Jika Kematian Itu Dekat, Mengapa Tidak Disiapkan Dari Sekarang?
Oleh Agung Kuswantoro
Kata banyak orang/pepatah/orang bijak, bahwa kematian itu dekat. Lalu, jika kematian itu dekat, mengapa kita tidak menyiapkan dari sekarang?
Efek saat tidak menyebabkan kematian yang tidak persiapkan adalah kebanyakan orang akan berkata: “matinya, mendadak”. Mungkin, ada tambahan kalimat: “Padahal tadi pagi, saya bertemu dengannya. “Tadi kan sehat, sekarang malah meninggal dunia”.
Kalimat-kalimat di atas, bisa jadi dampak dari kematian yang tidak disiapkan. Saya jadi ingat dan ingin belajar Tarekh/sejarah lagi. Jika tidak salah – dalam Tarekh – disebutkan bahwa, Nabi Muhammad SAW itu sudah menyiapkan kematiannya, mulai dari orang terdekat hingga orang yang jauh.
Ucapan-ucapan/kalimat halus kepada istri sebagai isyarat “pamitan” telah dilakukannya. Puncaknya, Nabi Muhammad SAW sebelum meninggal dunia, masih memikirkan umatnya, dengan kalimat: “Ummati, ummati, dan ummati”.
Disitulah persiapan-persiapan Nabi Muhammad SAW, menjelang kematiannya. Hasilnya, “kepulangan” Nabi Muhammad SAW disambut dengan penuh doa, hingga orang yang menyolati jenazahnya berhari-hari, tidak habis.
Dalam keterangan Tarekh yang saya pahami itu, tidak ada istilah meninggal dunia dengan mendadak. Matinya, tiba-tiba.
Kalimat-kalimat inilah yang mungkin, kita luruskan. Mengapa bisa muncul kalimat-kalimat tersebut? Mungkin, kurang persiapan. Kematian harus dipersiapkan sejak dini. Agar manusia siap dengan kematian. Contohnya, Nabi Muhammad SAW. Puncaknya, Malaikat Izroil meminta izin untuk mencabut nyawanya.
Mari kita sambut kematian dengan penuh kebahagiaan. Memang kematian itu dekat. Karena kematian itu dekat, mari sambut dengan hati penuh suka cita. Sambut Malaikat Izroil dengan penuh senyum dan gembira. Itu pertanda kita sudah siap dengan kematian. []
Semarang, 12 Januari 2021
Ditulis di Ruumah jam 04.45 – 05.05 WIB
Seusai sholat Subuh berjamaah di Masjid Nurul Iman Sekaran
Recent Comments