“Mengarsip” Perbuatan Baik di Dunia, “Temu Kembali” Arsip di Akhirat
Oleh Agung Kuswantoro
Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzaroh), niscaya dia akan meihat (balasan)nya, dan, barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarroh), niscaya, dia akan melihat (balasan) nya pula (QS. al-Zalzalah: 7-8).
Ayat di atas, menunjukkan bahwa salah satu sikap orang yang beriman. Orang yang beriman pasti memiliki arsip (baca: amalan) baik saat di dunia. Bahasa Quraisy Shihab, menyebutnya, kebajikan.
Baik dalam hal ini, ada di mata Allah. Baik dimata Allah ini ada dua kategori yaitu kebaikan secara ubudiyah/mahdoh dan kebaikan sosial/muamalah/goiru mahdoh.
Contoh sikap kebajikan (baca: arsip di dunia) adalah sholat yang khusyuk (QS.al-Baqoroh: 45-46) dan berpuasa (QS. al-Baqoroh:183). Jika sholat dilihat secara fikih itu, termasuk syarat bagi orang muslim. Tetapi, sholat orang khusyuk itu, termasuk pilihan bagi orang yang beriman. Demikian juga, berpuasa itu untuk orang yang beriman, sedangkan syarat berpuasa itu untuk muslim.
Imam Al Ghozali mengatakan: khusyuk adalah buah dari keimanan dan keyakinan yang timbul dari kesadaran akan keagungan Allah. Buah dari khusyuk adalah selalu menyadari pengawasan Allah, merasakan keagungannya, dan mengakui kelemahan diri.
Begitu pula sebaliknya, dengan menyadari pengawasan Allah, merasakan keagungannya, dan mengakui kelemahan diri, maka tumbuhlah sikap khusyuk. Dan itu terjadi tidak hanya di dalam sholat.
Memaafkan kesalahan orang lain itu, baik. Tetapi tidak cukup memaafkan bagi orang beriman. Mengikhlaskan itu, milik orang beriman. Sholat wajib itu orang muslim, tetapi rutin sholat tiap malam untuk sholat tahajud itu milik orang beriman.
Jadi, yang dimaksudkan “arsip” disini adalah perbuatan baik/kebajikan. Jika ada amalan buruk, lebih baik dimusnahkan atau dibuang saat didunia dengan jalan istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah: “Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. an-Nisa: 110).
Lalu, siapa yang mencatat atas “arsip” kita di dunia? Malaikat. Malaikat adalah teman orang beriman. Malaikat yang baik itu tidak rela, jika “temannya” masuk neraka. Karena, tiap perbuatan baik dicatat olehnya.
Dari beberapa keterangan disebutkan bahwa: dalam diri manusia ada Malaikat Rokib, Atib, Basyir, Mubasyir, dan Malaikat Khafadoh.
Misal: Nabi Muhammad Saw – waktu remaja – sering dilindungi oleh Malaikat dari panas dan dilindungi agar tidak ke Syam/tempat tertentu karena di tempat tersebut ada orang yang melukai—bahkan, akan membunuh—Nabi Muhammad Saw.
Dalam hadist ke-2 dari Arbain Nawawi disebutkan pula: Malaikat menjelma dalam bentuk manusia laki-laki dengan pakaian yang sangat putih dan wajahnya tidak menampakkan jejak-jejak perjalanan. Lelaki tersebut bertanya Imam, Islam, dan Ihsan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dengan demikian, Malaikat itu sangat dekat dengan orang beriman. Lalu, perbuatan buruk yang tidak dijadikan “arsip” oleh manusia itu, berteman dengan setan.
Setan suka dengan “keramaian” atau “kerumunan” dimana dalam tempat tersebut ada: ucapan kotor, bohong, menganiaya, khiyanat, dan perbuatan buruk lainnya.
“Arsip” orang beriman kelak akan dibuka di Akhirat, dan akan diarahkan ke “depot” Surga. Jadi, saat di dunia, “mengarsiplah” kebajikan yang sebanyak-banyaknya untuk dibuka di Akhirat. Akhirat adalah alam terakhir. Akhirat adalah pilihan yang tepat bagi orang beriman. Akhirat menjadi tujuan setiap orang untuk membuka “arsip-arsip” di dunia. Semoga kita termasuk orang yang akan membuka “arsip” tersebut dan Allah mengizinkan kita masuk di surga-Nya. Amin. []
Semarang, 13 April 2022
Ditulis di Rumah jam 06.00 – 06.20 WIB
Catatan: Rencana materi akan disampaikan pada Kajian Islam di FIP UNNES jam 09.30 – selesai secara zoom meeting, Kamis (14 April 2022).
Recent Comments