembangkan batiknya tanpa mengkoreksi bagian mana metode yang harus diubah dan bagian mana yang harus dipertahankan, dengan perpindahan dari batik tradisonal ke batik modern hal yang masih dipertahankan adalah cara pembuangan limbah dimana limbah yang dihasilkan batik modern sangat membahayakan kelangsungan ekosistem sungai dimana limbah batik modern merusak sungai. Masalah yang timbul akibat hal tersebut adalah bagaimana akses sungai hanya berhenti sampai pembuangan saja tanpa bisa memanfaatkan hasil dari sungai sendiri. Di sungai terdapat nelayan sebagai pencari ikan dan petani untuk pengairan air sawah namun kondisi sungai yang kotor akibat industri batik maka akses sumber daya sungai terbatasi, namun masyarakat memandang hal ini menjadi biasa mengingat bahwa ukuran dari “biasa” ini adalah kesejahteraan jika sungai kota pekalongan semakin berwarna dan berbau maka kota pekalongan semakin kaya karena masih banyak orang yang membatik, begitu semboyan nya. Apa yang dapat menjelaskan bagaimana perilaku masyarakat membuang limbah dapat dilihat dari pandangan akan ekonomi dimana masyarakat lebih berfikir efektif dengan dalih membuang limbah di sungai menghemat biaya yang dikeluarkan dalam membuat batik. Masalah yang kedua adalah kebiasaan dimana masyarakat memilki kebudayaan membuang sampah di sungai namun hal ini tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang cukup akan perkembangan jenis sampah yang dapat diolah alami atau tidak semuanya dibuang ke sungai. Ketiga , masyarakat berpandangan bahwa jika membuat UPL maka biaya yang dikeluarkan lebih banyak dan ini berkaitan dengan kesejahteraan dimana jika usaha batik mati maka akibat yang ditimbulkan adalah pengangguran yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat hal ini disebabkan sebagan masyarakat kota pekalongan telah menjadikan batik sebagai sumber pokok untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari.
C. Kesimpulan
Dengan demikian simpulan yang dapat ditarik yaitu pandangan akan keseimbangan antara batik ,limbah dan sungai masih dipandangan klasik oleh masyarakat, dimana membuang sampah disungai dianggap seperti hal biasa pandangan ini masih akan terus bertahan karena ilmu pengetahuan yang tidak disampaikan dengan baik oleh masyrakat apa yang akan berakibat jika terus membuang limbah di sungai dan tidak adanya keseimbangan teknologi, dimana majunya teknologi pembuat batik tidak dibarengi dengan teknologi pengolahan limbh yang baik. Melihat aktvitas usaha batik kebanyakan jika dilihat dari kondisi pabrik masih banyak yang masih menggunakan sistem pembuangan limbah cara lama yaitu limbah hasil produksi batik dialirkan ke saluran sanitasi kemudian dialirkan ke sungai ada juga yang langsung membuangnya ke sungai. Mereka masih berpegangan bahwa membuang limbah ke sungai adalah jalan paling efektif dimana mereka beranggapan limbah yang dibuang ke sungai akan menghilang dengan sendirinya. Alasan tersebut juga diperkuat akan adanya penguatan yaitu dalih bahwa tanpa batik masyarakat tidak bisa mencari nafkah, dengan pembuatan UPL tidak bisa membalikan modal usaha masalah ini akan terus berkembang jika tidak ada kesadaran akan pentingnya melestarikan ligkungan disamping melestarikan kebudayaan.
Daftar bacaan :
Mratihatani, anandriyo suryo.2013. Menuju pengelolaan sungai bersih di kawasan industri batik yang padat limbah cair skripsi.Semarang.Undip press.
https://shandy07.wordpress.com/all-about-pekalongan/pencemaran/sungai/kota/pekalongan
https://www.satuharapan.com/read-detail/read/lipi-upayakan-bantu-pengelolaan-limbah-batik-di-peklongan.
Komentar Terbaru