Ekonomi Kamboja cukup baik karena memiliki kemajuan yang sangat pesat, namun ternyata di negara ASEAN, Kamboja masih memiliki perekonomian yang jauh di bawah negara-negara lain. Jika melihat investasi asing pun negara ini sangatlah kurang diperhatikan, sehingga sangatlah kecil pula tabungan yang dapat dimiliki oleh negara Kamboja ini untuk membangun negaranya .
Tidak banyak prestasi yang dihasilkan oleh negara ini, sehingga rakyat perlu membantu pemerintahan untuk mengenalkan negara ini dengan diawali dari prestasi-prestasi individu di luar negeri yang tentunya akan mengharumkan nama Kamboja. Hal ini pasti akan memberikan sedikit kemajuan yang berarti. Kesimpulannya Myanmar adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang berada pada tingkatan ekonomi terendah, namun bukan berarti juga negara tertinggal. Saat ini Myanmar baru masuk tahap prakondisi lepas landas karena belum banyak perubahan berarti di negara ini. Dengan adanya campur tangan negara asing di negara ini cukup memberikan pencerahan bagi kurangnya tingkat pertumbuhan di Myanmar. Pertengahan tahun 2012 yang lalu, di sela-sela pertemuan ke-44 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN di Siem Reap, Pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli beras dari Kamboja dengan volume 100.000 ton per tahun untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Sebaliknya, Kamboja akan mengimpor pupuk dan peralatan pertanian seperti traktor dan mesin penggiling gabah dari Indonesia. Kamboja memroduksi 8,25 juta ton beras tahun 2011. Pada tahun 2012, Kamboja mentargetkan eskpor beras sebanyak 180.000 ton, dan sampai dengan tahun 2015 Kamboja mematok target ekspor beras sedikitnya 1 juta ton. Kenyataan di atas merupakan sebuah kemajuan besar, sebuah hal yang tidak pernah saya bayangkan 16 tahun yang lalu.Di balik gemerlap pembangunan Kamboja, memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kamboja. Dengan jumlah penduduk 13,8 juta saat ini, yang 75% penduduknya berusia di bawah 25 tahun, sekitar 36% masih berada di bawah garis kemiskinan. Itu berarti bahwa empat dari sepuluh keluarga tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar. Selain itu, angka-angka berikut menunjukkan perlunya usaha lebih keras lagi ke arah Kamboja yang lebih sejahtera, seperti angka kekurangan gizi (45%), masyarakat tanpa / keterbatasan akses ke air bersih (70%), dan kematian bayi (57%). Hanya sekitar 51% penduduk Kamboja dilaporkan memperoleh akses rutin pada kesehatan dasar.
Komentar Terbaru