Archive for ◊ April, 2025 ◊

• Thursday, April 17th, 2025

Halla
Oleh Agung Kuswantoro

Ustad Wijayanto saat Halal bi Halal di UNNES (10 April 2025) menyampaikan tentang makna halal, dimana berasal dari kata halla. Halla, artinya:

  1. Mengurai benang yang kusut. Yang kusut hingga maghfiroh. Ada orang bisa memaafkan, tetapi tidak melebur.
  2. Meluruskan yang bengkok.
  3. Melepaskan ikatan belenggu.
  4. Memecahkan masalah.

Jika memperhatikan makna tersebut di atas, maka halal bi halal itu sangat tepat untuk orang yang sedang bermasalah. Karena akan membahas benang kusut (artinya: permasalahan) yang harus diselesaikan agar terurai (terpecahkan masalahnya).

Luar biasa sekali budaya negara Indonesia, dimana orang tidak bersalah pun, dibuat sebuah acara agar saling memaafkan. Artinya, halal bi halal menjadi sebuah budaya yang sangat baik. Lah, orang yang baru kenal atau tidak kenal pun, mengatakan minta maaf kepada orang lain. Padahal, belum tentu yang bersangkutan itu memiliki salah kepada orang yang dimintai maaf. Mengapa? Karena baru kenal.

Itulah penjelasan singkat makna halla. Insya Allah kita termasuk kategori yang memaafkan dan melupakan atas kesalahan orang lain. []

Semarang, 17 April 2025/18 Syawal 1446. Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 15.10-15.20 WIB.

• Tuesday, April 15th, 2025

Orang Senasab Diutamakan
Oleh Agung Kuswantoro

Dahulukan mana: tetangga atau kerabat yang senasab? Seringkali ada pertanyaaan itu, saat orang akan berbagi/berzakat? Saya coba memahami dan mencari beberapa referensi, diantaranya, kitab Syajarotul Ma’arif. Dimana saya menemukan kalimat: “berbuat baik kepada tetangga berdasarkan jarak rumah yang berdekatan dan kedekatan nasab lebih utama daripada yang bukan senasab”.

Saya menemukan keterangan tersebut dalam bab “Ihsan/Berbuat Baik kepada Tetangga”. Dimana tetangga memiliki kedudukan yang kuat dalam untuk berbuat baik atau diperbuat baik. Bahkan, tetangga jauh termasuk harus diperbuat baik, sebagaimana dalam an-Nisa: 36 yaitu: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri”.

Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat. Bahkan, dikuatkan dengan hadist berikut: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berbuat baik kepada tetangganya” (HR Bukhari Muslim).

Oleh karenanya, mari perbaiki hubungan bertetangga kita, karena sebagai tanda orang beriman. Dan, terlebih harus lebih banyak berbuat baik kepada saudara kita yang senasab. []

Semarang, 14 April 2025/15 Syawal 1446. Ditulis di Rumah, jam 04.55 – 05.01 Wib.

• Wednesday, April 09th, 2025

Dari Ke (Baik Menjadi Lebih Baik)
Oleh Agung Kuswantoro

Selama bulan Ramadhan 1446, saya banyak membaca kajian yang disampaikan oleh KH Nazaruddin Umar di koran Tribun Jateng pada halaman awal. Yang paling terkesan adalah gaya penyajiannya adalah “Dari Ke”. Dari yang baik ke yang lebih baik. Saya menangkapnya seperti itu.

Misal: Dari Khauf ke Khasyyah, Dari Syari’ah ke Hakikat, Dari Sugesti Setan Ke Sugesti Malaikat, Dari Inabah ke Istijabah, Dari Mukhlish ke Mukhlash, Dari Tahmid ke Syukur, Dari Syukur ke Syakur, Dari Self-love Ke Selfishness, Dari Rahman ke Rahim, Dari Takut ke Taqwa. Dan, Dari Shabir Ke Mashabir.

Yang menjadikan saya tertarik adalah berawal dari kebaikan, dan berakhir menjadi lebih baik. Biasanya (baca: lazimnya) berawal dari keburukan ke kebaikan, seperti: Dari keburukan ke kebaikan, dari haram ke halal, dari susah ke mudah, dari jauh ke dekat, dari susah ke sedih, dari bodoh ke pintar, dari bumi ke langit, dan dari sesuatu yang negatif ke postif.

Namun, judul/tema yang disampaikan oleh Prof. KH. Nazaruddin Umar dimulai dari kebaikan ke lebih baik lagi. Bahkan istilah yang digunakan sudah sangat baik menuju ke kesempurnaan, misal: dari Rahman ke Rahim. Artinya dari kasih sayang (dunia) ke kasih sayang (dunia–akhirat khusus orang mukmin).

Prof KH. Nazaruddin Umar menggunakan pendekatan tafsir, dimana kedua makna tersebut berbeda. Namun, bagi orang awam pemaknaannya (Rahman-Rahim) itu sama yaitu kasih sayang. Rohman – Rohim dimaknai sama (kasih sayang), menurut kebanyakan orang. Namun, Prof. KH. Nazaruddin Umar memaknai kedua lafal tersebut berbeda. Dimana berangkat dari yang baik yaitu kasih saying di dunia hingga akhirat. Dan contoh-contoh yang lain yang tidak saya terangkan seperti: Dari Tahmid ke Syukur, dari Syukur ke Syakur. Jika kita perhatikan, lafal tersebut bertingkat pemahamannya.

Sederhananya, dari satu ke dua. Dari dua ke tiga. Itulah pemahaman saya dalam belajar bersama dengan Prof. KH. Nazaruddin Umar selama 30 hari pada bulan Ramadhan 1446 Hijriah. Semoga kita masih bisa belajar terus dengan beliau. Amin. []

Ditulis di Rumah, jam 19.40 – 19.55. Semarang, 7 April 2025/8 Syawal 1446 Wib.

• Saturday, April 05th, 2025

Halal bi Halal Dimulai dengan Membaca Al-Barzanji
Oleh Agung Kuswantoro

Tak seperti lazimnya, saat Halal bi Halal dimana lagu religi atau karaoke orgen tunggal sebagai pengiring dalam kegiatan yang banyak dilakukan di masyarakat kita dalam kegiatan setelah berpuasa 30 hari itu. Yang menjadikan tidak lazim dalam kegiatan Halal bi Halal tersebut adalah dimulai dengan pembacaan Al-Barzanji. Menurut saya menarik, dimana sholawat Nabi (bacaan: ya robbi solli ‘ala Muhammad, ya robbi solli alaihi wassalim hingga doa) dikumandangkan dalam kegiatan tersebut menjadi berkah karena penuh doa dan kehadiran Allah, serta Rosulnya.

Kegiatan tersebut dilakukan pada Halal bi Halal alumni Salafiyah Kauman Pemalanga lintas alumni tahun 1446/2025. Alhamdulillah, saya bisa hadir pada acara tersebut. Kebetulan, secara jadwal saya di Pemalang. Namun, saya tidak bisa mengikuti acara tersebut hingga selesai, karena ada keperluan persiapan ke Semarang.

Mungkin model format acara tersebut, perlu ditiru saat acara Halal bi Halal pada tempat lain, agar acara yang diniatkan silaturahim menjadi lebih bermakna. Yang dibahas tidak kesuksesan dunia, tetapi yang dibahas: “sampai ini yang akan dibaca, sholawatnya, lagunya bagaimana, dan siapa yang memimpin doa”.

Itulah kenangan terbaik saya, selama mengikuti Halal bi Halal selama ini. Semoga kita bisa mempraktikannya pada acara Halal bi Halal di lingkungan kita. Pastinya, sesuai dengan situasi dan kondisi. []

Semarang, 4 April 2025/5 Syawal 1446. Ditulis di Rumah Semarang, jam 15.40 – 15.47 Wib.

• Saturday, April 05th, 2025

Amalan Pada Bulan Ramadhan Yang Bisa Dilanjutkan Setelah Bulan Ramadhan
Oleh Agung Kuswantoro

Ada 4 amalan/pekerjaan selama bulan Ramadhan yang masih kita terus pertahankan pada bulan setelah Ramadhan yaitu: (1) puasa (sunnah); (2) sholat malam; (3) tadarus/tadabur al Qur’an, dan (4) sholat jamaah di Masjid (khususnya bagi laki-laki).

Puasa sunah, seperti: puasa Syawal, puasa Senin-Kamis, dan puasa sunah lainnya. Sholat malam setelah bulan Ramadhan seperti sholah hajat, sholat tahajud, dan sholat witir. Tadarus al Qur’an bisa terus dilakukan pada siang maupun malam hari. Bahkan bisa ditingkatkan levelnya, menjadi tadabur al Qur’an.

Terakhir, sholat jamaah dilakukan di Masjid sebagai penyemangat seorang muslim karena berjamaah menjadi lebih kuat, “imannya”. Itulah amalan yang harus dipertahankan pada bulan-bulan berikutnya. Semoga kitab bisa! Insya Allah.

Ditulis di Rumah, jam 15.30 – 15.37 Wib. 4 April 2025/5 Syawal 1446. Materi didapatkan saat saya sholat Jumat di Masjid depan Rektorat UNNES, Banaran.