Gembira dengan Allah
Oleh Agung Kuswantoro
Adalah Idul Fitri yang salah satu pemahamannya adalah gembira dengan Allah. Ada gembira yang selain dengan Allah yaitu gembira pada umumnya.
Gembira dengan Allah penekanannya pada batin. Fitri/kesucian dekat dengan hati. Sedangkan, gembira pada umumnya lebih menekankan pada gembira fisik/dohir.
Mana ada puasa/menahan lapar selama 1 bukan itu bahagia? Mana ada solat tengah malam selama 30 hari akan menemukan sebuah kebahagiaan? Dan, mana ada orang berdiam diri di Masjid pada hari ganjil tengah malam akan menemukan bahagia?
Tindakan yang di atas (dalam bulan Ramadhan) adalah awal sebuah kebahagiaan. Karena dalam tindakan tersebut ada niat yang tertuju kepada Allah.
Saat Idul Fitri tiba, orang akan merasakan kebahagiaan. Termasuk orang yang: tidak berpuasa. Di sinilah muncul perbedaan kebahagiaan antara orang yang berfitri dan orang yang belum mendapatkan fitri.
Tangis orang yang bahagia yang mendapatkan fitri, jelas berbeda dengan tangis orang yang bahagia pada umumnya. Orang yang tangis karena fitri, maka ia akan berpikir: apakah ibadah saya diterima oleh Allah selama bulan Ramadhan? Sedangkan orang yang bahagia karena belum mendapatkan fitri, dimana dia belum tentu menangis karena “hatinya” kurang “peka” terhadap Tuhannya, yaitu Allah.
Semoga kita termasuk bahagia karena mendapatkan fitri. Bukan, mendapatkan bahagia yang berstandar kepada makhluk/ciptaan Tuhan. Amin.
Ditulis di Sulang, Rembang, 1 Syawal 1446/31 Maret 2025, jam 8.30-8.15.
Recent Comments