Menata Diri (2) Membangun Visi Ukhrawi
Oleh Agung Kuswantoro
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. al-‘Arof : 179).
Berdasarkan kalimat di atas kalimat lahum qulubuhum layafqahuna biha (mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami) para ulama bersepakat, bahwa tempat dan pemahamannya adalah kalbu/hati, bukan di otak.
Ketika kalbu manusia “mati”, maka secara langsung perbuatan manusia tidak berakhlak mulia. Ia/manusia tidak memahami kemampuan/kekuasaan Allah. Ia pandai, tapi tak “bernilai”. Ia hebat, tapi “rusak” hatinya. Ia seperti hewan ternak.
Hewan ternak memiliki lima indera, bahkan mampu menggunakan akalnya. Saat, kepanasan, hewan ternak berteduh. Saat lapar, hewan ternak mencari makan. Hewan ternak tidak memiliki kalbu. Oleh karenanya, manusia yang tidak mampu menggunakan hati itu, seperti hewan ternak.
Sebagai orang mukmin agar hidup terarah, harus memiliki road map/”peta jalan” kehidupan yang jelas. Ia/mukmin mau hidup jangka panjang yaitu akhirat, sebagai “terminalnya”. Bukan hidup yang berjangka pendek, dengan dunia sebagai tujuannya.
Lalu, bagaimana caranya? Buatlah visi batin dalam diri Anda. Visi batin adalah tempat menampilkan pelayanan sepenuhnya sebagai hamba dan pemimpin. Visi batin jangkanya sangat panjang, tidak hanya kematian. Visi batin akan terus hidup dan memberi fokus bagi seluruh proses (Nasaruddin Umar, hal. 9).
Sebagai penutup, kita adalah orang yang luar biasa. Kita mampu membuat sesuatu yang fantastik dan mampu menghancurkan “hambatan” yang mustahil. Namun, gunakanlah visi batin kita yaitu: kekuatan kalbu untuk mencapai tujuan hidup yang panjang.
Bervisilah ukhrawi, jangan bervisi duniawi. Jika kita bervisi duniawi saja, maka kita sama seperti hewan ternak. Ciri khas orang yang bervisi ukhrawi adalah mampu mengelola kalbu/hatinya dengan baik. Ingat, ilmu itu harus bersumber kepada Allah SWT. Waallahu ‘alam []
Bersambung
Semarang, 7 Oktober 2021
Ditulis di Rumah jam 04.15 – 04.30 WIB.
Recent Comments