• Thursday, November 14th, 2024

Wudhu Sebelum Memegang Kitab
Oleh Agung Kuswantoro

Dikisahkan bahwa khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada ustad Ashmu’i supaya diajari ilmu dan akhlak terpuji. Kemudian pada suatu hari Harun Ar-Rasyid melihat Ashmu’i sedang wudhu membasuh kakinya dengan air yang dituangkan oleh putra khalifah. Melihat hal itu, Harun Ar-Rasyid menegurnya, “Aku kirim anakku kepadamu supaya kamu ajari ilmu dan budi pekerti, lalu mengapa tidak kamu perintah dia untuk menuangkan air dengan tangan kiri supaya yang kanan bisa membasuh kakimu?”

Termasuk menghormati ilmu ialah menghormati kitab. Seorang santri dilarang memegang kitab kecuali dalam keadaan suci. Imam Syamsul A’immah Al Halwani berkata, “Aku memperoleh ilmu ini karena aku menghormatinya. Aku tak pernah mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci.” Imam Sarkhani pernah sakit perut, namun beliau tetap mengulang-ulang belajarnya, dan berwudhu, sampai tujuh belas kali pada malam itu, karena beliau tidak mau belajar kecuali dalam keadaan suci. Ilmu itu adalah cahaya, dan wudhu juga cahaya. Sedangkan cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu.

Para penuntut ilmu dilarang meletakkan kitab dI dekat kakinya Ketika duduk bersila. Hendaknya kitab tafsir diletakkan di atas kitab-kitab lain, dan hendaknya tidak meletakkan sesuatu di atas kitab.

Guru kami, Burhanuddin bercerita bahwa ada seorang ahli fiqih meletakkan wadah tinta di atas kitab, lalu beliau berkata kepadanya, “Anda tidak akan memperoleh manfaat dari ilmumu”.

Diambil dari Kitab Ta’lim Muta’allim. Ditulis di Semarang, 15 November 2024/13 Jumadil Awwal 1446.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply