Borong Kitab Karangan Kiai Bisri Mustofa
Oleh Agung Kuswantoro
Rembang adalah kota tempat tinggal istri saya, Lu’lu’ Khakimah. Sebelumnya, saya tak terbayangkan, jika akan sering datang ke kota khas buah kawis. Awalnya, tak banyak yang saya ketahui banyak mengenai kota itu. Namun, semenjak 1 Januari 2012, saya sering bolak-balik Rembang-Semarang.
Namun, ada yang menarik perhatian saya, yaitu keberadaan pondok pesantren Raudlatut Thalibin dengan pengasuh Kiai Mustofa Bisri. Kiai Mustofa Bisri adalah putra dari Kiai Bisri Mustofa. Kiai Bisri Mustofa memiliki banyak karya berupa kitab yang bertulisan arab pegon dan kitab kuning.
Jika saya perhatikan, beberapa karangan Kiai Bisri Mustofa lebih banyak kepada tulisan Arab yang dimaknai dengan tulisan pegon. Yang paling terkenal karangannya adalah Kitab tafsir al-Ibriz lengkap mulai dari juz 1 hingga juz 30.
Kitab-kitab yang ditulis olehnya itu relatif tidak terlalu tebal, namun isi/pesannya sangat dalam. Secara keseluruhan, kitab yang ditulis berisi secara global. Artinya, tidak didetailkan secara gamblang. Poin pokok-pokoknya yang disampaikan.
Pembelajaran bagi saya adalah karya berupa kitab/buku sangat bermakna dan berumur panjang. Bayangkan, orangnya—penulisnya—sudah meninggal dunia, namun kitab tersebut masih digunakan.
Keproduktifan Kiai Bisri Mutofa perlu diajungi jempol. Saat saya di toko buku/kitab di jantung kota Rembang, saya berpesan kepada pegawai toko tersebut, agar mengumpulkan semua karya Kiai Bisri Mustofa. Alhasil, ternyata ada dua puluhan karyanya yang saya borong dari toko tersebut.
Saat membawa kitab-kitab tersebut pulang ke rumah, dalam hati berkata: “orang dari kota kecil ini memiliki karya yang luar biasa banyaknya dan masih digunakan hingga saat ini, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia”.
Artinya, Kiai Bisri Mustofa adalah orang yang sangat produktif dalam berkarya. Zaman dulu, tidak ada syarat apa pun untuk mempublikasikannya. Cukup bermodal niat, ilmu, dan bolpoin. Lalu, ditulis disebuah buku tulis. Tanpa harus memikirkan penerbit, ISBN, atau terindeks. Yang penting nulis dan produktif saja.
Nah, bagaimana saya dan Anda sudah menyiapkan masa tua dan masa kematian dengan beramal baik atau membuat sesuatu yang dapat diwariskan kepada sesama makhluk Allah. Tidak usah muluk-muluk dengan banyak karya, cukup satu saja, yang itu adalah bidang saya dan Anda geluti. Mari belajar dari produktivitas dari Kiai Bisri Mustofa atas karya-karya. [].
Semarang, 29 Juni 2020
Ditulis di Rumah Semarang, jam 5.30-5.45 WIB.
Recent Comments