Pembelajaran Madrasah (Sekolah Arab) Yang Tutup
Oleh Agung Kuswantoro
Harus berpikir ekstra keras dan tenaga full untuk mengatasi pembelajaran yang masih tutup hampir dua tahun. Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan dulu waktu pembelajaran Madrasah bahwa pembelajaran di Madrasah dengan sekolah (umum) itu berbeda. Di Madrasah penekanan akan ilmu itu sangat kental. Kurikulumnya sederhana, namun mengena. Teorinya dalam, prakteknya nyata. Itulah, Madrasah.
Semenjak Pandemic Covid-19 – Desember 2020 – Madrasah di lingkungan saya tutup. Saya sendiri sebagai pengelola Madrasah mengambil keputusan tersebut. Dampak dari penutupan tersebut, saya harus atur strategi untuk kedua anak saya. Bagaimana dan harus dimana belajarnya? Padahal, Madrasah tutup.
Setelah pemikiran dan perenungan, saya melakukan pembelajaran di Rumah sendiri. Mubin dan Syafa – kedua anak saya – saya ajak untuk belajar bersama. Kurikulum sama seperti Madrasah. Kitab-kitab saya siapkan. Waktu belajar usai solat Subuh dan Magrib berjamaah di Rumah. Tiap hari saya melakukan itu kepada dua anak saya didampingi oleh istri. Selama pembelajaran fokus ke proses pembelajaran. Artinya, saya dan istri tidak aktivitas selain belajar bersama.
Saya menikmati betul proses ini. Terlebih, akhir-akhir ini saya banyak melakukan ibadah di Rumah. Jadi, bisa lebih intensif dalam belajar “Madrasah” ala di Rumah saya. Bagi saya, pembelajaran Madrasah harus tetap berlangsung, apapun keadaannya. Karena, dalam materi-materi Madrasah ada sebuah harapan yang sangat besar untuk kesalehan, kebaikan, akhlak, berbakti kepada orang tua, dan masa depan yang sangat baik untuk anak. Bukankah kita selalu berdoa agar memiliki anak yang soleh? Yuk, bangun Madrasah di Rumah Anda. Waallahu ‘alam. [].
Semarang, 11 Juni 2021
Ditulis di Rumah, jam 05.30-05.45 WIB.
Recent Comments