Menjalin Silaturahim
Oleh Agung Kuswantoro
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan, tak ada sesuatu yang melainkan bertasbih dan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Isro’: 44)
Bicara bulan Syawal, maka bicara silaturahim. Orang Indonesia sering mengatakan silaturahmi. Dalam bahasa Arab yang benar adalah silaturahim. Namun, secara KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang benar adalah silaturahmi. Bentuk tidak bakunya adalah silaturahim. Adapun makna silaturahmi secara KBBI adalah tali persahabatan/persaudaraan.
Dalam bahasa Arab silatu ar-rahim (silaturahim). Silah berasal dari washola – yasilu – waslan yang artinya sampai ke, menyambung, menggabungkan, dan berkelanjutan.
Rohim berasal dari kata rohima – yarhamu – rahman yang artinya: menaruh kasih, mencintai, menyayangi dengan sangat dalam. Jadi, silaturahim bermakna menyambung tali kasih.
Silaturahim merupakan salah satu tips agar diperpanjang umur seseorang sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan diperpanjang usianya, hendaklah ia menyambung silaturahim”.
Ada bentuk/istilah lain yang serupa dengan silaturahim yaitu halal bihalal. Halal bihalal adalah istilah bahasa Arab yang tidak dipahami orang-orang Arab (Nasaruddin Umar, 2021: 13). Halal bihalal bukan bahasa Arab normal. Asal-usul halal bihalal bermula ketika anak-anak muda masjid Kauman Yogyakarta. Mereka kebingungan mencari tema untuk mewadahi dua momen istimewa. Satu sisi perayaan Idul Fitri sebagai wujud kemerdekaan spiritual dan sisi lain baru saja dilakukan proklamasi kemerdekaan RI (hari Jum’at di bulan Ramadhan). Bagaimana ke-2 momen tersebut (Idul Fitri dan Proklamasi Kemerdekaan RI) terangkum menjadi satu.
Lalu, muncullah istilah Halal bihalal. Akhirnya, Halal bihalal menjadi budaya di Indonesia mulai dari keluarga, masyarakat, perkantoran, perusahaan, dan lembaga Negara.
Menurut Nasaruddin Umar (2021) silaturahim dibagi menjadi dua yaitu silaturahim dengan makhluk spiritual dan silaturahim dengan alam. Silaturahim dengan makhluk spiritual seperti silaturahim dengan: (1) Roh Nabi Muhammad saw; (2) Malaikat-malaikat; (3) Arwah leluhur; (4) Roh para wali; (Jin); dan (6) Rohani kita.
Silaturahim dengan alam seperti silaturahim dengan: (1) Lintas kosmos alam; (2) Ka’bah; (3) Langit; (4) Udara; (5) Matahari; (6) Gunung; (7) Air; (8) Air Zam; (9) Tanah; (10) Laut; (11) Tumbuhan; (12) Jazad renik, dan (13) Hewan.
Silaturahim sebagai hubungan interaktif antarmanusia adalah salah satu ungkapan paling inti di dalam setiap agama. Apalagi di dalam Islam, bukan hanya bersilaturahim dengan sesama manusia yang hidup, tetapi juga orang-orang yang sudah wafat. Kematian bukan penghalang untuk bersilaturahim. Bukankah salah satu amal soleh yang pahalanya tidak terputus adalah doa anak mendoakan kepada orang tuanya? Termasuk kepada orang tua yang sudah meninggal dunia.
Lalu, silaturahim bukan hanya antar sesama umat manusia, tetapi juga antar sesama makhluk Allah. Manusia bisa bersilaturahim kepada makhluk mikrokosmos seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda mati. Dalam Islam, tidak dikenal benda mati, sebab segala sesuatu bertasbih kepada Allah swt sebagaimana firman Allah yang telah penulis bacakan pada paragraf awal (Qs. Al-Isro’: 44). Adapun tujuan akhir dari silaturahim adalah ukhuwah/persatuan. Innamal mukminun ikhwatun (Sesungguhnya seorang mukmin adalah saudara)
Semoga bermanfaat tulisan ini. Amin. []
Semarang, 28 April 2023
Ditulis di rumah jam 04.50 – 05.30 Wib. Pernah disampaikan di Masjid Assidiqi Rektorat UNNES, hari Jumat (28 April 2023 jam 12.00 Wib).
Daftar Pustaka:
Al-Qur’anul Karim.
Hadist Nabi.
Nasaruddin Umar. 2021. Menelisik Hakikat Silaturahmi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Recent Comments