Archive for ◊ May, 2018 ◊
Rukun Sholat: Berdiri (4)
Oleh Agung Kuswantoro
Orang sholat dengan duduk, posisi yang paling utama adalah duduk iftiros/duduk tahyat awal. Lalu, posisi yang baik berikutnya adalah duduk bersila, dan duduk tawaruk/tahyat akhir.
Kalau masih tidak mampu duduk saat sholat, maka boleh sholat dengan berbaring. Posisi berbaring dengan muka dan bagian depan badannya menghadap kiblat. Bila miringnya ke kiri hukumnya makruh, dengan catatan tidak ada udzur/miring ke kanan tidak bisa.
Semarang, 9 Mei 2018
Rukun Sholat: Berdiri (5)
Oleh Agung Kuswantoro
Jika sholat dengan tidur miring tidak mampu, maka diperbolehkan sholat dengan tidur terlentang. Dua telapak kakinya menghadap kiblat.
Wajib memberikan bantal di bawah kepala, agar wajahnya dapat menghadap kiblat. Wajib memberi kode ke arah kiblat waktu ruku’ dan sujud. Kode sujud, harus melebihi kode rukuk.
Jika tidak dapat memberi kode dengan kepala, boleh dengan pelupuk mata. Kalau, tidak mampu dengan pelupuk mata, boleh dengan hati.
Ya, hati. Sholat dengan kode hati. Yuk, kita sholat mumpung sehat, sebelum sholat dengan hati.
Masa Lalu, Ippho Santosa
Oleh Agung Kuswantoro
Ippho Santosa – pakar otak kanan – seorang pemuda dan pengusaha. Enerjik. Namun, tak disangka ternyata dulu ia sering sakit. Masa SD hingga SMA sering sakit. Hampir dikatakan tiap bulan, pasti sakit. Bahkan, upacara saja, ia sering pingsan.
Tak hanya itu, sewaktu SMP, ia dikenal paling bodoh mata pelajaran Bahasa Inggris. Sewaktu kuliah, Bapaknya meninggal dunia.
Masa lalunya yang kelam ini, menjadikan ia ingin menjadi “pemenang” hidup. Atas izin Allah, sekarang ia sehat. Ia menjadi pengusaha. Ia juga pernah menjadi penerjemah untuk proyek PBB dan dosen untuk kelas Internasional. Ia pun menjadi pembicara.
Kata kunci keberhasilannya adalah hak menjadi pemenang hidup. Ia tidak memilih menjadi pecundang. Kelemahannya, ia tutupi dengan kelebihannya. Hingga, keterbatasannya menjadi kekuatannya. Itu saja ceritanya. Jangan melihat orang sukses itu sekarang. Tapi, lihatlah masa lalunya.
Semarang, 8 Mei 2018
Rukun Sholat: Berdiri (3)
Oleh Agung Kuswantoro
Orang yang sakit mampu berdiri saat imam membacakan surat Alfatihah. Namun, saat membaca surat sunah, tiba-tiba ia tidak mampu berdiri. Maka, baginya diperbolehnya duduk saat pembacaan surat sunah.
Sholat dilakukan boleh dengan duduk bagi orang yang mengalami masaqot/kesusahan, seperti sakit. Pendekatan ini digunakan agar ia dapat sholat dengan khusus.
Kasus. Orang yang sholat di dalam kapal, diperbolehkan sholat dengan duduk, karena dikhawatirkan pusing. Demikian, orang yang memiliki sakit beser kencing, diperbolehkan sholat dengan duduk pula. Karena, apabila ia berdiri dikhawatirkan air kencingnya keluar. Ia selalu menahan kencingnya.
Orang yang sholatnya dengan duduk, waktu ruku’ agar membungkuk sedikit hingga kening sejajar dengan ujung lutut.
Semarang, 7 Mei 2018
Workflow
Oleh Agung Kuswantoro
Workflow adalah nama lain dari Business Precess Management (BPM). Didalamnya membahas tentang alur sebuah dokumen di suatu organisasi. Tidak hanya mengenai dokumen saja, tetapi bagaiman sebuah “perjalanan” terciptanya “sesuatu”.
Misal, ada surat masuk. Alur atau workflow-nya adalah surat diterima oleh penerima surat, lalu dicatat kedalam system surat masuk. Di-entry sesuai dengan field name-nya, seperti nomor, dari/kepada, perihal, isi surat, dan lainnya.
Setelah di-entry, diberi lembar disposisi dan disampaikan ke meja pimpinan. Pimpinan akan memberikan disposisi. Kemudian, surat dan lembar disposisi dberikan kepada yang berhak. Proses sederhana itulah yang dimaksud workflow.
Cara membuatnya dengan membuat kotak, lingkaran, panah, informasi dilanjut/yes, informasi berhenti/no, dan selesai. Seperti SOP.
Itulah keterangan sederhana mengenai workflow.
Semarang, 8 Mei 2018
Setiap Tulisan, Pasti Ada Pembaca
Oleh Agung Kuswantoro
Mendapat undangan dari Ruang Semesta menjadi penyemangat untuk menghadirinya. Ruang Semesta adalah tempat untuk belajar mahasiswa UNNES. Sebuah tempat yang menyediakan buku-buku berkualitas.
Acara bedah buku saya, Alhamdulillah berjalan lancar. Ada 10 mahasiswa yang hadir. 2 diantara yang hadir, saya mengenalnya. Selebihnya, baru mengenalnya di forum tersebut. Maknanya, pesertanya lintas jurusan dan fakultas yang ada di UNNES.
Saya memaparkan isi buku tersebut. Menjelaskan beberapa isi buku tersebut. Lalu, Fajar—pembedah—memberikan komentar atas tulisan-tulisan yang ada di buku berwarna kuning itu.
Ada tiga penanya. Pertanyaan mereka tentang isi buku dan teknik penulisan buku tersebut. Pertanyaan mengenai isi buku seperti tema yang sederhana, namun bisa dituliskan dan mampu memberikan pembelajaran kepada orang yang membaca. Sedangkan, pertanyaan mengenai teknik menulis buku seperti cara, waktu, dan teknik penulisannya.
Pertanyaan-pertanyaan di atas disampaikan oleh peserta, menurut saya itu wajar. Karena, bayangan mereka menulis buku itu susah.
Justru, pandangan saya bahwa menulis buku itu mudah. Hanya butuh komitmen menulis saja. Mendisiplinkan diri agar selalu menulis. Menulis tiap hari, walaupun hanya 10 menit. Abaikan kesalahan ketik atau kalimat yang tidak nyambung.
Saya menjadi haru saat, buku saya dibaca dan dibedah. Dari beberapa peserta ternyata sudah membaca buku-buku saya di Perpustakaan. Mereka memberikan tanggapan positif kepada karya saya. Saya mengira buku saya tidak ada yang baca, karena saya tahu dirilah, bahwa saya bukan penulis handal. Saya masih jauh dari penulis-penulis yang bukunya disajikan di rak-rak toko buku.
Jadi, tugas kita sekarang adalah menulis, menulis, dan menulis. Setiap tulisan, pasti memiliki pembaca. Menjadi kebanggaan, jika ada orang yang memberikan apresiasi atas karya kita. Oleh karenanya, jangan pesimis mengenai kualitas tulisan kita. Teruslah belajar. Perbanyak bacaanya. Lalu, tulislah. Insya Allah, ada orang yang akan membacanya.
Semarang, 7 April 2018
Pencarian dan Penemuan Kembali
Oleh Agung Kuswantoro
Pencarian dan penemuan kembali menjadi bagian terpenting dalam kearsipan elektronik. Data (arsip) yang telah dicatat, kemudian dimasukkan ke dalam folder yang telah diberi nama sesuai dengan subjeknya. Lengkap dengan subfoldernya. Kemudian diberi nama arsip tersebut, sesuai dengan klasifikasinya. Termasuk indeksnya.
Klasifikasi subjek dan indeks inilah yang akan digunakan sebagai keyword/kata kunci dalam pencarian. Oleh karenanya, agar dalam pencarian itu sederhana berupa klik search/pencarian. Kemudian, klik. Maka, sistem akan bekerja.
Keuntungan pencarian dengan elektronik adalah cepat. Sehingga, dalam bahasa pemrograman berupa AND/OR. Hasil yang akan tampil setelah pencarian akan muncul. Kemungkinan, hasil pencarian akan mengatakan tidak ada arsip yang disimpan. Atau, hasil pencarian menemukan arsip yang berkaitan dengan keyword.
Mengapa demikian? Karena, menggunakan AND/OR. Layarnya pun dalam tampilan pencarian akan menampakkan 10 baris dengan beberapa halaman. Dimana, tiap halaman ada 10 data.
Selain dengan sistem, pencarian juga dilakukan pada folder dan subfolder. Hal ini, termasuk basisnya subjek. Jadi, permasalahan suatu data harus jelas dan penempatannya sesuai. Jika tidak sesuai maka kesusahan dalam mencari data tersebut.
Semarang, 5 Mei 2018
Bedah Buku Mengambil Hikmah Dari Kehidupan
Oleh Agung Kuswantoro
Buku yang saya tulis ini adalah buku mengenai motivasi. Saya menyebutnya, motivasi. Karena judul awal dari buku ini adalah “Menasihati Diri Sendiri”. Kemudian, atas usul penerbit (Quanta), buku ke-14 yang saya tulis dirubah menjadi “Mengambil Hikmah Dari Kehidupan”.
Sederhana, isinya. Mengkaji tentang pengalaman pribadi penulis. Pengalaman yang saya alami, saya “ikat” dengan sebuah tulisan, lalu dicari “nilai” atau “value” dari setiap peristiwa tersebut.
Ada beberapa tema secara garis besar dari isi buku tersebut. Yakni, pendidikan, motivasi hidup, manajemen hati, agama, sosial, dan kehidupan kampus.
Saya yakin, setiap orang pasti mengalami suatu peristiwa pengalaman hidup. Namun, apakah pengalaman itu bisa memberikan “pembelajaran” baginya? Ataukah pengalaman tersebut memberikan kebermanfaatan untuk orang lain? Itu, yang inti dari hikmah.
Misal, ada ada judul “Hidup Itu Memutuskan”. Inti pesan yang saya katakan dalam buku tersebut, bahwa tegaskan hidup kita dengan berani membuat keputusan. Keputusan inilah yang membuat kita percaya diri. Karena dia, hanya berharap pada Allah. Bukan, manusia.
Itulah contoh sebuah hikmah yang saya dapatkan dalam kehidupan ini. Tema ada di sekitar kita. Tetapi, kita harus “menangkap” setiap moment itu. Jangan sampai itu “lepas” begitu saja.
Agama memerintahkan kepada kita untuk baca. Membaca tidak harus berhadapan dengan buku. Lingkungan dan kehidupan kita, juga itu “bacaan” menarik untuk kita pahami.
Misal, mengapa ada orang yang memiliki rizki berkecukupan, tetapi hidupnya bahagia? Sebaliknya, orang yang memiliki rizki banyak, tetapi hidupnya memiliki banyak masalah? Itulah, “bacaan” yang harus dipahami.
Kasus tersebut, di lingkungan kita pasti ada yang seperti itu. Namun, saya tidak begitu saja “pemandangan” kehidupan itu “hilang” begitu saja.
Contoh momen kehidupan lain yang saya tulis dalam buku itu yaitu demonstrasi ide, hati: filling cabinet abadi, komunikasi tak bermakna, contract yourself, demi Tuhan bukan sumpah, menanam nilai konservasi, munafik diri, mengkliping google, dan judul lainnya.
Untuk lebih mengetahui isi buku lengkapnya. Silakan, baca buku saya yang sederhana dan tidak tebal. Sebagai penutup, saya mengutip epilog dari buku saya tersebut, yaitu saat sedang memiliki problem dalam hidup, biasanya kita membutuhkan nasehat orang lain untuk menyemangati dan memberikan solusi atas permasalahan yang sedang kita hadapi.
Namun, terkadang ketika kita curhat ke orang lain, orang itu malahan lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri bukannya mendengarkan. Tabiat manusia memang lebih suka berbicara daripada mendengar. Oleh karena itulah kita butuh berdialog dengan diri sendiri. Dialog antara pikiran dengan hati. Dialog pikiran dengan hati, akan berdampak pada motivasi diri. Kita akan bisa memandang dengan “jernih” setiap masalah yang sedang kita hadapi, dan juga berpengaruh pada orang lain.
Semarang, 6 Mei 2018
Recent Comments