Archive for ◊ March, 2021 ◊

• Tuesday, March 23rd, 2021

Sistem Informasi Perkantoran

Oleh Agung Kuswantoro

 

Apakah Anda memahami istilah “sistem? Jika memahaminya, istilah “sistem” melekat pada frasa/kalimat, apa? Coba, sebutkan!

 

Ya, betul ada istilah sistem pendidikan, sistem informasi, istilah jaringan, sistem-sistem lainnya.

 

Coba, buka makna sistem secara Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, apa artinya? Silakan, buka dulu.

 

Jika sudah dibuka, mohon bacakan. Perwakilan, salah satu dari rombel ini untuk membacakan. Pahami dulu, maknanya. Lalu muncul pertanyaan, “Apakah sistem itu harus berteknologi?”

 

Silakan, jawab dan didiskusikan. Semisal, sistem itu tidak ada, apakah tujuan yang telah ditentukan bisa terwujud?

 

Selama ini, “Apakah Anda masuk dalam kategori sistem?” Jika ya, sistem apa yang Anda ikuti?

 

Nah, apa kaitan sistem ini dengan informasi dan perkantoran? Bacalah artikel-artikel dan buku-buku mengenai manajemen sistem informasi dan administrasi perkantoran untuk menjawab pertanyaan di atas. Selamat belajar. []

 

Semarang, 23 Maret 2021

 

Ditulis di Rumah, jam 05.00 – 05.10 WIB. Bahan/materi untuk penguatan konsep dalam matakuliah Sistem Informasi Perkantoran, Selasa (23 Maret 2021 jam 13.00 WIB).

 

 

• Friday, March 12th, 2021

Buku Yang “Bercahaya”

Oleh Agung Kuswantoro

sumber: dokumentasi penulis

 

Entah apa yang terjadi dalam diri saya, saat membaca “buku” yang satu ini. Kesannya, memiliki “cahaya”. “Cahaya” dalam arti pemaknaan yang tiada habisnya. Seakan-akan buku itu “bertutur” dan memberikan petunjuk.

 

Bahkan, antara pembacaan saya yang pertama dan kedua pada “kalimat” (baca: ayat sama) itu menunjukkan perbedaan tafsir/makna. Setiap kali membaca, pasti menemukan suatu hikmah/motivasi/energi positif bagi diri saya.

 

Oleh karenanya, saya selalu membuka buku yang “bercahaya” tersebut tiap pertengahan malam. Minimal, usai salat qiyamul lail. Kalimat (baca: ayat) yang saya baca pun, tidak banyak. Hanya dua atau tiga kalimat/ayat saja. Selebihnya, saya memahami maknanya. Sehingga, saya memiliki banyak versi buku yang “bercahaya” tersebut. Termasuk, makna/tafsirnya.

 

Buku yang “bercahaya” tersebut diletakkan di tempat strategis. Ada di kamar, ruang tengah, samping TV, meja kantor, dan tempat-tempat lain. Tujuannya, agar saya mudah membacanya. Kapanpun dan dimanapun.

 

Selain itu, saya pun tertarik pada tafsir atau pemaknaannya. Sehingga, kitab tafsir atau buku terjemahan dari beberapa judul kitab/buku tafsir “bercahaya”, saya pun rutin membacanya setiap satu ayat tersebut dibaca. Satu ayat/kalimat dipelajari dari beberapa kitab/tafsir. Hasilnya, sangat menarik ketika memahaminya.

 

Target membacanya, bukan “khatam” atau “selesai” untuk membaca satu “buku”. Namun, lebih cenderung pemaknaan dan menerapkan apa yang dibaca. Ya, dinikmati saja. Termasuk, dalam membacanya. Kaidah tajwid, nahwu, sorof, bahasa, dan tafsirnya, saya coba untuk diterapkan dalam membaca dan memahaminya.

 

Dengan cara seperti ini, awal kehidupan saya – yang dibuka dini hari – menjadi lebih terbuka dan “padang” dalam menjalani hidup selama 24 jam pada hari itu. Memang sengaja saya “buka” awal kehidupan dengan membaca buku “bercahaya” tersebut. Tujuannya sederhana saja, yaitu agar mendapatkan petunjuk hidup.

 

Bisa jadi, tujuan hidup saya dengan Anda itu berbeda. Namun, minimal standar hidup saya itu jelas, yakni Tuhan selaku pengarang buku tersebut memberikan dorongan kepada saya agar selalu berbuat baik (baca:beramal salih). Lalu, hati saya—memiliki tempat berteduh dalam menjalankan kehidupan—yaitu bersandar pada Tuhan/Allah.

 

Sebagai orang yang bodoh dan “fakir” ilmu, saya berusaha untuk menghadirkan buku “bercahaya” tersebut dalam kehidupan. Alhamdulillah, orang tua saya sudah menuntun dan mengarahkan saya, agar bisa membaca buku “bercahaya” tersebut. Dasar waktu kecil itulah, saya kembangkan hingga saat ini.

 

Nah, tahukah Anda, “Apa nama buku “bercahaya” tersebut?” Coba tebak!

 

Ya, betul, buku tersebut adalah Alquran. Buku milik orang muslim dan mukmin. Bisa jadi, buku itu banyak, tapi sedikit yang membaca. Bisa jadi, buku ini, hanya dilihat dari jauh, tanpa dibuka dan dijamah.

 

Atau, bisa jadi di dalam Masjid, ada buku tersebut. Namun, tidak ada orang yang membuka. Yang membuka “buku” tersebut, belum tentu ada dalam Masjid, saat salat 5 waktu. Itulah hasil pengamatan saya, selama ini.

 

Mari, “hidangkan” buku “bercahaya” pada banyak tempat yang suci dan halal. Hadirkan buku tersebut di tempat strategis, seperti meja tamu, box mobil, tas bepergian, tempat umum, serambi tengah Masjid, dan dimanapun tempat yang terlihat jelas oleh mata. Tujuannya, agar kita mudah membuka dan membacanya.

 

Miliki dan belilah yang banyak jumlah buku tersebut, karena akan ditempatkan di banyak tempat. Cara seperti ini adalah cara sederhana agar kita mengingat Alquran untuk membaca, mempraktekkan/mengamalkan, dan menundukkan hati.

 

Yuk, lakukan saja. Jika bukan Anda yang notabene muslim yang cerdas, lalu siapa lagi yang akan melakukan? Andalah orang yang ditunjuk oleh Allah untuk membuka, memahami, dan mentadaburi/mengamalkan dari “isi” kandungan tiap ayat Alquran. Semoga Anda bisa! Amin. []

 

Semarang, 12 Maret 2021/26 Rajab 1442 H.

Ditulis di Rumah, jam 04.00 – 04.30 WIB, usai membaca buku “bercahaya”.