Mengisi Liburan dengan Membaca dan Memahami Kitab Akhlaqul Lil Banin
Oleh Agung Kuswantoro
Sabtu (6 Juli 2024/29 Dzulhijjah 1445), saya, istri, dan kedua anak saya: membuat kegiatan yang kami namakan “Sekolah Akhlak”. Simpel saja tujuannya yaitu mengisi liburan dengan belajar kitab Akhlaqul Lil Banin. Kitab Akhlaqul Lil Banin adalah kitab dasar yang digunakan oleh pesantren/madrasah dalam pembelajaran akhlak. Kitab tersebut ada tiga juz. Adapun penulis/musonnep adalah Ustadz Umar bin Ahmad Barja.
Tidak ada target “muluk-muluk” siapa yang mau mengaji. Bagi saya, minimal yang mengaji adalah diri saya, istri dan kedua anak saya. Namun, dari hasil diskusi dengan kerabat agar mengajak yang mau belajar bersama. Alhamdulillah, ada 17 santri yang hadir. Para santri diantar oleh orang tuanya menuju Masjid.
Ada perubahan tempat yang semula di Masjid Assidiqi berpindah ke Masjid Ulul Albab, karena lokasi awal bersamaan dengan titik keramaian seleksi ujian mandiri UNNES di Gedung Digital Center (DC) dan Gedung kearsipan.
Materi yang saya sampaikan sebagaimana yang ada di flayer yaitu: mengapa belajar akhlak? waladul adib, waladul waqikh, waladul amin, dan waladul muthi’.
Meskipun bahasa kitab menggunakan bahasa Arab dan terjemahan arab jawa pegon, saya menyampaikannya dalam bahasa Indonesia. Tujuannya agar mudah dicerna penjelasan oleh santri. Saya pun dalam penyampaian pesan/materi menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak.
Dulu waktu saya belajar kitab tersebut membutuhkan waktu (lama) untuk memahami isi kitabnya. Dari pengalaman tersebut, menjadikan saya lebih menyiapkan diri terhadap materinya.
Sederhananya: memahami kitab tersebut susah, sehingga perlu batasan usia yaitu 10 tahun. Mengapa 10 tahun? Karena penyampaian materi kitab dalam bahasa Arab dan tema-temanya sangat dibutuhkan oleh anak usia 10 tahun.
Pembelajaran berlangsung selama 1,5 jam. Selama pembelajaran, Alhamdulillah berjalan sangat responsif/aktif. Semua santri aktif mengikuti materi. Bahkan, aktif bertanya dan berdiskusi diantara teman pada sesi studi kasus akhlak di lingkungan sekitar.
Sekali lagi, hanya satu kata “Alhamdulillah” yang bisa saya katakan karena acara berjalan dengan lancar. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada istri saya, Umi Lu’lu’ Khakimah yang menjadi satu-satunya partner berjuang dunia-akhirat dalam berdakwah melalui ilmu. Saya pun juga mengucapkan terima kasih kepada para orang tua santri atas kepercayaan kepada kami untuk belajar ilmu akhlak pada waktu liburan.
Selanjutnya, kami akan mengadakan evaluasi pembelajaran ini: bagaimana kelemahan, tindak lanjutnya, dan apa yang harus diperbaiki jika ada kegiatan serupa. Sekali lagi terima kasih atas semuanya. Mohon maaf jika ada tindakan dan perkataan selama kegiatan berlangsung. []
Ditulis di Rumah jam 15.00 – 15.15 Wib. Semarang, 6 Juli 2024/29 Dzulhijjah 1445.
Recent Comments